Kusta di Indonesia Menuju Nihil Penularan

Kusta di Indonesia Menuju Nihil Penularan – Waktu masih kecil – pada dekade 1980-an, saya sering melihat pemandangan orang dengan penyakit kusta (lepra) dan orang yang pernah menderita kusta (OYPMK) menjadi peminta-minta di dalam kota Makassar. Entah beberapa tahun kemudian hilang pemandangan itu, saya tak ingat tepatnya kapan. Saya pernah mendengar kabar bahwa mereka yang bertempat tinggal di lokasi khusus kusta itu dilarang berkeliaran di tengah kota lagi.

Sekian tahun kemudian, sesekali saya melihat pemandangan yang mirip ingatan masa kecil. Di beberapa ruas jalan, orang-orang dengan tanda fisik pernah menderita penyakit yang masuk dalam kategori neglected tropical disease ini berkeliaran sebagai pengemis. Hal yang tidak bisa sepenuhnya disalahkan juga karena stigma negatif yang melekat kepada diri mereka: dianggap hina dan menanggung penyakit kutukan menyebabkan gerak mereka menjadi sangat terbatas.

Kusta di Indonesia

Berita baiknya, ada perbaikan dalam penerimaan masyarakat kota ini terhadap OYPMK. Dalam sebuah kawasan yang ada gerbangnya tertulis “Komplex Penderita Kusta Jongaya”, hidup berdampingan OYPMK dan warga biasa[1]. Kawasan yang berdiri tahun 1936 ini, dulunya berluas 11 hektar dan memang diperuntukkan bagi penderita lepra yang dibuang oleh keluarganya.

Kini luas kawasannya 7 hektar, terdiri atas 9 rukun tetangga (RT). Dari 700 kepala keluarga, 400 orang anggotanya masih menjadi penderita lepra. Di antara warga Komplex Penderita Kusta Jongaya, ada yang menikah antara sesama penderita/OYPMK dan ada juga yang dengan bukan penderita.

Salah satu nara sumber dalam sebuah artikel di Kompas.com yang saya kutip beritanya di sini merupakan OYPMK yang menikahi perempuan yang tidak ada riwayat  terinfeksi Mycobacterium leprae-nya dan mereka memiliki 4 anak yang terbebas dari penyakit ini.

Inilah salah satu fakta yang tak banyak orang ketahui. Nah, dari media gathering dan acara bertajuk Ruang Publik yang digelar oleh Kantor Berita Radio (KBR) pada tanggal 14 dan 19 April via daring, saya mendapatkan banyak informasi yang mencerahkan mengenai penyakit lepra melalui Dokter Nining dan Dokter Nadia Tarmizi dari Kementerian Kesehatan, serta Dokter Udeng Damam dari NLR Indonesia. 

Salah satu pengetahuan yang saya peroleh dari pemaparan Ibu Nining, Ibu Nadia, dan Dokter Udeng adalah bahwa penularan terjadi dari PENDERITA KUSTA YANG TIDAK DIOBATI kepada orang lain dengan KONTAK YANG LAMA, melalui PERNAPASAN.

Tidak semua orang dapat tertular penyakit kusta, hanya sebagian kecil, yaitu orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah terhadap lepra. Ada kemungkinan anggota kelurga tertular kalau penderita tidak berobat oleh karena itu seluruh anggota keluarga harus diperiksa.

Untuk lebih jelasnya mengenai apa saja yang saya peroleh selama mengikuti kampanye SUKA (Suara untuk Indonesia yang Bebas Kusta), berikut saya sarikan mengenai fakta penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium leprae dan bagaimana upaya Indonesia menuju NIHIL PENULARAN.

 

Fakta Kusta di Indonesia

 

1. Tak mudah menular

 

Penyakit lawas yang menginfeksi manusia pada kulit dan saraf sejak 1400 tahun sebelum masehi ini tak mudah menular. Sebanyak 95% penduduk dunia (termasuk Indonesia) memiliki kekebalan alamiah terhadap penyakit yang memiliki 2 tipe: basah dan kering ini sehingga tidak mudah tertular. Sementara 3% dari penduduk bisa tertular tetapi bisa sembuh sendiri. Sisanya, sebanyak 2% yang tertular dan membutuhkan pengobatan. Sumber penularannya pun hanya berasal dari penderita lepra tipe basah saja yang belum diobati.

Potret Kusta di Indonesia

2. Gejala penyakit kusta

 

Gejala awal

Timbulnya bercak putih seperti panu atau berwarna kemerahan pada kulit yang mati rasa, tidak gatal, dan tidak merasa sakit.

Gejala lanjutan

Jika berlanjut, mata bisa sulit membuka bahkan buta, pada tangan terjadi perubahan (mati rasa pada telapak, jari-jari kiting, memendek, putus-putus, lunglai), dan pada kaki juga terjadi perubahan (mati rasa pada telapak, jari-jari kiting, memendek, putus-putus, semper). Terjadi kecacatan karena kuman menyerang saraf, pada pasien yang terlambat ditemukan dan terlambat diobati.

 

3. Pencegahan kusta dan cacat kusta

 

  • Imunisasi BCG pada bayi mengurangi risiko terjangkiti penyakit lepra.
  • Segeralah berobat ke dokter/fasilitas kesehatan jika menemukan bercak yang mati rasa.
  • Cacat kusta dapat dicegah dengan meminum obat dan memeriksakan diri ke puskesmas secara teratur.
  • Pemberian obat pencegahan kusta dengan prosedur bisa menjadi metode tambahan untuk mempercepat pemutusan penularan. 

 

4. Pengobatan

 

Agar “gunung es” penyakit yang masa inkubasinya 2, 5, hingga 10 tahun ini bisa terungkap dengan baik maka pengobatan yang tepat sasaran harus diberikan, disertai konsistensi. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai penularan, menyembuhkan penderita, dan dan mencegah kecacatan baru atau menjadi lebih berat.

Keberhasilan pengobatan tergantung dari penemuan dan pengobatan sejak dini, kepatuhan penderita untuk berobat secara teratur, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar, serta keterampilan petugas dalam mengupayakan pencegahan kecacatan. Kusta bisa sembuh agar segera diatasi sedini mungkin.

 

Talkshow Ruang Publik

5. Masalah sosial

 

Penyakit ini menimbulkan masalah sosial yang berat bagi (mantan) penderitanya. Ada yang diusir/terusir dari kampung halamannya, penderita merasa tidak ada harapan sehingga melakukan upaya bunuh diri, memilih menikah dengan sesama penderita kusta, dikucilkan sehingga tidak kembali lagi kepada keluarga/kampungnya.

 

6. Situasi Kusta di Indonesia

 

Kasus kusta di Indonesia berada dalam peringkat ke-3 terbesar di dunia. Terlambatnya penanganan kusta karena minimnya pengetahuan masyarakat dan tingginya stigma serta diskriminasi terhadap orang dengan kusta atau OYPMK menjadi penyebab utama kusta terlambat ditangani.

Pemerintah Indonesia menargetkan bisa mengeliminasi kusta secara keseluruhan pada tahun 2030 namun ternyata ditemui 17.000 kasus baru kusta di seluruh Indonesia.  Prevalensi penderita kusta di Indonesia yang banyak ada di 7 provinsi yaitu di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Permasalahan kusta ditinjau dari prevalensi, yaitu jumlah kasus yang ada/terdata di akhir tahun dibagi jumlah penduduk per 10.000 jiwa. Prevalensi 7 provinsi tersebut angkanya >1 (belum eliminasi). Sementara untuk sebagian besar provinsi lainnya, prevalensinya <1 (sudah eliminasi).

Untuk tingkat kabupaten di Indonesia, masih ada 110 kabupaten yang tersebar di 21 provinsi yang belum tereliminasi. Masih diupayakan pada tahun 2024 semua kabupaten (total 514 kabupaten) di Indonesia tereliminasi atau prevalensinya di bawah 1.

Kalau dilihat dari jumlah absolut, yang terbanyak adalah penderita kusta di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (data Kementerian Kesehatan), sekitar 1000-an tetapi karena jumlah penduduk di ke-3 provinsi ini juga banyak maka per 10.000-nya (prevalensinya) di bawah 1. Khusus Jawa Barat, masih ada kabupaten seperti di Kerawang, Bekasi, dan Indramayu yang memiliki prevalensi >1 (belum eliminasi).

 

Peran Organisasi dan Pemerintah dalam Bekerja Sama Menuju Indonesia Nihil Penularan

 

NLR adalah NGO yang berdiri di Belanda tahun 1967 untuk menanggulangi penyakit tropis terabaikan ini dan konsekuensi yang ditimbulkannya di seluruh dunia melalui 3 pendekatan, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi).

Selain di Indonesia, NLR beroperasi juga di Mozambique, India, Nepal, dan Brazil. Khusus di Indonesia, NLR mulai beroperasi tahun 1975 bersama-sama pemerintah republik ini. Pada tahun 2018, NLR bertransformasi menjadi entitas nasional dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas kusta.

💙💚💛

Rekaman YouTube "Melihat Potret Kusta di Indonesia"

Bukan hanya di Indonesia, seluruh dunia pun sedang bergerak menuju zero transmission, masih perlu peran dari semua pihak untuk mengedukasi masyarakat, menemani KBR dan NLR. Rencananya program SUKA (Suara untuk Indonesia yang Bebas Kusta) diselenggarakan berkelanjutan, bukan hanya menjadi peringatan tahunan yang kemudian terlupakan hingga tahun berikutnya.

Saya tertarik mengutip ucapan Dokter Asken Sinaga:

Biasanya dalam SUKA ada DUKA namun dalam upaya pencegahan dan pengendalian kusta dan konsuekuensinya, DUKA yang dimaksud adalah dukungan untuk Indonesia yang bebas kusta.

Yes, mari bergandeng tangan dalam SUKA dan DUKA untuk Indonesia yang bebas kusta. Semoga tulisan ini menjadi satu peran kecil dalam menyebarkan berita baik tentang potret kusta di Indonesia kepada Anda.

Makassar, 23 April 2021


Untuk informasi lengkapnya, silakan simak rekaman talkshow di kanal Youtube Berita KBR atau follow akun-akun media sosial KBR untuk mengikuti isu-isu sosial lainnya.



[1] https://regional.kompas.com/read/2019/09/13/06300051/mengintip-kompleks-penderita-kusta-di-makassar-warganya-hidup-berdampingan?page=all (diakses 22 April 2021 pukul 16:13).



Share :

22 Komentar di "Kusta di Indonesia Menuju Nihil Penularan"

  1. Kirain saya kusta udah bener-bener gak ada. Ternyata masih ada juga ya di Indonesia. Semoga aja bisa benar-benar nihil. Indonesia bisa bebas dari kusta

    ReplyDelete
  2. Kebayang penderita kusta pasti tekanan batin, sudah dikucilkan, diasingkan dan minum obat kepanjangan.

    Yuk kita dukung dengan memberitakan yang benar

    ReplyDelete
  3. Pendidikan ke masyarakat akan berpengaruh untuk menghentikan diskriminasi terhadap penderita kusta.

    Tetap semangat share informasi ini sebagai bentuk solidaritas dan dukungan

    ReplyDelete
  4. penyakit kusta smemang sudah lama menjadi salah satu momok karena stigmatisasi yang dihadapi para penderitanya ya mba. Semoga tidak ada lagi penularannya di tanah air tercinta

    ReplyDelete
  5. senang banget kemarin saya juga berkesempatan mengikuti acara ini dan jadi lebih tahu tentang penyakit kusta di Indonesia

    ReplyDelete
  6. Fakta2 kusta ini kudu dipahami masyarakat luas ya Mba.
    Terutama bagian ini: Sebanyak 95% penduduk dunia (termasuk Indonesia) memiliki kekebalan alamiah terhadap penyakit yang memiliki 2 tipe: basah dan kering ini sehingga tidak mudah tertular. Sementara 3% dari penduduk bisa tertular tetapi bisa sembuh sendiri. Sisanya, sebanyak 2% yang tertular dan membutuhkan pengobatan. Sumber penularannya pun hanya berasal dari penderita lepra tipe basah saja yang belum diobati.

    ReplyDelete
  7. Woww Indonesia merupakan tingkat ke 3 ya. Lumayan tinggi juga ya jumlah pasien penyakit kusta di Indonesia. Dengan sosialisasi sprt ini, smoga semakin byk org yg tdk kuatir tertular atau menjauhi para pasien penyakit ini ya, mbak

    ReplyDelete
  8. Dulu ngehits banget penyakit KUSTA ini, kirain udah ga ada di jaman now.
    Sempet takut juga, soale ada sekitar yang memang terkena. Dan bener Mak salah satu pencegahannya denga imunisasi BCG seddari bayik ya, semoga kita semua dijauhkan dari penyakit yang membahayakan.

    ReplyDelete
  9. adikku salah satu penderita kusta yang tertular oleh teman kantornya, Mba. Saat ini dia sedang menjalani pengobatan. Insyaallah sebentar lagi akan berakhir masa pengobatannya

    ReplyDelete
  10. Haturnuhun, kak Niar.
    Mengikuti webinar mengenai kusta ini, aku jadi paham dan lebih waspada ketika ada sesuatu yang gak wajar terjadi di badan. Karena gejalanya bener-bener biasa banget yaa...dan pasti sering diabaikan.

    Jadi paham kini, semoga semua sehat dan jauh dari penyakit kulit ini.

    ReplyDelete
  11. Miris kalau baca-baca Indonesia peringkat awal itu kalau tidak penyakit ya sesuatu yang buruk. Peer besar bangsa kita nih. Stating, anemia, pencemaran hutan, laut kita tertinggi...kusta juga ternyata no 3 deuh.

    ReplyDelete
  12. Sebuah pencerahan tentang penyakit kusta mbak, jadi nambah ilmu. Selama ini kusta dianggap penyakit menular dan penderitanya seringkali dikucilkan. Namun tidak demikian pada kenyataannya ya. Dengan berbagai alternatif pengobatan dan dukungan dari keluarga terdekat, orang sekitar, tentunya akan membuat penyakit langka ini perlahan akan hilang dari bumi kita tercinta ini.

    ReplyDelete
  13. Ingat banget kalau pas di Makassar itu, sering sekali ketemu para pengidap kusta yang jalan menggunakan papan beroda. Miris, tapi gak tahu bisa bantu apa. Semoga Indonesia bisa benar-benar bebas kusta yaa kak..

    ReplyDelete
  14. Dulu penderita kusta dikucilkan banget ya mbak jaman aku kecil gitu lihat beritanya. Padahal penyakit ini juga bisa disembuhkan. Kirain udah gak ad apenyakit kusta ternyata nmasih ada ya

    ReplyDelete
  15. Dulu saat dengar kusta rasanya menyerahkan, tapi sekarang enggak sama sekali. Memang kita butuh banget edukasi yang merata ke seluruh lapisan masyarakat agar semua tau kalau penderita kusta tidak perlu dikucilkan karena tidak menular

    ReplyDelete
  16. Ternyata ksta juga menyerang saraf ya mbak, kirain kulit aja.
    Setahuku emang sejak kecil diajarinnya kusta itu menular ternyata gak semenular itu ya
    Semoga beneran negara kita bisa benar2 bebas kusta ya aamiin

    ReplyDelete
  17. Iya kusta masih ada di Indonesia aku pernah denger ada kampung kusta gitu. Semoga penderita kusta lebih diperhatikan sih menurutku karena yang aku tau mereka agak sulit mencari nafkah.

    ReplyDelete
  18. aku juga pernah tau tu mbaa orang2 yang sakit lepra di pinggir jalan. jujur aja kasian banget karena pasti dapat stigma yang buruk dari masyarakat. padahal mereka butuh pertolongan

    ReplyDelete
  19. kalau denger kata kusta, aku langsung takut sih mba, padahal harusnya si penderita diajak berobat ya bukan dijauhi.

    ReplyDelete
  20. Ya ampun, beneran kaget kalau Kasus kusta di Indonesia ada di peringkat ke-3 terbesar di dunia. Semoga edukasi tentang kusta makin banyak dan mudah diakses oleh siapa saja. aamiin.

    ReplyDelete
  21. Lama juga kak masa inkubasinya, sampai 10 tahun ya Allah. Kalau nda disadari dan tidak peka sama perubahan kulit ta sendiri, ini mi yg mengakibatkan cacat ya kak

    ReplyDelete
  22. aku dulu juga pernah melihat bekas penderita kusta, tapi sekarang sudah tidak pernah lagi...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^