Sebenarnya ini tulisan yang dibuat akhir bulan lalu, dikirim ke salah satu media tapi belum ada kabarnya. Daripada akhirnya menjadi basi karena topiknya sudah tidak hangat lagi, mumpung masih hangat ya saya posting saja di sini. Bermula dari rasa tidak sreg saya menonton berita yang penyajiannya seperti infotainmen maka lahirlah tulisan ini ...
AQJ menjadi trend topic akhir-akhir ini. Semua
stasiun televisi, radio, dan media cetak memberitakannya. Infotainmen tentu
saja tak mau ketinggalan. Bahkan di media-media sosial AQJ beserta kedua
orangtuanya menjadi pembicaraan hangat.
Sebagai ibu dari tiga orang anak yang salah satunya anak
lelaki berusia 12 tahun, saya merasa berempati kepada Ahmad Dhani dan Maia.
Saya sendiri memandang peristiwa kecelakaan yang dialami AQJ di tol Jagorawi
itu sebagai momentum maha dahsyat buat kita semua.
Betapa tidak, sepanjang ingatan saya, sejak saya duduk
di bangku sekolah menengah pertama (tahun 1986 – 1989), saya sudah sering
melihat siswa SMP mengendarai sendiri kendaraan bermotor. Sampai saat ini, di
mana-mana, mulai dari kota besar sampai pelosok desa, anak-anak di bawah umur
dibiarkan oleh orangtua mereka mengendarai kendaraan bermotor. Mungkin saja ada
yang tanpa sepengetahuan orangtua tetapi banyak juga yang memang dibiarkan oleh
orangtua mereka.
Saat wawancara di sebuah stasiun televisi yang
ditayangkan tanggal 27 September 2013, Ahmad Dhani menceritakan tentang seorang
perawat yang mengatakan, “Dul … Dul, gara-gara Kamu, anak Saya tidak bisa naik
motor lagi, jadi Saya harus mengantarnya ke sekolah.” Hm, jadi
kepraktisan atau takut repot menjadi salah satu alasan orangtua membiarkan
anaknya yang masih di bawah umur mengendarai sepeda motor.
Momentum maha dahsyat ini, walau merupakan musibah
bagi keluarga Ahmad Dhani dan para korban namun memberi dampak positif bagi
banyak orang. Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Peristiwa ini
membuat banyak orang tersadar bahwa membiarkan anak di bawah umur mengendarai
sendiri kendaraan bermotor memang amat beresiko.
Rumah Ahmad Dhani Sumber: suryopod.blogspot.com |
AQJ dan para korban adalah penyampai pelajaran
berharga kepada kita. Bahwa kecelakaan bisa terjadi pada siapa saja. Beruntung
bukan anak-anak kita yang mengalaminya. Sebagai seorang ibu dari tiga anak yang
salah satunya hanya setahun lebih muda dari AQJ, saya merasa ikut berempati pada
Ahmad Dhani dan Maia. Secara psikologis, mereka pasti lelah luar biasa, sama
lelahnya dengan fisik mereka karena setiap hari harus berjaga di rumah sakit.
Saya membayangkan betapa sulit keadaan yang mereka
hadapi ketika harus memberitahu AQJ mengenai sanksi hukum yang bakal diterima
remaja itu. Terlebih lagi kondisi AQJ nantinya, tentu ini menjadi beban yang
teramat berat.
Dari semua model tayangan yang memberitakan perkembangan
kasus AQJ, saya paling tidak sreg dengan model infotainmen yang biasanya
menggiring opini penonton. Infotainmen cenderung membuat statemen sendiri,
bukannya menyajikan fakta yang aktual. Saya lebih memilih berita, untuk
mengikuti perkembangan kasus ini.
Beberapa hari yang lalu, stasiun-stasiun televisi, baik
infotainmen dan berita ramai-ramai menayangkan kedatangan AQJ menjenguk korban
yang masih dirawat di rumah sakit. Sayangnya, salah satu berita yang
ditayangkan pukul satu siang disajikan ala infotainmen karena menggiring opini,
bukan menyajikan fakta semata.
Saya sempat merasa penasaran ketika disebut-sebut
bahwa kepolisian membeda-bedakan AQJ dengan anak-anak lain yang sudah
dipidanakan. Dipertanyakan pula, kapankah kepolisian akan memproses kasus ini.
Saya jadi bertanya-tanya, apakah ada anak lain yang kasusnya sama atau minimal
mirip dengan kasus AQJ ini sehingga kepolisian dianggap membeda-bedakan
anak/remaja Indonesia yang dianggap melanggar hukum?
Maka dengan antusias, saya ikuti narasi beritanya. Kalau
tak hati-hati, penonton bisa menyimpulkan bahwa kepolisian menganakemaskan AQJ,
entah mengapa. Tapi kalau disimak dengan baik, ternyata semua contoh yang
disebutkan tak ada satu pun yang sama, minimal mirip dengan kasus yang dialami
AQJ.
Berita itu menyebutkan remaja-remaja yang dihukum
karena mencuri uang atau barang seharga puluhan ribu rupiah yang kini menerima
sanksi hukum dibalik jeruji besi selama sekian bulan. Ini jelas bukan
perbandingan. Membandingkan sebuah kasus dengan kasus lainnya seyogianya ada
kesamaan banyak variabel di dalamnya.
AQJ yang baru berusia 13 tahun mengendarai mobil
Lancer. IA menabrak guardrail tol Jagorawi lantas menabrak Daihatsu
Grand Max dan menyenggol bagian belakang Toyota Avanza yang berada di arah berlawanan.
Hingga 20 hari, masih ada 2 korban di rumah sakit sementara korban yang meninggal
ada 7 orang. AQJ harus menjalani 5 kali operasi. Tabrakan maut itu menyebabkan
darah memenuhi paru-paru AQJ. Selain itu tulang rusuk ke 5, 7,dan 8 patah. Operasi
keempat dilakukan untuk mengambil darah yang menggenang di paru-parunya. Kurang
lebih 350 cc darah diambil dari paru-paru AQJ. Darah itu berasal dari tulang
rusuknya yang patah. Operasi kelima dilakukan untuk menyambung tulang rusuknya
yang patah.
"Kasus ini akan berjalan terus meski telah
terjadi perdamaian dan pihak tersangka telah memberikan santunan kepada
keluarga korban," demikian ditegaskan oleh wakil direktur Lalu Lintas
Polda Metro Jaya AKBP Sambodo Purnomo. AQJ pun telah ditetapkan sebagai
tersangka tunggal karena kelalaiannya itu, sesuai pasal 310 ayat 4 UU 22 tahun
2009 tentang Lalu-lintas dengan ancaman hukuman maksimal 6 tahun.
Ahmad Dhani pun telah menunjukkan itikad baiknya
dengan mengikuti apa-apa yang dituntut keluarga korban dalam musyawarah mereka.
Hingga kini ia telah mengeluarkan dana sekitar satu milyar. Semua keluarga
korban memiliki kebesaran jiwa, mereka malah balik menjenguk AQJ dan
menyemangati kedua orangtuanya.
Kalau membandingkan, bandingkanlah kasus yang mirip
kasus AQJ ini. Apakah pernah terjadi? Kalau belum, lebih baik tidak usah.
Suguhkan saja penonton dengan fakta, biar mereka yang beropini sendiri. Lalu mari
kita berbenah diri dan mengambil hikmah dibalik kejadian ini.
Kita memang patut merasa miris dengan sanksi-sanksi
hukum yang dijatuhkan kepada anak-anak di bawah umur di banyak daerah yang
kurang manusiawi namun mudah-mudahan hal ini bisa menjadi tonggak sejarah
perbaikan ke arah yang lebih baik.
Di seluruh Indonesia, penerapan undang-undang
berlalu-lintas menjadi lebih ditegakkan. Razia pengendara di bawah umur
digalakkan. Para orangtua menjadi lebih berhati-hati memberikan keleluasaan
bagi anak-anak mereka dalam berkendara. Ini menjadi pelajaran bagi para
orangtua agar tak seenaknya mengajari anak mereka untuk menjadi pelanggar
aturan.
Penggiringan opini semacam ini tidak berarti apa-apa,
hanya memperkeruh suasana saja. Semua yang terkait kasus ini telah beritikad
baik, mari kita dukung dan do’akan mereka untuk Indonesia yang lebih baik. Membandingkan
dan menggiring opini semacam itu bakal menodai nilai kemanusiaan kita. Biarkan
dulu kepolisian bekerja, mereka tentu tak akan gegabah karena kasus ini berada
di bawah lampu sorot raksasa yang amat benderang. Media, tolong gunakan hati
nurani dan pikiran yang bersih dalam menyajikan berita. Dalam menyikapi hal
semacam ini, suguhi kami fakta, bukan opini.
Share :
Setuju..
ReplyDeleteJika kedua belah pihak telah bersepakat, hendaklah kita mendukung bukan memperkeruh..
Iya benar ^^
Deleteinfotainment memang seringkali melebih-lebihkan fakta yang ada mbak. Tuntutan untuk mendapatkan rating tinggi saya yakin merupakan salah satu alasannya. kadang kasihan juga ya dengan pihak keluarga AQJ yang jadi bulan-bulanan media. mereka juga manusia biasa yang ingin punya privasi ya.
ReplyDeletemudah2an kasus AQj segera tuntas ya.
Mudah2an segera tuntas ya mbak ... miris liatnya. SAyangnya berita TV ikut2an kayak infotainmen ...
Deletesampai sekarang,kasusnya sudah tuntas belum mbk???hampir 1 bulan saya tidak lihat tv hehe,g pny tv di kos....apapun itu,kejadian ini memeberikan banyak pelajaran bagi saya khususnya :D
ReplyDeleteBelum diperiksa AQJnya mbak, katanya hari ini ya ... entahlah ya saya belum update berita
DeleteAkibat perbuatan AQJ ngeri sangat akibatnya Niar. Semoga dia segera pulih, korbannya menerima santuanan, dan semoga ini jadi pelajaran tak hanya bagi AQJ tapi bagi seluruh kita, bangsa Indonesia..
ReplyDeleteAmat mengerikan kak Evi .. semoga banyak orang menuai pelajaran dari sini ... saya juga ...
Deletejustru saya tidak mengikuti tentang berita ini, karena saya bisa menembak arah dari akhir ceritanya. Jadi orang tua memang berat, tidak cukup memberi makan dan fasilitas harta. Perhatian dan keakraban orang tua adalah hal yang lebih utama ya ?
ReplyDeleteAmat berat mas .... terlalu banyak tanggung jawab sebagai orangtua makanya harus sangat hati2
DeleteSemoga semua berjalan dengan semestinya, tidak terpengaruh dengan opini yang dibangun media yang hanya mementingkan traffik tayangan,
ReplyDeleteMudah2an ya mas ....
Deletepaling gemes nonton infotainment mbak.
ReplyDeletekit punya pendapat sama
Iya mbak ... sayangnya berita koq ikut2an padahal mreka seharusnya profesional ... :|
DeleteIya Mugniar, musibah itu pasti tidak diinginkan oleh siapapun.
ReplyDeleteKelalaian orang tua Dul dalam melakukan pengawasan, kecerobohan Dul dalam mengemudikan kendaraan, hendaknya jadi pelajaran berharga buat kita, para orang tua.
Ikut berduka cita sedalam-dalamnya juga bagi para korban, smoga almarhum mendapat tempat terbaik disisi-Nya. Aamiin.
Ngeri ya mbak Irma. Pelajaran besar untuk kita semua ...
Delete