Melihat Perahu Pustaka

Saya penasaran dengan Perahu Pustaka yang akan membawa buku-buku bacaan kepada masyarakat yang bermukim di daerah aliran sungai (DAS) dan pesisir pantai sepanjang selat Makassar hingga ke sisi barat pulau Kalimantan yang digaungkan di MIWF 2015 (baca tentang Perahu Pustaka di sini). Tak terbayangkan seperti apa perahu jenis perahu baqgog yang digunakan itu. Konon kabarnya perahu jenis ini bisa berlayar di perairan dangkal plus perairan dalam.

Kesempatan melihatnya dari jarak dekat adalah pada hari Sabtu, 6 Juni 2015. Saya dan para keluarga yang terlibat dalam kegiatan Family Reading Challenge untuk MIWF 2015 di media sosial mendapatkan kesempatan untuk itu. Bersama anak-anak dari Ruma Sokola dengan para pengurus dan orang tua mereka, kami boleh menyaksikan perahu itu usai Kids Corner. Tempatnya bukan lagi di Fort Rotterdam, melainkan di dermaga yang terletak di seberang Fort Rotterdam.

Anak-anak Ruma Sokola (Sokola Pesisir) sedang mewarnai gambar
Baqgog, dermagadan sampah
Mulanya saya mengira sebuah perahu besar yang sedang dikerjakan di dermaga itu merupakan Perahu Pustaka yang dimaksud, soalnya ada tulisan “Pinisi Pustaka” di dekatnya. Tunggu dulu ... katanya perahu baqgog, kenapa ini pinisi, ya? Pinisi dan baqgog itu kan dua jenis perahu yang berbeda?

Selama kira-kira lebih dari setengah jam saya dilanda “lemot” yang tak terkira. Kak Lily Yulianti Farid – direktur MIWF yang juga salah satu penggagas MIWF mungkin terheran-heran ketika saya bertanya kepadanya dengan antusias mengenai Pinisi Pustaka dan para pelukis yang sedang menginterpretasikan sang pinisi di atas kanvas.

Perahu Pustaka
Untungnya saya cepat sadar dari khilaf. Pertanyaan berikut yang saya ajukan kepada Kak Lily barulah tepat, “Di mana perahu pustaka itu?” Kak Lily tersenyum dan menunjuk sebuah tiang kapal yang terlihat dari tempat saya berdiri. Untuk menuju ke sana, hanya perlu mengambil sedikit jalan memutar.

Saya pamit sebentar untuk shalat Ashar. Athifah yang belum selesai mewarnai gambarnya saya ajak serta. Kami bergandengan tangan meninggalkan dermaga, menuju mushalla di dalam kompleks Fort Rotterdam. Kira-kira 15 menit kemudian kami kembali ke dermaga. Kunjungan ke tempat Perahu Pustaka ditambatkan belum dilangsungkan. Kami masih menyaksikan acara menyanyi bersama dan dongeng yang dibawakan oleh Wendy Miller sebelum rangkaian Kids Corner berakhir. Daaan tibalah saatnya melihat Perahu Pustaka ...

Kak Lily Yulianti Farid memberikan hadiah kepada pemenang lomba mewarnai
Perahu Pustaka itu ukurannya kecil. Barangkali hanya sepertiga dari ukuran perahu pinisi di sebelahnya. Walau mungil, perahu jenis ini punya riwayat tangguh di masa lalu. Harapannya, di masa ini ketangguhan itu akan menjadi riwayat Perahu Pustaka juga.

Kak Lily menceritakan kisah Perahu Pustaka (bisa dibaca di sini). “Ridwan Alimuddin, pembuat kapal ini memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai wartawan di Sulawesi Barat. Dia akan menakhodai kapal ini, selamanya. Keputusan yang berani, ya,” ucap Kak Lily. Yup, keputusan yang berani. Semoga pelayaran Perahu Pustaka ini lancar dan mudah.


Makassar, 13 Juni 2015 


Share :

10 Komentar di "Melihat Perahu Pustaka"

  1. edukasi pada siswa yang takkan pernah dapat dilupakan seumur hidup para anak-anak tersebut, maka perahu pustaka itupun akan terpatri diingatan mereka hingga akhir hayat dikandung badan mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, Kang. Sayangnya anak saya tak sempat bertemu dengan sang nakhoda karena kami sudah harus pulang maghrib itu. Penutupannya malam, mungkin nakhodanya ada di acara penutupan

      Delete
  2. Perahu Pustaka, idenya keren ya kak.. menjangkau anak-anak juga warga di sekitar DAS.. semoga ke depannya bisa lebih berkembang dn populer..

    Itu foto sampahnya nggak enak dilihat ya mbak hehehe

    ReplyDelete
  3. Menumbuhkan minat baca sejak dini, sangat penting. akan melatih anak berfikir logi, dialogis.
    Saat dewasa, mereka akan mampu mengolah fikiran mereka.
    Salut untuk penggagas perahu pustaka ini
    Aku jadi malu, belum kesampaian keinginan untuk membuat taman bacaan

    ReplyDelete
  4. Subhanallah.. ada ide membuat perahu pustaka. Kereen banget nih, Mbak.

    ReplyDelete
  5. Di Makassar itu banyak kegiatan yang dilakukan komunitas ya.
    Dan eventnya selalu menarik :)

    ReplyDelete
  6. luar biasa memang Iwan...
    banyak sekali terobosannya

    ReplyDelete
  7. Wah, mba. Saya dari Pontianak, Kalimantan Barat. Apakah perahu-nya akan sampai ke Kalimantan Barat?

    ReplyDelete
  8. Tulisan yang sangat menarik. Terima kasih telah bersedia berbagi.

    ReplyDelete
  9. Penggagas ide Perahu Pustaka selayaknya mendapatkan apresiasi dan bantuan dari pemerintah dan masyarakat... Saya salut di masa sekarang masih ada orang idealis dan peduli dengan masyarakat yang butuh bacaan bermanfaat... Semoga ke depannya kegiatan semacam ini masih berlanjut dan banyak yang mengikutinya... BTW, terima kasih telah sudi meluangkan waktu untuk berbagi.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^