Jihad, Bukan Sekadar Perang atau Bom

Jihad, Bukan Sekadar Perang atau Bom - Tanggal 1 Juni, dunia dikejutkan dengan tertembaknya Razan Najjar (21 tahun) – seorang gadis Palestina yang merupakan tenaga medis pada pertempuran di Gaza. Saat ditembak tentara Israel itu, dia sedang mengenakan rompi putihnya yang berlambang bulan sabit, palang merah, dan lambang PMRS yang menandakan bahwa dia bagian tim medis serta mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan sangat jelas sebagai kode tetapi tetap ditembak.

Razan Najjar. Foto: Kaskus.

Berdasarkan Konvensi Jenewa 1949, tim medis yang bertugas – seperti dokter, juru rawat, dan pembawa usungan tidaklah boleh dilukai apalagi dibunuh. Mereka punya hak menjalankan tugas dari profesinya yang diatur dalam konvensi Jenewa itu. Dengan demikian sangatlah jelas aturannya kalau petugas medis harus dilindungi di area perang.

Razan merupakan perawat yang bekerja secara sukarela untuk Palestinian Medical Relief Society (PMRS). Dia ditembak saat tengah berlari menuju pagar perbatasan untuk menolong korban yang terluka di Gaza.

Reaksi saya kurang lebih sama dengan yang lain. Geram. Kejahatan perang yang tidak boleh dibiarkan. Di sisi lain, salut dengan kebesaran jiwa seorang Razan yang berani menempuh jihadnya di medan perang seperti ini.

“Yang syahid tuh yang begini, bukan yang ngebom orang lain,” komentar seorang netizen mengenai Razan. Yup, sebuah tindakan yang mengatasnamakan jihad terjadi di bulan Mei lalu. Jihad salah kaprah yang dikutuk banyak orang, termasuk orang Islam sendiri. Banyak orang Islam yang berteriak, “ISLAM BUKAN TERORIS. TERORIS BUKAN ISLAM!” Bedakan antara agama dan oknum! Saya sendiri ingin sekali memaki para pelakunya: TERKUTUK dan aneka makian lain. Tapi kan tetap saja tak elok. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam tak pernah memberi contoh kita dengan cara memaki. Saya pun tak mau membiarkan diri saya menjadi tukang maki.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa jihad adalah: 1) Usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan; 2) Usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga; 3) perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam.

Di Wikipedia disebutkan – dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Sementara Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencontohkan perbuatan seperti yang dilakukan para pelaku bom bunuh diri itu – apalagi melakukannya bersama keluarga! Perang suci pun tidak dilakukan saat situasi aman seperti umumnya di Indonesia. Jihad pun bukan melulu perang, bisa dengan pemikiran dan berbuat kebaikan dalam meyakini Islam.

Kekerasan bersenjata tidak menunjukkan tindakan orang Islam. Pic: Pixabay.

Dua ayat di dalam al- Qur’an ini menjelaskan larangan membunuh:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” [QS An-Nisa’: 29].

“Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.” [QS Al-An’am: 140].

Maka kalau ada yang melakukan seenaknya dengan mengebom tempat ibadah agama lain tanpa ada situasi yang mengancamnya, bisakah disebut sebagai Islam yang taat? TIDAK!

Karena sesungguhnya makna jihad itu luas.

Membaca lalu mengamalkan atau menulis buku bisa jadi cara berjihad. Pic: Pixabay.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” [QS Al-Ankabut 69].

Menurut Yusuf al-Qardhawi jihad di sini adalah jihad moral yang meliputi jihad terhadap hawa nafsu dan jihad melawan godaan setan. Sehingga jihad perang tidak termasuk dalam ayat ini[1].

“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS An-Nahl 110]

Sehubungan dengan ayat ini, Yusuf al-Qardhawi berkomentar, bahwa jihad dalam ayat ini adalah jihad dengan dakwah dan tablîgh, serta jihad dalam menanggung penderitaan dan kepayahan. Sebagaimana yang dilakukan umat Islam di Makkah sebelum berhijrah ke Habasyah. Di Makkah, mereka mengalami penderitaan, penindasan, pengepungan, dan penyiksaan[2].

Jadi sebenarnya, meyakini diri menjadi ibu rumah tangga yang baik, menjalani peran (sebagai ASN, kepala sekolah, pegawai swasta, dan sebagainya) dengan amanah (di antaranya dengan tidak megejar "uang panas"), berkata-kata yang baik, menyebarkan kabar baik dengan tujuan menegakkan kebenaran seperti yang diajarkan Islam, dan lain sebagainya bisa menjadi jihad. Blog atau media sosial pun bisa menjadi ladang jihad. Menulis di blog atau media sosial bisa menjadi cara berjihad.

Sebuah hadits lain mengungkapkan:

“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dari Abu Dzarr).

Ehm, hawa nafsu bisa banyak hal. Bisa nafsu syahwat, nafsu makan, atau nafsu untuk berdebat yang tak penting di media sosial. Mungkin juga nafsu untuk tenggelam dalam dunia media sosial tanpa jelas apa manfaat yang diperoleh – hei, orang yang aktif di media sosial seperti saya pasti tahu persis bagian ini. Saya pun kadang kala melakukan hal yang unfaedah (istilah jaman now yang berarti tak berguna) dengan menelusuri banyak hal sampai tersadar lalu berhenti dan istighfar.

Berkata baik atau diam bisa jadi jihadmu di antara chaos di media sosial.
Sumber: www.khalidbasalamah.com

Dunia maya seharusnya menjadikan kita makin bermanfaat dengan melakukan yang bermanfaat atau menebar kebaikan. Jadi ingat beberapa orang pernah mengatakan, mengapa saya tidak menggunakan blog untuk berdakwah? Di sini saya tegaskan lagi – seperti yang saya katakan kepada mereka, bahwa kalau orang mengatakan apa yang mereka lakukan itu dakwah, maka saya melakukannya dengan mengatakannya sebagai kegiatan “menebar kebaikan”.

Haruskah selalu saya menyebutkan ayat suci atau hadits? Menurut saya tidak. Kalau Anda mengikuti semua tulisan saya, akan terbaca bahwa saya menulis dengan latar belakang saya yang beragama Islam. Cara pandang saya tidak terlepas dari ajaran Islam yang saya yakini. Dan saya punya satu cita-cita, menjadikan blog ini sebagai ladang amal jariyah – amalan yang akan mengalir terus kepada saya meski saya sudah tak ada di dunia ini kelak. Amal jariyah adalah ujung yang jauh lebih berharga daripada sekadar penghargaan manusia. Saya mungkin akan dikritik sebagian orang jika berani mengatakan inilah jihad – menulis saya dalam rangka jihad tapi sesungguhnya – inilah jihad saya. Apa jihadmu?

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya.” [HR Muslim]

“Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga ia kembali” [HR. Tirmidzi]

Makassar, 7 Juni 2018

Rujukani:
  • Al-Qur’an.
  • http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44354400.
  • https://www.hipwee.com/feature/5-orang-yang-tidak-boleh-dibunuh-dalam-kondisi-perang-sekalipun-jadi-nggak-boleh-asal-tembak/.
  • https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/kalimah/article/download/488/788.
  • https://muslim.or.id/31073-jihad-yang-paling-dasar.html




[1] Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad..., 74, dari Konsep Jihad dalam Perspektif Islam - Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam oleh Rif’at Husnul Ma’afi dan Muttaqin.
[2] Sama dengan no 1.



Share :

4 Komentar di "Jihad, Bukan Sekadar Perang atau Bom"

  1. Artikel yang keren Mbak Niar, memang seharusnya begitulah pamahaman kita tentang jihad. Fitnah terhadap Islam sudah sangat banyak, semoga tak lagi ditambahi oleh oknum-oknum yang tak paham makna jihad.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang-kadang malah ditambah oleh orang-orang Islam yang tidak paham dan terkesan membenci agamanya sendiri, Mbak. Mereka tidak bisa membedakan mana paham agama dan mana paham oknum. Terima kasih Mbak Via sudah mampir ke sini.

      Delete
  2. Sedih aku ama berita2 kemarin :(.. Yg ttg razan, juga bom bunuh diri yg membawa bawa anak2.. Kok bisa yaaa... Sbnrnya, darimana mereka punya pemahaman ngawur seperti itu. Pengetahuan agamaku blm banyak, bbrp kewajiban dlm islam aja ada yg blm aku jalanin. Tp aku ngerti Nabi sendiri ga pernah melakukan kekerasan kepada musuhnya. Ga pernah memaksa org utk memeluk islam. Trus orang2 keblinger itu belajar ato dicuci otaknya gimana sampe bisa belok :(

    ReplyDelete
  3. Banyak cara untuk berjihad ya mba. Benar termasuk dengan tulisan. Saya memilih berjihad dirumah. Tergantung bagaimana kita memahaminya, walau kadang dimanfaatkan buruk oleh sebagian kelompok

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^