Fiyuh, urusan ketemuan dengan klien
sudah. Urusan jemput si bungsu dari sekolah sudah. Sekarang masuk rumah,
beristirahat sejenak di kursi lalu lanjut aktivitas lain lagi ...
Namun
saat hendak mengunci pintu rumah, Mama tersentak. Kunci pintu depan itu tak ada. Mama
melihat ke paku, tempat biasanya kunci rumah tergantung di kusen pintu,
sekumpulan kunci itu tak ada. “Lha, kuncinya di mana? Mama tak bawa kunci, Papa
pun tidak!” Mama membatin.
Mama
tak berani bertanya dengan suara keras. Soalnya Oma akan marah bila mengetahui baik Mama maupun Papa tak membawa kunci rumah. Biasanya memang kalau mau keluar
rumah sementara Ato’ (kakek, dari kata “Lato’”
– bahasa Bugis) dan Oma (bukan padanan kata lato’
sebenarnya hehe) juga keluar rumah, Mama dan Papa membawa kunci namun kali
ini tidak karena Oma dan Ato’ tidak mengatakan hendak keluar rumah.
Memang,
sih waktu mau keluar tadi, Oma sempat bertanya bagaimana kalau Oma dan Ato’ mau
keluar rumah. Mama menjawab kalau Mama akan membawa kunci rumah karena
Ato’ kan membawa kuncinya serepnya.
Maka
tertuduhnya, siapa lagi kalau bukan si bungsu Afyad. Saat Mama bertanya dengan
suara dipelankan (yang akhirnya didengar juga oleh Oma, untungnya tak sampai
membuatnya tahu kalau Afyad yang membawanya), anak bungsu Mama ini mengeluarkan
kunci pintu rumah dari saku seragam sekolahnya.
Mama
bergidik membayangkan kunci rumah itu tadi dibawa Afyad ke sekolah. Dibawanya “berjalan-jalan”
di lingkungan sekolah. Duh duh, untungnya kuncinya selamat ikut pulang ke
rumah. Kalau jatuh bagaimana? Kalau ada yang tahu Afyad bawa kunci rumah,
bagaimana?
Wajah
bocah itu semringah saat memasang kembali anak kunci ke lubang kuncinya. Waduh,
ini anak, dia belum tahu kalau membawa kunci rumah itu rasanya seperti membawa
brankas! Tanpa beban, Afyad memutar kunci dengan mantap lalu dia melangkah masuk
ke ruangan dalam. Meninggalkan Mama yang masih setengah bengong.
Untung kunci rumah tidak hilang. Untungnya lagi,
tidak ada orang lain yang tahu Afyad tadi membawa-bawa kunci rumah ke sekolah.
Makassar,
27 Juli 2017
Share :
Was-was ya, Bun. Berarti Ayfad harus dikasih tau ndak boleh bawa kunci rumah kluar tnp spengetahuan Bunda. Hehe
ReplyDeleteKayaknya dia bawa karena dia pikir mama dan papanya tahu, Mbak Wen hehehe
DeleteZidan dulu juga pernah bawa kunci rumah di bawa main ke rumah temannya. Emak sama bapaknya sampe keringetan :D
ReplyDeleteWiih kebayang, Mbak Enny :))
DeleteOalaaah.. Adek mungkin pikir, biar aman rumahnya, pintunya harus dikunci. Tp saking semangatnya, kunci jg dibawa ke sekolah hehehe..
ReplyDeleteBiasa HP pun milik papanya dia simpan di kantongnya :))
DeleteHaha..lincahnya Afyad bawa kunci ke sekolah. Koq bisa kak? Ditanyain gak alasannya kenapa?
ReplyDeleteDia kira mama dan papanya tahu karena sebelumnya saya sempat bilang kalau Ato' dan Omanya mau pergi maka saya akan membawa kunci rumah juga :))
Deleteaku biasanya bagi 3 mba..aku, suamiku dan ekstra di kantor satu..
ReplyDeleteBagusnya sih begitu, Mbak. Kalo di rumah ada dua sih karena biasanya ada yang stay di rumah :)
Deletekalo nenek saya dlu suka nyimpen di bawah pot :D jadi ga ada yg bawa kunci hehehe
ReplyDeleteAyah sama Ibu biasanya bawa kunci masing-masing mbak, trus satunya ditaroh di tempat tesembunyi di rumah wkwkwk ngambilnya juga sembunyi-sembunyi :D biar ndak ketahuan org, hehhee
ReplyDelete