Keasrian Buah Jerih-Payah Ayah

Ayah sedang mengurus tanaman
di  pekarangan sisi  kiri rumah

     Meski sudah berusia 71 tahun, alhamdulillah ... ayah saya masih bugar. Kolesterol dan asam urat yang sesekali menyerangnya bukanlah halangan baginya untuk beraktivitas setiap harinya. Setiap pagi beliau merawat aneka tanaman yang ditanamnya di pekarangan rumah kami. Bukan hanya di pekarangan depan ramai dengan hasil kerja keras beliau, di pekarangan kanan dan kiri rumah pun beliau tanami.
        Saat pekuburan warga Gorontalo di Makassar membutuhkan tanaman, beliau menyumbangkan beberapa. Subhanallah, kebayang jika tanaman itu hidup dan berguna sampai lama kelak, amal jariyah beliau akan terus berjalan.
Jejeran paving block sebagai pembatas
antara taman dengan tanah kosong
depan teras kami
Salah satu tanaman yang cukup tinggi
Tanaman yang cukup rimbun itu menjadi
'pagar tambahan'

Aneka tanaman, ada yang di pot, ada yang di tanah
di pekarangan sisi kiri rumah
Setiap pagi ayah sibuk dengan tanamannya

Walaupun lahan di bagian ini cukup sempit,
ayah memanfaatkannya juga



Pekarangan di sisi kanan rumah
juga ramai oleh aneka tanaman
       Waktu baru pindah ke rumah ini, tahun 1989, pekarangan rumah ini masih gersang. Karena memang suka merawat tanaman, beliau mengusahakan sendiri tanaman-tanaman di pekarangan rumah kami, tak ada yang dibeli. Semuanya berasal dari karib dan kerabat.
            Beberapa kali anggrek berwarna ungu yang beliau ‘tempel’ di batang pohon di depan rumah raib, dicuri orang. Harganya konon cukup mahal, Rp. 100.000 per batang. Mau tidak mau diikhlaskan saja walau beliau sudah berpayah mengembangbiakkannya. Beliau tak jera, tetap saja membiakkan anggrek itu.
Tanaman di dalam pot yang berderet
diletakkan di atas bangku buatan ayah
Sebagian tanaman di pekarangan depan rumah
Palem di antara tanaman-tanaman lain
Botol bekas vitamin C dimanfaatkan ayah
sebagai pembatas
Ada tanaman besar ada pula yang kecil
Mereka semua bertasbih lho .. subhanallah ...


Sedikit di antara sekian banyak tanaman ayah
selama lebih dari 20 tahun
            Tak jarang tetamu memuji keasrian halaman rumah hasil jerih payah ayah. Kami hanya bisa tersenyum dan berkata, “Wah, itu hasil jerih payah ayah.” Karena memang hanya beliau yang menanam, menyiangi, dan merawat tanaman itu selama lebih dua puluh  tahun ini. Istri dan anak-anaknya tak ada yang tertarik dengan urusan tanam-menanam itu J.
            Mudah-mudahan jerih-payahmu berbuah amal jariyah yang manis, Ayah. Kelak Engkau akan mencicipi ‘hasil’-nya.
Tanaman-tanaman dalam pot yang berderet 
Entah ada berapa banyak tanaman yang
sudah ditanam ayah
Gelas bekas teh kemasan dimanfaatkan juga
sebagai pembatas tanaman

Salah satu tanaman tinggi
koleksi pekarangan kami


Makassar, 2 Oktober 2011


Share :

0 Response to "Keasrian Buah Jerih-Payah Ayah"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^