Pemilu Kami dan Bincang Suap

Pemilu Kami dan Bincang Suap – Pukul 8.30 ada suara dari arah halaman masjid dekat rumah, tempat TPS 5, TPS kami sekeluarga. Saya tak mengenali suara siapa itu tetapi pasti dia petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Orang itu berkata, "Bapak, Ibu segera ke TPS 5 karena TPS sedang sepi."

Pemilu 2024

Tak berapa lama, saya melongok ke luar jendela warga Rappocini berduyun-duyun ke TPS. Wih, banyak orang datang karena ajakan “sedang sepi” itu, nanti kami pasti dapat giliran pas padat-padatnya. 😅

Sudah bisa diduga, usai sarapan dan mandi, tiba di TPS yang hanya sepelemparan sandal, Athifah, pak suami, dan saya mendapat nomor antrean 105,106, dan 107 sementara yang dipanggil oleh petugas KPPS baru nomor 90. Butuh waktu lewat dari 30 menit hingga tiba giliran saya.

Surat suara yang berukuran besar kelihatannya merepotkan bagi sebagian orang. Athifah bercerita, seorang  bapak yang sedang menelisik surat suara di sebelah bilik suaranya terdengar mengomel-ngomel. Putri saya yang kali ini menjadi pemilih pemula pun membutuhkan waktu cukup lama untuk membolak-balik kertas suara.

Dalam peristiwa ini, bukan hal mudah menghubungkan nama-nama calon anggota legislatif yang ada di surat suara yang wajahnya terpampang di pinggir jalan dengan deretan nama saja di surat suara kecuali jika kita memang sudah niat untuk memilih siapa, dari partai apa.

Jelang hari pemilu 14 Februari, saya akhirnya mendapatkan informasi mengenai link simulasi surat suara di grup SMA dari seorang teman. Ada dua link, yaitu https://www.lezen.id dan https://goodkind.id/pemilu?mode=simulasi.

Awalnya saya senang bisa melihat nama-nama caleg di kedua website tersebut. Namun sayangnya, rasa senang itu timbul hanya sesaat karena saya tak  mendapatkan informasi apa-apa selain nama dan asal partai padahal saya mencari informasi yang lebih lengkap.

Saya masih mencari-cari siapa caleg yang akan saya coblos waktu itu. Awalnya saya pikir, membaca nama-nama caleg dari dapil saya akan memudahkan saya mendapatkan informasi lebih lengkap terkait visi, misi, atau rencana program kerjanya – minimal akses ke akun media sosial mereka supaya mudah meneliti rekam jejak  mereka. Sayangnya, saya tidak mendapatkan informasi mengenai akun medsos mereka.

TPS Pemilu

Ternyata memang tidak mudah ya untuk mencari tahu siap sesungguhnya orang-orang yang akan dipilih ya? Tak heran jika banyak yang mencoblos asal-asalan, seperti main hitung kancing atau memilih sesiapa yang memberi uang paling besar.

Jadi ingat, suatu hari putri saya bertanya, “Ma, katanya kalau mau pemilu ada yang kasih uang?” Saya mengiyakan. “Mama pernah?” Saya menjawab dengan “tidak”. “Hanya pernah ada yang bilang kalau memilih dia akan ada undian umroh tapi Mama tidak mau,” ujar saya.

“Temanku bilang tidak apa-apa ji kita terima uangnya tapi tidak usah pilih orangnya,” ucap putri saya lagi. “Tidak boleh diambil. Dalam Islam, kita dilarang menerima sogokan,” jawab saya lagi.

Ya, dalam Islam jelas, yang memberi dan menerima kena sanksi, sebagaimana hadits berikut:

Dari Abi Bakr yaitu Ibni ‘Ayyasy, dari Laits, dari Abi Al-Khathab, dari Abi Zur’ah, dari Tsauban, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menyuap, yang disuap, dan orang yang memperantarai keduanya.

Kelak, saya ingin bertemu Rasulullah di akhirat, betapa tak enaknya jika saat itu tiba, beliau malah melaknat? 😥

Dalam website imanmuslim.com disebutkan:

Apabila ada calon yang natinya melakukan praktek-praktek politik uang untuk meraih suara rakyat, maka calon tersebut tentunya bukan kriteria calon yang jujur dan amanah, sama saja memilih memilih pemimpin yang tidak beriman dan tidak bertakwa, memilih pemimpin yang tidak jujur (siddiq), tidak terpercaya (amanah), tidak aktif dan aspiratif (tabligh), tidak mempunyai kemampuan (fathonah), dan tidak memperjuangkan kepentingan umat, maka  hukumnya adalah haram.

Seram lho ancamannya tapi hari  gini banyak orang muslim yang tidak peduli dengan hal ini. Kepercayaan konstituen dibayar dengan uang, lalu bagaimana nanti integritasnya jika belum apa-apa sudah mengeluarkan uang untuk memuluskan jalannya? Sebagai pemilih, yakinkah orang seperti ini akan benar-benar bertanggung jawab, berdedikasi, dan memperjuangkan kepentingan pemilih?

Makassar, 17 Februari 2024



Share :

2 Komentar di "Pemilu Kami dan Bincang Suap"

  1. assalamu alaikum

    sebenarnya baik di lezen.id maupun goodkind.id itu memiliki fitur profil.

    Untuk fitur profil di lezen.id bisa berisi alamat, riwayat pendidikan, riwayat organisasi, penghargaan, status pidana, dan riwayat pernikahan. Semua itu bersumber dari website info pemilu KPU

    Sedangkan di goodkind, mungkin sebagian memiliki info seperti lezen.id, tetapi ada juga yang bahkan sampai lebih lengkap yaitu memiliki catatan visi misi dan rekam jejak.

    Wallahu A'lam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullah

      Benar, fiturnya ada tetapi kebanyakan caleg sini (di dapil saya) tidak mengisinya. Kalaupun ada yang isi, pendek sekali, hanya satu kalimat yang terdiri atas sekitar 4 kata. Apa yang bisa dilihat dari situ ya. Sangat disayangkan.

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^