Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat


Pada hari kedua Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII, saya datang terlambat karena harus mengerjakan serangkaian tugas rumah terlebih dulu. Saya melewatkan pidato bapak gubernur Sulawesi Selatan – Syahrul Yasin Limpo. Saat saya datang, pak gubernur dan sejumlah orang penting lainnya sedang berdiri di atas panggung. Saya berharap pak gubernur sendiri yang meluangkan waktunya untuk menyaksikan inspirasi demi inspirasi yang akan dibagi pada hari itu. Namun rupanya harapan saya tak menemui kenyataan. Pak gubernur beserta rombongan langsung meninggalkan ruangan besar di Hotel Aston itu usai seremonial berlangsung.



Dalam bayangan saya yang awam nan naif ini, jika kepala pemerintahan sendiri yang tergugah karena menyaksikan sendiri kan bisa mendesak setiap jajarannya agar mengaplikasikan semua praktik cerdas yang sudah terbukti keberhasilannya. Dengan demikian, provinsi kita bisa lebih cepat lagi menuju kemakmuran.

Hm, tentunya ada orang-orang yang berkompeten dari pemerintah provinsi yang menyaksikan Festival Forum KTI ini secara utuh ya, hehehe. Paling tidak, kabar baik dari event ini akan disampaikannya kepada pak gubernur secara utuh pula. Ah, abaikan saja mamak-mamak yang suka berandai-andai ini. Mari kita ke acara selanjutnya, sharing mengenai Inspirasi dari Kapal Kalabia.
  
Video: Abraham Goram - Kapal Kalabia, 
Menghantar dan Bertukar Informasi
By: BaKTI

Bagi Kalabia, sebuah kapal penangkap ikan yang dimodifikasi menjadi kapal bermuatan perpustakaan dan kelas yang dibina sekelompok anak muda dari kota Sorong, Papua Barat, laut adalah media pemersatu dan penghantar ilmu-pengetahuan bagi anak-anak di kepulauan Raja Ampat. Di zaman ini, siapa sih yang tak kenal Raja Ampat? Keindahannya sudah tersebar ke seantero negeri. Melalui kapal Kalabia ini, anak-anak di sana jadi mengetahui, menyadari, dan mempraktikkan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Bram, Mary, dan Lusi mewakili anak-anak muda dari kapal Kalabia, menyampaikan hal-hal inspiratif di panggung inspirasi Festival Forum KTI pada hari kedua itu.

Kalabia adalah jenis hiu yang endemik di Raja Ampat. Kata “kalabia” berasal dari bahasa Maya, suku tertua di Raja Ampat. Dibutuhkan 6 – 8 orang tenaga pendidik yang benar-benar memahami lingkungan sekitar untuk menjalankan kapal Kalabia. Selain tenaga pengajar, sedikitnya ada 5 orang yang bertindak sebagai anak buah kapal (ABK) dan sejumlah tenaga pendamping lainnya untuk menjalankan organisasi (sebagai ketua, bendahara, manager program, dan tim kreatif).

Anak-anak Raja Ampat belajar di alam terbuka
Kurikulum, alat bantu ajar, dan bahan ajar dengan tema pendidikan lingkungan hidup dan konservasi alam dari pulau ke pulau disiapkan dengan serius. Sekali jalan, kapal Kalabia bisa mengunjungi 7 kampung. Sasarannya adalah anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6. Anak-anak itu diajar mengenai ekosistem pesisir seperti terumbu karang dan bakau. Kegiatan dibuat aktif dan inovatif. Salah satu contoh pembelajarannya adalah, anak-anak diajak melihat sendiri terumbu karang, sebagai “rumah ikan”. Mereka diberi pengertian, kalau rumah tidak ada maka tidak ada pula ikan.

Mengapa anak-anak menjadi target kapal Kalabia?

Karena tantangan terbukanya banyak ancaman tak ramah lingkungan di Raja Ampat. Diharapkan ke depannya generasi muda bisa mengelola lingkungan dan ada peran serta masyarakat untuk kepentingan bersama.

Anak-anak Raja Ampat menyelami keindahan bawah laut daerahnya
Kini, kapal Kalabia menjadi primadona yang sangat dirindukan anak-anak Raja Ampat. Mereka sangat bersemangat dan tak sabar ketika tahu kapal Kalabia merapat di kampung mereka. Ada satu kejadian lucu yang diceritakan oleh Lusi. Anak SMP menyamar menjadi anak SD, dengan meminjam seragam SD saking inginnya mengikuti kegiatan di kapal Kalabia.

Hadirin diajak menyuarakan yell-yell Kapal Kalabia

Apakah ada perubahan perilaku?

Ada! Berikut ini sebagian kecil contohnya:
  • Masyarakat membuat peraturan sendiri, seperti: “jangan buang sampah di laut”.
  • Anak-anak menanam mangrove untuk penghijauan kembali.
  • Usai Festival Bahari tahun 2014 silam, ribuan orang yang datang meninggalkan banyak sampah berserakan. Tanpa perlu dikomando, anak-anak Raja Ampat memunguti sampah dan berenang untuk membersihkan sampah yang terbuang ke laut.
  • Pernah ada kejadian, anak-anak melepas teteruga (penyu) hasil tangkapan seorang bapak ke laut. Terjadi pertengkaran antara sang penangkap penyu dan orang tua dari anak yang melepas penyu. Si anak menasihati penangkap penyu, “Teteruga hidupnya sudah susah, Bapa. Kenapa tong mo bikin susah dia lagi.”
Keindahan alam yang harus dijaga kelestariannya
“Kapal Kalabia adalah satu-satunya program di Indonesia, bahkan mungkin di dunia yang menggunakan kapal,” ujar Bram.
Kini, anak-anak didik kapal Kalabia sudah mencapai 7.000 orang. Sejak berlayar tahun 2008 hingga sekarang, 95% masyarakat sudah terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Warga Raja Ampat telah menjadi agen perubahan. Luar biasa, ya. Memang benar kata pepatah: di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Video Kapal Kalabia, dokumentasi NET. TV, 
tayang Oktober 2015

Makassar, 2 Desember 2015

Bersambung ke kisah berikutnya, tentang POLISI PLUS.

Referensi tambahan:
  • Booklet Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII: Inspirasi dari Timur untuk Indonesia (BaKTI).
  • Booklet Mereplikasi Praktik Cerdas (BaKTI).

Simak juga tulisan-tulisan sebelumnya:
  1. Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini
  2. KTI, Masa Depan Indonesia
  3. Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani.
  4. Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis
  5. Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia
  6. Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan.
  7. Petani Salassae Mewujudkan Kedaulatan Pangan
  8. Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya
  9. Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi


Share :

21 Komentar di "Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat"

  1. waaah... kayanya seneng banget kalo bisa ikutan kapal kalibia. baca ceritanya aja udah seru.. apalagi kalo ikut beneran :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya Mbak ... coba bisa ya berwisata di atas kapal Kalabia :D

      Delete
  2. MAsya Alalh indah banget ya mbak alam bawah laut Raja Ampat

    ReplyDelete
  3. Subhanallah ... Perubahan yang luar biasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Nisa ... karena kemauan yang kuat. Hebat ya mereka

      Delete
  4. ih keren ya, yang tadinya kapal penangkap ikan bisa jadi perpustakaan..
    salut, semoga Indonesia semakin maju..

    ReplyDelete
  5. Kegiatan yang menginspiratis untuk mencerdaskan anak bangsa sekaligus memperkenalkan potensi daerah di Raja Ampat.

    ReplyDelete
  6. dibalik rancangan ini terspimpan ribuan impian untuk raja ampat

    ReplyDelete
  7. Mengikuti sedari awal postingan serasa ikuta dalam acara KTI. Terlalu banyak inspirasi dan membuka mata bahwa masih banyak sekali orang atau kelompok yg menginginkan kemajuan negeri ini ditengah keterpurukan kepercayaan masyarakat kepada pengelola negeri. Setuju bahwa kita lah yg harus memulai dan jangan menunggu negara mengatasi semuanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua kisah menunjukkan, tekad yang kuat bisa mewujudkan harapan. Mereka memulai dengan apa yang mereka punyai dulu.

      Delete
  8. Keren yah, masyarakat memang memegang peranan yang penting bagi perubahan.

    ReplyDelete
  9. bukan hanya anak2 yang diberi pendidikan melestarikan alam, para pengusaha juga apalagi papua dikenal bukan hanya karena keindahannya tapi juga sumber daya alamnya sehingga banyak pengusaha yang melirik kesana :)

    ReplyDelete
  10. Positive sekali mak...anak-anak memang perlu diajarkan mencintai lingkungan..
    miris melihat sampah2 di laut..

    ReplyDelete
  11. Pelajaran yang berharga, tetapi seandainya bisa juga diajarkan bagaimana bisa menghasilkan uang dengan lingkungan yang tetap terjaga akan lebih baik.

    memang semua pihak harus bekerjasama untuk menjaga lingkungan, namun terkadang yang menikmati hasilnya hanya sebagian orang. Justru penduduk lokal terkadang malah tersisih. Padahal poinnya sangat mudah: Lingkungan sehat dan terawat, tempat jadi nyaman, bisa dijual dan menghasilkan. Tinggal aturan ditegakkan well, semua menikmati. terlalu idealbanget ya??? maaf bu jadi curhat nieh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. setujuuuu nih... tapi di sini sih masih susah, yang tempat masuknya gratis aja masih dirusak, apalagi yang berbayar.. masih banyak yang udah merasa bayar jadi juga berhak untuk berbuat suka2.. >__<
      mindset seperti itulah yang harus ditegakkan..

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^