Mal ke Mal dari Jendela Busway (2)

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya

Perjalanan lancar. Sayangnya tak setiap hari seperti ini. Bila lalu-lintas macet, busway ikut pula terjebak macet. Dapat dimaklumi karena jalurnya belum eksklusif. Hanya sekadar berupa garis pembeda di atas jalan yang masih bebas dilalui kendaraan apa saja.

Dari Mal Panakukang, bis menyusuri Jalan Boulevard, bergerak ke arah barat lalu berbelok ke arah kanan di Jalan A. P. Pettarani, terus ke utara kemudian belok kiri di Jalan Urip Sumoharjo.

Bis bergerak lurus ke arah barat, menuju Jalan Gunung Bawakaraeng ke Jalan Jenderal Sudirman. Kata pak Arifuddin, ada perhentian di RS Pelamonia dan Lapangan Hasanuddin. Tapi bis tak berhenti karena tak ada siapa pun yang menunggu di sana.


Sajian dari DVD player
Bergerak lurus ke arah selatan, bis menyusuri Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan Sam Ratulangi. Bis memperlambat lajunya tepat di depan Mal Ratu Indah, menuju perhentian di dekat persimpangan yang tembus ke Jalan Amirullah.

Dalam rute panjang dari Mal Panakukang hingga Mal Ratu Indah ini hanya ada 2 perhentian. Sayang sekali, masyarakat yang mau naik di antara rute itu tak bisa naik di luar perhentian di R. S. Pelamonia, Lapangan Hasanuddin, dan Mal Ratu Indah.

Terlebih lagi dalam rute Mal Ratu Indah – Mal GTC, sama sekali tak ada perhentian di antaranya. Jadi masyarakat yang tinggal di antara rute itu tak bisa naik.

Dahulu ada bis Damri dan bis tingkat yang beroperasi di kota ini. Sayangnya tak ada lagi yang beroperasi. “Jejak” peninggalannya masih tersebar di seantero kota berupa halte-halte bis yang tak berfungsi lagi. Ah, andaikan bisa dimanfaatkan kembali …

Masjid Amirul Mukminin, dari balik jendela busway
Lagu-lagu Noah masih menemani kami dalam perjalanan menyusuri Jalan Kakatua hingga Jalan Rajawali. Tujuan berikutnya adalah Mal GTC di Tanjung Bunga. Di sini ada halte yang khusus disediakan untuk BRT Mamminasata, di salah satu sisi mal. Bis parkir di depan halte. Pak Arifuddin dan pak Hajar turun, untuk kemudian beristirahat di bangku-bangku kayu di dalam halte.

Di Mal GTC inilah sebenarnya yang merupakan titik awal jalur ini. Setiap harinya pak Arifuddin dan pak Hajar bolak-balik menyusuri jalur Mal GTC – Karebosi Link – Mal Panakukang – Mal Ratu Indah – Mal GTC sebanyak 8 kali, mulai pukul 9 pagi hingga malam hari.

Beristirahat di halte GTC
Kebanyakan penumpang yang juga merupakan bagian dari rombongan tur turun untuk melemaskan persendian. Tak terasa sudah satu setengah jam lebih kami menikmati pemandangan Makassar dari balik jendela bis. Setelah ngetem sekitar 20 menit, bis yang kami tumpangi bergerak, kembali menuju halte Losari, tempat semula kami naik tadi.

Dengan waktu 19 menit dari Mal GTC, melalui Trans Studio, halte Losari dapat dicapai. Dalam rute pendek itu, pak Arifuddin menagih biaya perjalanan. Masing-masing penumpang harus membayar sebesar Rp. 12.000 karena perjalanan keliling kota yang kami lakukan ini meliputi 3 rute: halte Losari – Mal Panakukang, Mal Panakukang – Mal Ratu Indah, dan Mal Ratu Indah – Mal GTC.

Halte GTC, nyaman juga
Dengan demikian saya harus membayar sebesar Rp. 36.000 untuk saya, Affiq, dan Athifah. Selembar pecahan lima puluh ribu rupiah saya berikan kepada pak Arifuddin. Sebagai tukarannya, ia memberikan sejumlah karcis kepada saya. Saya menghitung lembaran-lembaran berwarna hijau muda di tangan saya. Eh, koq cuma lima lembar? Hm, sepertinya pak Arifuddin salah hitung.

Jam digital di depan penumpang menunjukkan angka 12.42 ketika bis berhenti tepat di depan halte Pualam. Sebelum turun, saya mendekati pak Arifuddin untuk menagih kekurangan karcis yang saya terima.

Ngetem di halte Mal GTC
9 lembar karcis
Sebagai penumpang yang baik, adalah sebuah kelayakan bila saya untuk meminta lembaran-lembaran karcis yang merupakan hak saya karena telah memberikan sejumlah uang sebagai hak pemerintah, dalam hal ini Perum Damri. Lembaran-lembaran itu bukan sekadar kertas. Lembaran-lembaran itu merupakan bukti bahwa saya telah memberikan kewajiban saya: membayar tarif yang sudah ditentukan untuk perjalanan ini.

Wi Fi-nya tidak aktif?
Mengelilingi kota dalam waktu 2 jam 13 menit dengan tarif Rp. 12.000 murah juga dibandingkan bila menempuh rute yang sama dengan berganti-ganti angkutan kota. Anak-anak saya pun menikmati perjalanan ini. Sepanjang usia moda transportasi ini yang baru 20 hari, hal ini merupakan sebuah pengalaman berharga yang bisa mereka kenang dan bagikan kepada teman-teman mereka di sekolah.

Makassar, 11 April 2014

Selesai


Share :

20 Komentar di "Mal ke Mal dari Jendela Busway (2)"

  1. Bus way di sana seperti itu ya Mba, lain ya dengan bus way di Jakarta. Minimal nanti kalau main ke sana sudah tahu bus waynya seperti apa. trims sudah sharing mba.

    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini masih masa uji coba juga mas Indra. Entahlah kalo nanti berubah lagi sistemnya :)

      Delete
  2. kelemahan BRT tidak bisa mengakomidir penumpang di sepanjang jalan tapi sbnrnya mendorong budaya jln kaki ;)

    ReplyDelete
  3. murah meriah tapi menyenangkan :)

    ReplyDelete
  4. Wuah busway nya keren
    Di bandung belum ada busway nih mak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena memang dianggap belum perlu kali ya Mak. Kalo di sini, semua moda transportasi bis kota sudah mati sementara kota makin padat dan macet :)

      Delete
  5. namun bila semuanya sadar menggunakan sarana transportasi umum maka kacet akan dapat dihindari....
    :)

    ReplyDelete
  6. Tidak tau kenapa, saya kalau bepergian menggunakan bus itu terasa mual... Tapi memang bus yang saya tumpangi itu semacam bus umum di jakarta, ya jadilah penat. Dan salah satu penghilangnya adalah sight seeing through the window :)

    ReplyDelete
  7. halte GTC langsung terhubung ke mal ya..?
    memudahksn banget ...
    semoga BRT diterima masyarakat

    ReplyDelete
  8. model transportasi spt ini bakal memudahkan wisatawan deh..
    aku lebih berani nyoba bis model ini di tempat baru dibandingkan dgn angkutan kota

    ReplyDelete
  9. hehe sepertinya busway disana lebih baik daripada di Jakarta ya kak?

    ReplyDelete
  10. Busway untuk keliling kota Maassar seperti ini, apalagi berhenti di mall, mmudahkan sekali untuk pendatang ataupun wisatawan ya mba.

    ReplyDelete
  11. Aku yang pernah nyoba itu TransJakarta. TransJogja & TransMetro Pekanbaru belum pernah heheheeee Asik juga kalau kota2 besar punya bus yang nyaman

    ReplyDelete
  12. menyenangkan... belum pernah naik bus way hehe

    ReplyDelete
  13. Mudah2an suatu saat nanti bisa menikmati busway sebagai warga Makassar kak.. Mumpung busway-nya masih baru beroperasi ^_^

    ReplyDelete
  14. buswaynya beda ya mbak dengan di Jakarta

    ReplyDelete
  15. Thank you for the auspicious writeup. It in reality used to be a amusement
    account it. Look advanced to more added agreeable from you!
    By the way, how could we be in contact?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^