Showing posts with label Memantaskan yang Pantas. Show all posts
Showing posts with label Memantaskan yang Pantas. Show all posts

SMS Penipuan, Nggak Banget Deh Ih

Bulan kemarin saya masih mendapatkan 2 SMS ini:

085257344607 (10 Maret) Selamat!! Anda Men’dpt hadiah Rp.75juta. Dari TELKOMSELpoin “Periode maret” PIN anda(33c7) Hub kntr pusat: 082113720777 (Ir.Wardoyo). Pengirim: TELKOMSEL 
08975532756 (27 Maret 2012) Disampaikan Dr. “BANK BRI” And M_dptkan Dana Bantuan Cek Rp,75juta Informasi Hub: Frans Wanggai 0853-97243555 Pelaksana: BRI Pusat
Baca selengkapnya

Lampu yang Aneh

Siang tadi ke mal Panakukang, seperti biasa berboncengan dengan suami dan Athifah yang tak mau ketinggalan. Ada yang hendak saya cari dan adanya di sana. Entah sudah berapa lama saya tak ke sana. Sepertinya sudah lebih setahun, yah ... mal memang bukan tempat yang bisa membuat saya bolak-balik mendatanginya J. Terakhir ke sana, masih ada petugas di pintu masuk yang mengetikkan nomor plat motor kami. Sekarang tidak lagi, sudah otomatis. Tinggal ambil karcis yang sudah bertuliskan plat nomor motor.

Dasar katrok ya, tiket parkir otomatis saja difoto ahahaha
Syukurlah, barang yang saya cari ada, murah pula. Tak salah saya mencarinya di situ. Usai mendapatkannya, kami pun pulang. Cuaca hari ini bersahabat, bagi kami dan para demonstran yang katanya sedang memperjuangkan agar BBM tak jadi naik (katanya sih memperjuangkan tapi koq kenapa banyak menyusahkan warga?). Siang ini tak hujan. Tiba di persimpangan jalan Boulevard – Pettarani, suami saya menghitung, “Satu ... dua ... tiga.”

Baca selengkapnya

Terminal Daya ... Riwayatmu Dulu dan Kini

Terminal Daya
Sumber: http://fajar.co.id
Tahun ini pemerintah kota hendak mengaplikasikan terminal Daya secara maksimal. Terminal yang seharusnya ramai ini ternyata sepi, tidak seperti seharusnya sebuah terminal antarkota. Terminal-terminal bayangan yang konon menghalangi fungsi terminal itu dituding menjadi salah satu penyebabnya. Namun apakah sebenarnya yang menjadi penyebab adanya terminal-terminal bayangan itu? Sepertinya pemerintah tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau tidak mau tahu. Yang jelas hal yang paling utama bagi pengguna terminal yaitu kenyamanan, terabaikan!



Sudah hal biasa bagi saya semenjak kecil, jika hendak ke kampung bapak di kota Watansoppeng (± 180 kilometer dari Makassar), ibukota kabupaten Soppeng menggunakan mobil antarkota melalui terminal antarkota. Kami tak memiliki kendaraan beroda empat maka mau tak mau cara ini adalah cara terindah yang bisa kami gunakan.

Baca selengkapnya

Pengemis, Sebuah Profesi?

Pengemis beroda
di sebuah ruas jalan
Beberapa tahun terakhir ini Makassar disemarakkan lagi oleh pengemis. Tengok saja taman segitiga di penghujung jalan Sultan Hasanuddin, berjejer mereka duduk di pinggir taman – di tepi jalan, menunggu belas kasihan.

Ada masanya beberapa ruas jalan diwarnai dengan pengemis buntung beroda. Mereka menyatroni ruas jalan, dengan menggelindingkan roda-roda dari sebidang kayu yang dijadikan tempat duduk mereka. Beberapa bulan yang lalu saya melihat beberapa orang di sepanjang jalan H. Achmad Saleh (jalan ini sejajar dengan jalan Haji Bau, tegak lurus dengan jalan La Madukelleng).

Beberapa hari yang lalu, seorang kawan meneruskan SMS yang diterimanya kepada saya: Anak jalanan, bayi – 5 tahun disuruh ngemis. Mak-maknya nggosip sambil main hape. Duh, mereka mungkin merasa sedang mengerjakan sebuah profesi ya.
Baca selengkapnya

Bahagia di Kesempatan Kedua

Saya melihat dengan mata kepala sendiri, perempuan itu berlalu di hadapan saya sambil menutupi rambut dan wajahnya dengan kerudung. Hampir saja saya menyapanya tetapi seperti ada yang menahan saya sehingga saya membatin, “Jangan sapa ia, mungkin ia sedang ‘bersembunyi’.”

Seorang kawan mengatakan, “Ia malu.”
“Malu? Kenapa malu?” tanya saya.
“Sebab ia telah menikah lagi.”
“Hei, itu kan bukan hal yang memalukan?”

Saya pernah bertemu dengan suami terdahulunya. Saat itu lelaki itu membawa putra kedua mereka berobat, bersama dengan pengasuh sang buah hati. Perempuan itu tak tampak bersamanya, pasti sedang tak bisa menemani putranya karena sebenarnya perempuan itu ibu yang baik, biasanya ia yang menemani buah hatinya.
Baca selengkapnya