Mengenal Seseorang Bukan Berarti Mengenal Dia Seutuhnya

Mengenal Seseorang Bukan Berarti Mengenal Dia Seutuhnya - “Tidak mungkin dia korupsi. Saya kenal anak saya. Saya yang mendidiknya sejak kecil!” kalimat itu masih teringat oleh saya padahal sudah berbilang tahun lalu saya mendengarnya. Pada dekade 1990-an, seorang anggota DPR RI yang juga suami dari seorang pedangdut terkenal tersangkut kasus korupsi. Sebut saja namanya AA.

Tak berperasaan, jurnalis waktu itu mengejar ibunda dari AA dan menanyakan pendapat serta kesannya. Mengapa saya katakan tak berperasaan? Ya kali, orang-orang di sekelilingnya tak usah diungkap. Malah jadi memberikan aib walaupun sebelumnya ada azas praduga tak bersalah. Sayangnya, AA justru diterungku selama sekian tahun.

Mana ada ibunda yang dengan legowo mengatakan bahwa anaknya adalah seorang bad guy dengan sukarela? Pastilah yang diungkapkannya adalah apa yang dia ketahui selama membersamai anaknya dan apa yang dilihatnya saja. Mana mungkin ibundanya membersamainya selama 24 jam terus-menerus. Lha istrinya saja kaget suaminya ditangkap karena korupsi.

Mengenal seseorang

Lalu, orang yang tak tahu siapa ibunda AA malah jadi tahu. Kan kasihan. Melihatnya beropini bahwa anaknya sama sekali tak bersalah saja saya sudah jatuh kasihan. Membayangkan bagaimana perasaan ibundanya saat anaknya ditangkap dan selama anaknya dipenjara. Tersayat pastinya!

Sekarang saya sudah jadi ibu dari 3 orang anak. Saya tahu, tak akan tahu semua sisi kehidupan anak saya apalagi di saat mereka dewasa. Hanya bisa berusaha pada masa kini, sebaik-baiknya yang bisa saya lakukan. Padahal mereka “berasal” dari rahim saya. Dari satu sel yang membelah menjadi banyak sel di dalam organ tubuh saya!

Begitu pun ayah mereka. Masih saja ada hal-hal yang perlu penyesuaian dalam kehidupan ini dengannya. Seperti yang pak suami pernah istilahkan sebagai “berjalan di atas jembatan perbedaan”, masih begitu pula keadaan kami.


kenali dirimu

Saya sendiri menyadari, tak semua sisi diri saya yang diketahui suami dan anak-anak saya. Apalagi kedua orang tua saya, mereka tak banyak tahu tentang saya. Apalagi kalian yang membaca blog ini dan melihat akun-akun media sosial saya. Mana mungkin saya membuka diri saya seterang benderang siang?

Allah menutup banyak aib saya sehingga kalian tak melihatnya. Kalau kalian menilai saya baik, Allah lah yang Maha Baik. Begitu pun kalian. Kalau saya mengenal kalian sebagai sosok yang baik, semata-mata karena Allah menutupi aib kalian dari pandangan saya.

“Wahai sekalian manusia, aku telah mengingatkan kalian untuk berhati-hati pada batasan-batasan Allah. Barangsiapa terjerumus dalam perbuatan yang jelek, hendaknya ia menutupi dirinya dengan tirai Allah. Karena barangsiapa memberitahukan perbuatannya kepada kami, maka kami pasti akan menegakkan ketetapan hukum Allah atasnya.” (HR. Ath-Thahawi dalam Syarh Musykil Al-Atsar, 1: 86; Al-Hakim, 4: 244; Al-Baihaqi, 8: 330. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-‘Allam, 8: 435 menyatakan bahwa sanad hadits ini kuat, zahirnya shahih. Al-Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)[1]

Jangankan mengenal orang lain, sebagian orang malah tak mengenali dirinya sendiri. Misalnya nih, saya pernah melihat seseorang marah-marah tapi mengatakan dirinya tak marah padahal semua yang melihatnya tahu dia marah. Saya pun mungkin saja merasa mengenal diri saya padahal tidak.

Ada orang yang berbohong, memanipulasi keadaan, dan melanggar aturan. Hal-hal tersebut dilihat oleh banyak orang tetapi dirinya merasa sedang melakukan hal baik, bahkan playing victim – merasa sebagai korban dan semua orang yang berbeda pendapat dengannya yang buruk. 

Jadi ketika mendengar berita tentang sesuatu yang tak elok menimpa seseorang, sebaiknya tak usah membelanya berlebihan karena kita tak tahu semua-semuanya tentang dirinya. Bantu saja dengan doa, semoga kebenaran segera terungkap tak perlu berkoar-koar sebab jika sekiranya terbukti sebagai keburukan, akan malu sendiri kita. Kalau terbukti dia baik, syukuri. Bagaimana, betul, tidak?

Makassar, 15 Maret 2021

Baca juga:



[1] Hadits dikutip dari https://www.islampos.com/allah-senantiasa-tutup-aib-kita-97921/



Share :

4 Komentar di "Mengenal Seseorang Bukan Berarti Mengenal Dia Seutuhnya"

  1. betul mbak, jadi belajar memahami sepanjang umur kita, makasih sharingnya

    ReplyDelete
  2. Betuuul betuuul betuuul... betul sekali kak... persis dlm potongan sajaknya Sapardi Djoko Damono... mencintai sekedarnya sj.. membenci pun sekedarnya sj..

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^