Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani

Tulisan ini merupakan tulisan ke-3, catatan saya selama mengikuti Festival Forum KTI tanggal 17 – 18 November lalu. Silakan baca tulisan pertama dan keduanya: Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini dan KTI, Masa Depan Indonesia.

Saat Ibu Winarni Monoarfa – ketua POKJA Forum KTI (Kawasan Timur Indonesia) masih berada di atas podium, Bapak lalu Supratman naik ke atas panggung, membagikan kisah inspiratifnya mengenai pengelolaan air minum di daerahnya.

Lalu Supratman adalah kepala salah satu dusun di Desa Lendang Nangka, Lombok Timur. Ia berhasil menginisiasi pengadaan air bersih ke dusun-dusun yang berada di Desa Lendang Nangka. Tahun 2013, dia menjadi salah satu finalis Pahlawan untuk Indonesia di MNCTV.

Lalu Supratman sedang menceritakan kisahnya
Lalu Supratman menceritakan awal mula praktik cerdas yang dilakukannya, “Tahun 1996 desa kami dapat bantuan perpipaan dari Unicef. Ada banyak mata air di desa kami. Yang paling besar diambil oleh PDAM tapi sampai sekarang yang dialirkan ke desa kami nol persen. Dengan adanya bantuan itu, dialirkanlah air ke masing-masing kampung.”

Sempat terjadi gontok-gontokan masalah pipa ini hingga kemudian pemecahannya ditemukan pada tahun 2002. Lalu Supratman mendirikan Bapemdes – Badan Pengelolaan Air Minum Desa. Setelah mendapatkan bantuan dari Dinas PU (Pekerjaan Umum) bidang Pengairan, water meter dipasang pada pipa-pipa tersebut. Irigasi ke seluruh desa terpenuhi, terjadi pemerataan, dan hasil panen warga meningkat. Pengelolaan air berpengaruh langsung terhadap keadaan ekonomi Desa Lendang Nangka. Desa Lendang Nangka kemudian menjadi percontohan Desa Mandiri.

Video Lalu Supratman saat menjadi nominasi
Pahlawan untuk Indonesia, MNCTV 2013

Kira-kira pukul 10, hadirin dipersilakan mencicipi sarapan di lantai 17. Di lantai 17 ini pula diselenggarakan pameran KTI. Ada cukup banyak booth. Ada yang berasal dari pemerintahan, ada pula dari lembaga independen. Berkeliling-keliling dari satu booth ke booth lain, menyenangkan bagi saya. Saya bisa menyaksikan berbagai hal mengenai pembangunan di KTI.

Seperti kebiasaan saya bila menghadiri pameran, kali ini saya mengumpulkan sebanyak-banyaknya booklet dan brosur yang bisa saya bawa. Lumayan buat bahan ngeblog. J


Setengah jam kemudian acara dimulai kembali. Kali ini yang tampil adalah para pejuang penanggulangan bencana dari kaki gunung Rinjani. Mereka punya cerita menarik tentang bagaimana mengupayakan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana yang kerap melanda.

Dari booklet mengenai Festival Forum KTI VII yang saya peroleh di booth BaKTI, diperkenalkan mengenai orang-orang hebat itu sebagai berikut:
Sejak masa nenek moyang, warga Lombok sudah terbiasa mengalami berbagai bencana alam mulai dari gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung, dan belakangan ini: banjir dan tanah longsor. Beberapa kali mengalami bencana banjir bandang, warga Sembalun dan Belanting menyadari bahwa mereka tidak hanya bisa diam dan berpaling dari bencana. Mereka akhirnya memilih mengenal dari dekat penyebab bencana, mempelajari tindakan yang perlu dilakukan dalam tahap darurat bencana, dan mempersiapkan diri dengan mata pencaharian alternatif sekiranya bencana kembali ke desa mereka.
Kejadian banjir bandang parah pada tahun 2006 menjadi pelajaran penting. Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) dibentuk. Kelompok Perempuan Tangguh pun dibentuk sebagai bagian dari TSBD. Berbagai pelatihan diadakan untuk membekali TSBD dan Kelompok Perempuan Tangguh, di antaranya terkait Pengurangan Risiko Bencana.

Suasana di salah satu booth 
Wow .. booklet!

Satu contoh yang diceritakan adalah, TSBD dengan mengenakan rompi oranye, ketika ada bencana langsung mengambil posisi masing-masing. Mereka langsung bergerak sesuai tugas masing-masing. Ada yang memukul kentongan, ada yang memandu masyarakat untuk bergerak ke tempat yang aman, dan sebagainya.

Guru-guru pun diberi pengetahuan penanggulangan bencana. Guru mentransfer pengetahuannya kepada para murid sehingga begitu terjadi bencana, mereka langsung tahu harus menuju ke mana dan melakukan apa.


Karena sudah terlatih menghadapi bencana, ketika terjadi bencana terakhir (banjir bandang), pada tahun 2015 (mudah-mudahan saya tidak salah dengar penyebutan tahunnya), tidak ada korban jiwa, bahkan korban hewan pun tak ada. Hebat, ya.

Ketua Kelompok Perempuan Tangguh juga tampil. Sebagai orang yang pernah menjadi korban bencana, dia sangat paham pentingnya upaya yang dilakukannya. Pernah mendapatkan cemo’ohan, sekarang tidak lagi. Pendirian koperasi kini bisa membantu banyak rumah tangga di desanya.

Ada dua hal yang menjadi pokok perhatian para anggota TSBD ini, yaitu: “Kenali ancamannya, kurangi risikonya.”

Makassar, 23 November 2015

Bersambung
Berikutnya sebuah kisah praktik cerdas berkenaan dengan Rumah Tunggu yang dipelopori seorang dokter perempuan tangguh di daerah Maluku Tenggara Barat. Rumah Tunggu yang diinisiasinya berhasil menekan angka kematian bayi dan ibu di sana.

Baca juga:



Share :

9 Komentar di "Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani"

  1. Keren yaa mbak bisa menjadi pahlawan air jadi merata, kok aneh yaa masak PDAM ngak merata bagi nya, harus orang lain.

    Wih brosurrr aku yaa suka pas ada acara ambil2 smpek rmah di baca2, kata ibu kok yoo bawa2 gitu buat apah mbak hihihihi

    Jadi kelanjutannya gimana yaa mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Niar, sering kali inisiatif harus datang dari diri kita. Nunggu pemerintah, entah kapan solusi didapatkan. Nah, di acara inilah banyak inspirasi yang kayak gitu :)

      Hihi ayo toss sesama NIAR :)

      Delete
  2. Banjir. Kurangi sampah.

    Aduh, Jakarta banget itu mah.

    Aku kebagian mulu mba kalau ujan dikit banjir deh
    *ish curcol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah ... di kaki gunung pun demikian, Mbak .... banjir bandang ..... untungnya sekarang mereka sudahmenemukan solusinya :)

      Delete
  3. Wah, senang baca postingan ini. Namanya Lalu Supratman yaa, Lombok Jawa mungkin di'? :D

    Sama kak. Saya juga suka ngumpulin brosur-brosur gitu pas ada acara atau pameran. Kumpulin aja dulu, ntar bacanya belakangan. hihihi

    ReplyDelete
  4. Salut ya buat Pak Lalu Supratman.Pahlawan air buat desanya...

    ReplyDelete
  5. mantab kegiatannya, semoga bermanfaat untuk mencegah dan menanggulangi bencana

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^