Jangan Jangan dan Jangan Tidak, judul tulisan kali ini aneh ya tetapi inilah yang menggambarkan apa yang ingin saya sampaikan. Sebelum masuk kepada intinya, baca dulu cuplikan status Facebook saya beberapa waktu lalu:
DUO SERUPA TAPI TAK SAMA
Perkenalkan, kami 2 barang yang serupa tap tak sama, milik
Mugniar. Yang sebelah kiri dipakai sebagai face mist, perangkat semprot wajah
buat facecare. Yang sebelah kanan juga buat semprot-semprot tapi khusus
buat lensa kacamata.
Pemilik kami barusan tertukar memperlakukan kami. Si face mist
dipakainya buat menyemprot kacamatanya.
Kalau kalian tanya, "Apakah pernah dipergunakan sebaliknya?
Semprot wajahnya pakai semprotan kacamata?"
Oh, tenang ... masih ada sambungan ceritanya.
Suatu malam, si pemilik dengan kajili-jilinya
(tergesa-gesa) menyemprotkan penyemprot lensa ke wajahnya. Untungnya dia segera
sadar dan buru-buru bertobat ... eh mencuci wajahnya.
Posisi kami sekarang SERI: 1-1.
Semoga saja ini skor terakhir. 😏
Semangat pagi.
Semangat menjemput #JumatBerkah
Sebenarnya, setelah
kejadian kedua tertukarnya botol facecare dan lenscare itu, saya mengira-ngira
mengapa hal itu terjadi padahal saya sudah mewanti-wanti diri sendiri “jangan
sampai tertukar … tidak boleh tertukar”.
Yang biasa ikut event atau
baca buku atau artikel parenting mungkin sudah tahu imbauan bahwa dalam
membersamai anak, orang tua sebaiknya tidak mengucapkan kata JANGAN ataupun
TIDAK ketika tidak menginginkan anak melakukan sesuatu.
Alasannya bisa disimak dari petikan yang saya ambil dari laman Popmama.com (https://www.popmama.com/kid/1-3-years-old/amelia-putri/alasan-hindari-mengucap-kata-jangan-pada-anak?page=all) berikut:
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Popmama.com dari
Dompet Dhuafa, penggunaan kata "jangan" ini bisa saja membingungkan
anak saat mendengar perintah dari orang tua.
"Sangat sederhana mengapa kata “jangan” baiknya dihindari.
Pertama, biasanya setelah kata jangan muncul kata berlawanan yang dimaksudkan
oleh si pelarang (orangtua). Sebagai contoh, “jangan berdiri!” (artinya: anak
diminta untuk duduk). Anak pasti bingung, karena bisa jadi tidak memahami apa
arti dari “jangan” sehingga ia akan melakukan sesuatu yang dia pahami yaitu
“berdiri", bukan duduk seperti apa yang dimaksud," jelas Nurul Aeni,
sebagai Founder Komunitas Media Pembelajaran (KOMED).
Penggunaan kata "jangan" dalam mengasuh buah hati juga
dinilai kurang efektif karena anak sering kali belum mampu menyerap apa yang
dimaksud orangtua secara utuh.
"Kata apa yang biasanya anak ucapkan ketika kita
mengajarinya sebuah kalimat? Sering kali untuk anak yang baru belajar bicara,
ia hanya akan mengulangi kata terakhir dari kalimat yang ia dengar. Sebagai
contoh, kita minta mereka mengulangi kalimat ini “jangan makan sambil
berdiri!”, seorang anak cenderung mudah mengingat akhir kata dari kalimat
tersebut, yaitu “berdiri” dan itulah yang akan ia lakukan”, lanjut Nurul Aeni.
Nah, sebenarnya itu untuk
anak-anak ya tetapi bisa saja orang dewasa pun seperti itu pola pikirnya. Dalam
tubuh orang dewasa kan ada “jiwa anak-anak” juga (mungkin seperti itu kaitannya
kali, ya 😁). Soalnya terbukti dalam
pengalaman saya.
Setiap kali saya hendak
mengambil face mist Oganic,
saya membatin, “Jangan sampai tertukar … jangan sampai tertukar.” Atau, “Tidak
boleh tertukar.” Rasanya sudah waspada sebelum mengambil botol kecil berwarna
putih itu. Saya berusaha hati-hati tidak mengambil botol yang salah. Sekarang
saya berpikir, justru di situ salahnya. Seharusnya saya berfokus mengambil
botol yang benar.
Sesaat sebelum tangan terulur
mengambil botol face mist, saya memvisualisasi botol mana yang harus
saya ambil. Saya bisa mengenalinya dengan mudah meskipun sekilas terlihat
mirip. Kedua botol ini sebenarnya mudah sekali dikenali.
Apesnya … malah saya
mengambil botol yang salah. Sepertinya kata JANGAN dan TIDAK BOLEH justru
terabaikan. Yang muncul “di permukaan” malahan kata TERTUKAR. Alhasil tertukar
betulan. Seandainya saya memfokuskan pikiran pada kalimat “Ambil botol face
mist” saja supaya yang terambil oleh tangan adalah botol yang benar maka yang saya lakukan adalah hal yang benar karena berfokus memikirkan yang benar.
Alhamdulillah saya langsung menyadari telah
salah menyemprotkan cairan pembersih lensa kacamata ke wajah. Langsung saya
berlari ke arah wastafel dan mencuci muka. Bersyukur pula tidak ada efek
buruknya hingga saat ini.
Kalian punya pengalaman
serupa dengan yang saya alami? Share yuk.
Makassar,
5 November 2022
Share :
0 Response to "Jangan Jangan dan Jangan Tidak"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^