Memberi Maaf Tanpa Diminta

Makna dan manfaat memberi maaf tanpa diminta berkelindan di dalam hati dan benak ketika belasan tahun yang lalu saya harus merasakan aneka akibat perbuatan orang lain yang tidak suka dengan keadaan saya. 

Saya tak akan menceritakan secara rinci apa yang terjadi waktu itu. Kali ini saya akan  membahas mengenai pentingnya memberi maaf tanpa diminta sekali pun.

Saya tak pernah menduga akan berada dalam situasi dan kondisi yang tidak enak dalam jangka waktu lama. Itulah saat-saat ujian berat yang harus saya hadapi dan saya lalui. Seorang aktor yang berada di baliknya muncul dalam malam-malam yang tak terhitung banyaknya di dalam mimpi. Menunjukkan motif dan apa saja yang dia lakukan.

Guru yang membimbing saya waktu itu pernah berkata, “Suatu hari nanti, ketika tak ada keinginan membalas dalam hatimu muncul, kau akan tahu siapa dia.”

Memberi maaf tanpa diminta

Dan ya, Allah membuka tabir itu. Saya tahu siapa dia tanpa ada yang memberi tahu. Pada malam-malam ketika saya ber-wudhu sebelum tidur dan berzikir panjang. Pada saat-saat seperti itulah, mimpi-mimpi dengan tema yang bisa saya tahu alurnya dan motifnya menjadi sumber pengetahuan saya.

Bukan hanya satu, dua, atau tiga kali. Melainkan berkali-kali.

Waktu itu saya belajar untuk menghapus semua luka dengan tidak meninggalkan dendam. Saat itu saya tak tahu apakah benar-benar tulus memberi maaf tanpa diminta, saya mencoba dengan membuangnya dari ingatan. Membuang dia beserta segala kekacauan yang dibuatnya.

Dalam pikiran saya, membuang hal-hal negatif akan membuat saya lebih tenang. Tidak perlu menyalahkan siapapun. Karena masalah tetap harus dihadapi dan secepat mungkin diselesaikan. Masya Allah, Allah Yang Maha Kuasa akhirnya membebaskan saya dari segala macam masalah pada tahun 2011.

“Nabi bersabda: Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” (HR. Tirmidzi)

Ustadz Salim A. Fillah menyebutkan hadits tersebut ketika membawakan tausiyah pada acara halal bihalal FEB Universitas Airlangga yang berlangsung 3 Juni lalu.

Saya bukan alumnus Unair, video pemberitahuan streaming yang menampilkan ustadz Salim A. Fillah tiba-tiba melintas ketika saya sedang buka Facebook. Langsung saja saya buka, mengikuti tausiyah-nya, dan mendapatkan pemaparan yang sangat bermanfaat.

Memberi maaf tanpa diminta

Memberi Maaf untuk Membuka Jalan Agar Allah Mengampuni Dosa-dosa Kita


Jika ingin dimaafkan Allah, mudahkanlah dengan memaafkan,” ucap ustadz Salim A. Fillah.

Ampunan dari Allah tentunya adalah dari dosa-dosa kita kepada Allah. Berbeda dengan dosa-dosa kepada sesama manusia terntunya kita memerlukan pemaafan dari sesama manusia.

Ustadz Salim berkata bahwa urusan dengan sesama manusia tak boleh diremehkan karena bisa menjadi penyebab terhalangnya seorang syuhada yang berpeluang masuk surga tanpa hisab untuk masuk ke dalam surga, “Urusan utang saja bisa menghalangi seorang syuhada masuk surga.”

Lalu, apa hubungannya, kita memaafkan orang lain dan melupakan segala kesakitan dengan ampunan Allah?

Sebab perlu senantiasa mengingat tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah kepada Allah:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56)

Kemudian ilustrasi berikut mungkin membuat hal ini lebih masuk akal:
Ketika B membuat salah kepada A tetapi tidak merasa bersalah maka yang kemungkinan merasa tidak enak dan terus dibawanya perasaan ini adalah si A. Si B sendiri santai. Ke mana-mana ndak mikirin.

Beda halnya dengan A. Melihat B yang santuy, dia meradang. Malah merasa semakin sebal melihat  B bersikap biasa saja padanya. Ada yang pernah melihat kasus seperti ini? Bukannya si A rugi sendiri, ya?

Nah, makanya penting bagi si A untuk membebaskan dirinya dengan memberi maaf tanpa diminta. Memberi maaf dilakukan kepada orang lain tanpa orang lain itu meminta sah-sah saja kan? Yang mau berpendapat berbeda terserah lho ya, saya cuma menyampaikan apa yang dikatakan ustadz, ya. 😀

Memberi maaf tanpa diminta

Jadi sebenarnya begini, memberi maaf itu untuk kepentingan diri kita sendiri. Untuk membebaskan perasaan dan pikiran dari hal-hal yang tak enak. Sebab hal-hal tak enak itu sebenarnya berpotensi merusak diri kita sendiri.

Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan, sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang. Maka, maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (QS AL Hijr:85)

Perintah memaafkan perlu diberi motivasi oleh Allah di dalam al-Qur’an karena memberi maaf lebih sulit ketimbang meminta maaf.

Orang-orang yang belum memaafkan akan terganggu hatinya dalam beribadah kepada Allah,” tukas ustadz Salim A. Fillah.

Memberi Maaf Menjadikan Seseorang Lebih Mulia


"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS an-Nur : 22)

"Barang siapa memaafkan saat ia mampu membalas, maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan" (HR Ath-Thabrani)

Ayat al-Qur’an dan hadits di atas menunjukkan kemuliaan  memberi maaf kepada orang lain meskipun tanpa diminta. Jelas sekali disebutkan di dalam surah an-Nur: hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?

Melakukannya tak mudah pastinya. Manusia punya kecenderungan mengingat/tak melupakan atau meminta ganti rugi, atau mengungkit-ungkit kesalahan orang lain. Olehnya itu, Allahmemotivasi kita.

Alasan Memberi Maaf


Kalau begitu, kita butuh alasan memberi maaf. Yang saya tangkap dari tausiyah ustadz Salim A. Fillah, ada 2 alasan memberi maaf. Mungkin jika sudah mengetahui alasan ini, menjadi lebih mudah bagi kita untuk menemukan cara memberi maaf.

Memberi maaf tanpa diminta

1. Memberi maaf karena layak dimaafkan.


Kita bisa memberi maaf seseorang karena memang dia layak dimaafkan. Misalnya nih kepada kedua orang tua. Kita perlu melepaskan beban untuk perbaiki hubungan dengan orang tua. Tak dipungkiri ya, bisa jadi orang tua punya salah kepada anak tetapi tak menyadari karena memang tak pernah berniat melakukan kesalahan.

2. Memberi maaf karena ingin ampunan Allah.


Atau jika alasan 1 bukan merupakan alasan yang tepat maka alasa kedua ini bisa menjadi alasan yang tepat.

Kalau kata ustadz Salim A. Fillah: “Memaafkan orang bukan karena layak dimaafkan melainkan karena kita ingin ampunan Allah, lebih daripada harapan orang itu untuk dimaafkan.”

Lalu ustadz Salim melanjutkan perkataannya:
Hati kita layak mendapatkan ketenangan. Jangan sampai semua shalat dan ibadah terganggu karena mikirin dia.

Masuk akal, yes? 😊

Hati kita layak dibebaskan dan dimenangkan ketimbang kelayakan memaafkan orang yang tak peduli dengan dosa-dosanya. Jadi, kita memaafkan orang untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri, bukan untuk kebutuhan orang lain.


Teladan Rasulullah dalam Memberi Maaf Tanpa Diminta


Abdullah bin Ubay adalah sosok yang karena dirinyalah turun  ayat 8 – 10 surah al-Munafiqun. Abdullah bin Ubay menyebarkan propagranda dan ujaran kebencian terhadap kaum muhajir di hadapan kelompoknya. Kata Abdullah bin Ubay, kaum muhajir telah membenci penduduk Madinah dan banyak dari mereka yang bermukim di Kota Madinah.

Ketika Zaid bin Arqam yang mendengarnya menyampaikan kepada pamannya lalu pamannya menyampaikan kepada Nabi, sahabat Umar bin Khattab yang sedang bersama Rasulullah minta izin untuk membunuh Abdullah bin Ubay. Nabi menolaknya.

Setelah tahu Rasulullah mengetahui ucapannya, Abdullah bin Ubay mendatangi Nabi Muhammad dan bersumpah dia tak mengatakan demikian, justru Zaid yang salah dengar.

Diriwayatkan dalam sejarah, suatu hari Hubab atau Abdullah bin Abdullah bin Ubay sangat kesal dengan kemunafikan ayahnya sendiri hingga dia meminta izin kepada Rasulullah untuk membunuh ayahnya. Nabi menolaknya, “Tidak, kita akan tetap bergaul baik dengannya selama dia masih hidup bersama kita,” jawab Nabi Muhammad.



***

Beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri ada yang mengirimkan pesan Whatsapp kepada saya. Tiga pesan masuk dalam satu hari dari 3 nomor berbeda, tanpa nama. Hanya nomor WA yang bisa saya baca. Tak ada keterangan profilnya.

Pesan WA pertama hanya mengatakan "HALO". Pesan WA kedua menyampaikan kata-kata permintaan maaf ala lebaran tanpa menyebut nama saya. WA ketiga menuliskan kata-kata permintaan maaf dan menuliskan nama saya "MUGNIAR".

Saya balas ketiganya dengan ucapan serupa. Tak ada balasan lagi ketika saya menanyakan siapa dirinya. Wallahu a’lam. Saya tak tahu apa kesalahannya. Saya juga meminta maaf jika punya kesalahan. Siapapun dia, kalau dia pernah melakukan kesalahan sehingga menghubungi saya dengan cara itu, semoga Allah mengampuninya.

Meski saya inginnya dia menjelaskan dengan detail apa kesalahan yang pernah dia lakukan sih sampai menghubungi dengan cara itu tapi tak apa, saya tak penasaran juga hehe.

Masya Allah. Meminta maaf dalam Islam dan juga memberi maaf menempatkan kita pada posisi yang mulia. Meminta maaf jika melakukan kesalahan tentunya merupakan sikap yang baik namun tak perlu menunggu orang lain meminta maaf, orang yang rela memberi maaf tanpa diminta jauh lebih mulia karena mengikhlaskan kesalahan atau kejahatan orang lain jauh lebih sulit.

Makassar, 13 Juni 2020



Share :

15 Komentar di "Memberi Maaf Tanpa Diminta"

  1. Bgm kayak sy itu kak? Sy memaafkan tpi sy tdk lupa, dan krna hal yg melukai hati itulah makax sy menjaga jarak spy tidak terulang lgi. Kira2 salah juga kah kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tidak bisa jawab itu, kita' coba cari jawabannya hehe.

      Mengambil jarak saya kira perlu untuk menjaga diri.

      Delete
  2. aku selalu ingat cerita kanjeng nabi yang memberi maaf orang yang meludainya saat ke masjid bahkan beliau malah menjenguknya ketika sakit

    memang sulit sekali mbak dan tidak mudah
    cuma kalau dimaknai lagi, buat apa menyimpan rasa sakit
    memang, memaafkan bukan berarti melupakan dan itu butuh proses

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, butuh proses, tidak mudah tapi tidak berarti tidak mungkin ya Mas.

      Delete
  3. Memaafkan itu pada dasarnya bukan hal yang mudah. Jiwa yang disakiti pun butuh waktu.
    Ada banyak sekali orang yang tidak peduli apakah tindakannya salah sehingga terus menerus lakukan perbuatan melukai.
    Yang rugi sebenarnya yang bersangkutan karena dijauhi.

    Yang dilukai sungguh butuh waktu dan kesabaran.
    Maaf akan selalu ada, salah adalah muara luka dan kecewa.

    Namun hati yang tenang lebih baik. Butuh waktu sampai maaf itu bisa ikhlas keluar dari diri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, Mbak.
      Hati yang luka butuh waktu untuk sembuh. Baik itu ada maksud atau tanpa ada maksud dari orang yang dituduh.

      Menenangkan diri jauh lebih baik, dengan belajar ikhlas dan memaafkan.

      Delete
  4. Terima kasih karena artikelnya sudah mengingatkan pada diri bahwa meminta maaf adalah kebutuhan kita. Semoga kita dijauhkan dari sifat pendendam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memberi maaf garis besar dalam tulisan ini. Meminta maaf juga kebutuhan kita. Terima kasih, saya mengingatkan diri sendiri juga.

      Delete
  5. Betul sekali.. memberi maaf tanpa diminta dan segera meminta maaf ketika berbuat kesalahan adalah sesuatu yang harus kita lakukan dan kita biasakan pada anak anak sejak kecil.. dan kajian tentang salah satu akhlak Rasulullah ini rupanya sangat panjang, dan terhubung sampai pada urusan akidah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, ini dia. Sudah jadi kewajiban kita sebagai orang tua agar bisa mendidik anak-anak sejak dini untuk memahami arti segera meminta maaf jika berbuat salah dengan demikian bisa membuat anak belajar akan arti tanggung jawab.

      Pun mengajarkan anak apa arti memaafkan agar jiwa mereka tenteram.

      Insya Allah, mereka akan tumbuh jadi pribadi yang baik, kuat, bertanggung jawab, penyabar, penyayang, sekaligus mencintai dan menghargai diri sendiri sebagaimana menghargai sesama.

      Delete
    2. Terima kasih.

      Semoga kita menjadi orang-orang baik yang paham tentang kata MAAF dan mampu mendidik anak-anak kita tentang itu.

      Delete
  6. Karena Allah saja Maha pemaaf dan suri tauladan kita Sang Nabi juga pemaaf masa kita manusia biasa tidak saling memaafkan.

    ReplyDelete
  7. setuju kak.. memberi maaf itu sungguh melegakan hati, apalagi bila tak diminta. memang sungguh berat, tapi setelahnya perasaan jadi tenang. seperti membuang kerak yang ada di dasar hati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, setuju Kak. Kita membuang barang jelek dari dalam diri. Hati akan menjadi tenang.

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^