Kuda Perang Bernama Defensif

Kuda Perang Bernama Defensif – Pernah merasakan seseorang sedemikian defensif terhadapmu? Saya beberapa kali. Rasanya begini: mereka mewaspadai saya, seolah-olah saya akan menyerang dan menghancurkannya padahal saya hanya memberikan usulan atau sekadar mengajaknya bercakap! 🙈

Memangnya terasa?

Bagi saya, iya! Sikap defensif itu terasa. Sebagaimana sikap tulus yang bisa dirasakan, sikap defensif seseorang juga terasa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, defensif didefinisikan sebagai: bersikap bertahan atau “dipakai atau dimaksudkan untuk bertahan”. Tentang DEFENSIF ini dibahas dalam website Experd[1], dibahasakan demikian:

“Bela diri” ini memang bisa keras, tetapi ada juga yang melakukannya dengan halus.  Prinsipnya, sikap defensif ini bagaikan sikap memasang kuda-kuda ketika kita merasa terancam oleh serangan binatang buas.

Sikap defensif secara halus juga pernah saya alami ketika mengabarkan seseorang mengenai informasi yang dikirimkannya hoax. Awalnya saya terkesan membaca informasi itu karena as if so scientific. Namun alamat blog yang masih blogspot.com membuat saya bertanya-tanya dan mencoba menelusuri nama profesor yang disebutkan di dalamnya.


Defensif

Profesor dari sebuah kanpus gitu loh, seharusnya kan ada nama diri dan kampusnya ketika di-googling. Namun pada kenyataannya, saya tak mendapatkan nama profesor tersebut di kampus yang disebutkan 😵. Jaman now kali, tidak susah melacaknya. Lalu saya mendapatkan informasi dari situs yang sudah cek fakta bahwa informasi yang saya baca itu sesungguhnya adalah berita bohong.

Jadilah saya mengingatkannya melalui pesan pribadi, bukan di grup dengan memaparkan bukti-bukti yang saya dapatkan. Tahu apa jawabannya? “Ambil hikmahnya saja.”

Padahal berita bohong walaupun itu terlihat baik tak seyogyanya disebarkan karena tetap saja namanya “pembohongan (publik)”. Kalau sudah telanjur disebar, usahakan tarik kembali.

Hal yang mirip namun dengan sikap defensif yang penuh kejulidan, saya dapati di sebuah grup. Ketika seseorang mengirim sebuah informasi yang kemudian di-counter oleh orang lain. Ini yang dia katakan: “Kalau tidak suka, tidak usah baca! Saya cuma share dari grup sebelah!”

Lah. Maksud baginda, yang salah atau patut disalahkan itu grup sebelah? 😆

Tapi kalau dilihat-lihat cara orang yang menegurnya memang tidak enak. Kurang elok. Terlihat menyalahkan. Saya tak membela penyebar hoaks tapi melihat caranya menegur … ya, kebanyakan orang akan defensif dengan cara tersebut.

Berbeda halnya dengan peristiwa yang mirip tapi cara menegurnya berbeda. Orang yang menegur mengatakan hal ini: “Izin Bu ... Mungkin sebaiknya tidak share foto-foto yang berbau kekerasan. Terimakasih.”

Sangat sopan, ya? 😍

Yang ditegur menjawab, “Saya minta maaf.”

Enak deh membacanya.

Bisa jadi yang ditegur langsung menyadari kesalahannya lalu meminta maaf atau memang orangnya mudah disadarkan. Berbeda dengan kasus yang saya ceritakan sebelumnya. Bisa jadi orangnya memang julid, ketika ditegur keras tanpa tedeng aling-aling di grup ya langsung meradang.

Apapun alasannya, sebenarnya sikap defensif tidak baik dipelihara karena bisa berakibat buruk. Lama-lama bisa jadi kebiasaan, suka menutup-nutupi kesalahan, dan bersikap denial. Jadinya sulit diajak bicara mengenai kebenaran ataupun kebaikan yang obyektif karena sikap defensifnya membuat mata hati tertutup, yang ada hanya egonya semata. Kebenaran hanya ada pada dirinya saja.

Ngeri, ya?

Lama-kelamaan orang lain jadi malas berteman dengan seseorang yang sedikit-sedikit defensif, sedikit-sedikit pasang kuda-kuda perang.

Sebenarnya, ada kalanya kita butuh sikap defensif ini karena toh kita tidak bisa dan tak mungkin mengikuti keinginan semua orang. Ketika ada orang yang berniat jelek dan sudah tercium gelagatnya, sah-sah saja bersikap defensif namun jangan jadi kebiasaan saja.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap defensif berlebihan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mintalah perlindungan kepada Allah dari beratnya cobaan, kesengsaraan yang hebat, takdir yang jelek, dan kegembiraan musuh atas kekalahan.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Al-Bukhari, no. 6347 dan Muslim, no. 2707][2]

Makassar, 21 November 2021


Catatan kaki:

[1] https://www.experd.com/en/articles/2019/06/1295/sikap-defensif.html, diakses 21 November 2021, pukul 21:46.

[2] Sumber https://rumaysho.com/19952-doa-agar-terhindar-dari-berbagai-keburukan-dunia-dan-akhirat.html, diakses 21 November 2021, pukul 23:06.



Share :

1 Komentar di "Kuda Perang Bernama Defensif"

  1. Ok, waktunya mengoreksi diri sebenarnya iya sering begitu, tetapi coba dikurangi deh agar tidak membuat orang lain terluka.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^