Mal ke Mal dari Jendela Busway (1)

Pemandangan di dalam loket halte Losari
Sebenarnya saya tidak benar-benar niat hendak mengikuti tur kota naik busway bersama teman-teman Komunitas Blogger Anging Mammiri. Kepingin sih kepingin, tapi ndak yakin benar-benar mau pergi atau tidak.

Sampai pada harinya, pada tanggal 31 Maret menjelang pukul setengah sembilan pagi, suami saya bertanya lagi. “Bagaimana, mau pergi?” Masih setengah ragu tapi tetap kepingin, saya terdiam dulu beberapa saat. “Iya deh. Bagaimana kalau bawa Affiq dan Athifah, ya?”

Maka setelah berdiskusi, kami memutuskan bahwa saya akan membawa serta Affiq dan Athifah, mumpung sedang libur Nyepi.

***

Halte Losari, eks restoran Pualam
Kali ini dengan mantap, kami berusaha memburu jadwal yang tertulis di e-mail pemberitahuan di milis Anging Mammiri (AM): pukul 10.00. Tiba di halte eks restoran Pualam, depan pantai Losari sudah pukul 10 lewat, terlihat beberapa anak muda sedang nongkrong. Pasti bukan asal nongkrong karena tempat itu sama sekali ndak
Tempat sampah pun ada
asyik buat dipakai nongkrong anak muda. Masih terlihat tak terawat meski sudah ada halte busway di sana. Tak ada tempat duduk yang memadai, apa lagi tempat makan.

Saya mengenali dua orang di antaranya, ada Made, ketua AM dan Anchu yang kondang dengan sapaan Lelaki Bugis (Lebug) di twitter. Saya pun menghampiri mereka.

Tak ada yang tahu pasti jam berapa keberangkatan berikut. Halte terlihat tak terawat. Tak ada seorang pun petugas yang berjaga di sana padahal sudah pukul 10 lewat. Tumpukan barang terlihat di dalam loket. Seseorang terlihat sedang pulas di lantai halte. Wah, bagaimana cara beli tiketnya?

Membawa anak kecil, harus hati-hati
Penantian kami berakhir juga. Busway berwarna biru tua itu pun muncul dari arah selatan dan parkir tepat di sisi halte. Dari pak Arifuddin, petugas yang bertindak sebagai kernet kami mendapatkan informasi bahwa pembelian tiket dilakukan di dalam busway, dalam perjalanan karena halte memang belum difungsikan.

Alat pemecah kaca untuk keadaan darurat
Sebanyak 24 penumpang naik dari halte Losari. Rupanya bukan hanya dari komunitas AM saja rombongan kami. Ada pula dari komunitas-komunitas lain seperti Jappa-Jappa dan Makassar Berkebun. Anak-anak muda itu masuk satu per satu ke dalam bis. Saya harus mengangkat Athifah untuk menyeberangkannya karena ada sedikit jarak antara lantai halte dan lantai busway.

Jam digital di busway menunjukkan angka 10.29 ketika bis meninggalkan halte. Bisnya nyaman karena masih baru, terlihat dari kursi-kursi penumpang yang masih berbalut plastik. Meski masih baru, ada juga pengontrol AC di atas penumpang yang tak berfungsi.

Pak Arifuddin mengganti tayangan dangdut yang entah penyanyinya siapa, dengan sajian lagu-lagu dari band Noah. Sepanjang perjalanan ini, Noah menemani para penumpang busway yang dikemudikan dengan apik oleh pak Hajar. Yaah lumayanlah. Walau tanpa gambar, hanya tulisan yang tampak di layar, saya lebih setuju pak Arifuddin memutar CD Noah.

BRT Koridor 2 Jalur Mamminasata
Busway menyusuri sepanjang pantai Losari terus ke arah utara, melalui Jalan Riburane, terus ke Karebosi Link. Berhenti di halte sejenak di depan mal bawah tanah itu untuk menaikkan 4 orang penumpang.

Perjalanan dilanjutkan, terus ke arah timur, menyusuri Jalan Jenederal M. Yusuf, Jalan Masjid Raya, hingga Jalan Urip Sumoharjo.

Halte Karebosi Link, dari balik jendela busway
Saya tak menyia-nyiakan kesempatan ketika pak Arifuddin berdiri di dekat tempat duduk saya. Beberapa pertanyaan saya lontarkan kepadanya. Ia menjawab dengan ramah walau sebelumnya sempat kelihatan agak waspada ketika melihat saya menuliskan jawaban-jawabannya di sebuah buku notes.

Saya jelaskan bahwa keperluan kami ini tanpa tendensi apa-apa. Hanya ingin menyaksikan sendiri dan menuliskannya ke dalam blog. Mudah-mudahan saja bisa memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan transportasi di kota tercinta ini.

Bus Rapid Transit – BRT Jalur 2 Mamminasata, itu yang tertulis di badan bis biru tua ini. Entah apakah ini juga yang namanya busway atau bukan. Tapi biarlah, untuk kali ini saya menyebutnya busway dulu. Dari sebuah artikel yang saya baca, tertulis ada yang namanya BRT ada yang namanya busway.

Persimpangan Jl. A.P. Pettarani - Jl. Boulevard,
dari balik jendela busway
Mungkin busway itu yang belum difungsikan, yang kata pak Arifuddin ada 2 unit yang  masih baru yang tempat duduknya saling berhadapan dan ada tempat bergelantungnya.

Untuk saat ini di Makassar, baru jalur 2 ini yang beroperasi dengan dukungan 5 unit. Mereka mengatur jarak waktu agar tidak sampai berbarengan berada dalam sebuah halte.

Dalam artikel tersebut dituliskan[i] :
Kepala Dishubkominfo Sulsel, Masykur A Sulthan, mengatakan untuk batas waktu uji coba BRT Trans Mamminasata masih belum bisa dipastikan. Masykur mengatakan uji coba akan selalu dilakukan hingga semua masyarakat bisa menerima kehadiran BRT Trans Mamminasata. Selan itu, Dishubkominfo Sulsel, masih akan menyempurnakan segala infrastruktur pendukung BRT yang hingga saat ini masih belum ada.

Masih uji coba. Dan salah satu tujuan kami berekreasi hari ini adalah agar dapat memberikan masukan kepada Dinas Perhubungan agar pengoperasiannya kelak bisa lebih maksimal lagi.


Dari Jalan Urip Sumoharjo, bisa memasuki Jalan A. P. Pettarani, lalu ngetem sekitar 10 menit di Mal Panakukang. Beberapa penumpang naik di sini.

Beberapa orang terpaksa berdiri karena kapasitas 33 kursi sudah terisi semua. Mestinya yang pada berdiri ini bayarnya separuh harga saja ya, kan capek berdiri sepanjang perjalanan.

Halte Losari
Athifah yang tadinya terlihat lesu berusaha menguatkan diri. Entah bosan atau merasa mulai mabuk, matanya terlihat sayu. Tapi saat saya katakan hendak menelepon papanya untuk menjemputnya, ia menolak. Ia bersedia ikut hingga tur kota hari ini selesai. Pemandangan kota terlihat jelas dari jendela kaca besar di sisi kanan kami.

Sementara Affiq yang duduk paling depan terlihat asyik memotret pemandangan di jendela yang lebih besar lagi di depannya. Apa menariknya? Entahlah, tetapi bocah lelaki yang beranjak remaja ini terlihat begitu menikmatinya.

Makassar, 11 April 2014

Bersambung






[i] Sumber: http://upeks.co.id/index.php/metro/item/7538-brt-trans-mamminasata-bebani-apbd, diakses 11 April 2014, pukul 12:54.


Share :

10 Komentar di "Mal ke Mal dari Jendela Busway (1)"

  1. enaknya melihat pemandangan kota menggunakan busway baru :)

    ReplyDelete
  2. bu mugniar rupanya sudah menikmati perjalanan dengan busway ala makassar...saya malah belum sempat.....mungkin kapan2 sekalian buat reportasenya juga.....keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin mudah2an ya Pak .. seru juga, nanti bisa sama2 mbak Wieka ya :)

      Delete
  3. Asik ya, udah ada busway. Meski prlayanan belum maksimal. Di sini masih dengan angkot, Mba.


    Atifah belum sarapan, ya. Lapar mungkin. Hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah sarapan koq .... begitu deh anak2 :D
      Kalo angkotnya masih lancar mah asyik ya Idah. Kalo di sini sudah suka macet, mulai kayak Jakarta :D

      Delete
  4. Perjalanan yang menyenangkan bersama para blogger ya mbak. Athifah seperti azkiya, suka mabuk...:)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^