Seperti yang telah
diketahui, pada Januari 2019, istri ustadz Maulana meninggal dunia
sehingga dalam acara TV tersebut terlihat kerempongan seorang ustadz tenar
menghadapi para buah hatinya.
Yang menarik perhatian
saya, sosoknya sebagai ayah begitu dekat dengan anak-anaknya. Bolak-balik
Makassar – Jakarta untuk berdakwah tidak menjadikannya abai dalam membersamai putra-putrinya
secara berkualitas.
Pak ustadz menyempatkan
dirinya memasak makanan yang diinginkan putra-putrinya. Menurutnya, harus
ditanyakan dulu kepada mereka, inginnya makan apa. Kalau dibikinkan tanpa mereka
pinta, bisa-bisa makanan tak disentuh.
Anak
Jaman Now: Makanan Favorit Bukan Berarti Harus Selalu Dimakan
Saya tersenyum menyimak kisah
keluarga ustadz Maulana. Seperti itulah anak-anak yang saya hadapi. Biarpun
misalnya mereka menyukai jenis makanan tertentu, belum tentu setiap diberikan
mereka akan makan dengan lahap. Berbeda dengan saya dulu. Kapan pun waktunya, ketika
diberikan makanan favorit, saya akan melahapnya dengan bersemangat.
Saya masih ingat dulu
pernah dibawakan hati ayam oleh seorang tante. Dulu saya sangat menyukai hati
ayam. Kalau orang di rumah makan ayam, hati ayamnya hanya untuk saya, tak ada
yang boleh menyentuhnya. Suatu hari, tante yang saya maksud itu membawakan 10
potong hati ayam.
Gambar dari Pixabay. |
Dengan senang hati saya
memakannya setiap hari meskipun menjelang persediaan hati ayam habis, saya
sudah eneg melihat dan menyantapnya. Tapi saya tetap memakannya, tanpa
(berani) mengeluh sekali pun.
Berbeda dengan anak-anak
saya. Jangan sampai menyuguhi mereka tanpa mereka setujui. Bisa jadi balasannya
bukan kata terima kasih ataupun senyum semringah, melainkan penolakan telak. Kalau
ditanya, “Lho, bukannya kamu suka makanan ini?” Tunggu saja jawaban ini dari
mereka, “Tapi kan saya lagi tidak mau makan!” Mamak tak boleh kecewa. Salah
sendiri tak bertanya hahaha.
Saatnya
Uji Coba Resep Masakan untuk Buah Hati
Tapi kadang-kadang
anak-anak terpaksa menerima apa yang tersedia. Tak boleh selalu memilih. Saya
bukan tipikal ibu yang selalu mau menuruti kemauan anak-anaknya. Kalau datang
galaknya, anak-anak harus menerima apa yang ada. Ya, dibuat situasional
sajalah. Jangan sampai anak-anak sepenuhnya menyetir ibunya. Saya tidak akan
membiarkannya.
Salah satu uji coba resep masakan yang mereka terima dengan suka cita adalah ketika saya menghidangkan Sop
Tahu Ceria dan Omelet Sosis So Good Ceria.
Agak-agak gambling juga
sih sebenarnya uji coba resep masakan baru untuk mereka karena kalau mereka
betul-betul tidak mau, saya harus putar otak untuk membuat mereka mau makan atau
terpaksa mengalah dan menerima keinginan mereka. Lagi-lagi, ini situasional,
tergantung situasi dan kondisi.
Bagi Anda yang belum melewati
masa harus bernegosiasi dan berdiplomasi dengan buah hati, tolong diingat ini,
ya. Bahwa, keterampilan negosiasi dan diplomasi itu perlu dimiliki seorang ibu,
dalam rangka edukasi anak juga. Masa iya semua keinginan anak harus dituruti, tidak
kan karena tak mendidik.
Beberapa hari yang lalu saya
mencoba resep masakan daur ulang. Waktu itu, pak suami harus membawakan bagian
putih saja dari telur rebus untuk kakaknya yang masih terbaring di rumah
sakit. Dokter yang menanganinya yang memerintahkan sang pasien makan putih telur
rebus, lima per hari.
Jadi bagian kuningnya
dimasukkan papanya anak-anak di dalam lemari pendingin. Dalam dua hari saja ada
10 kuning telur rebus di dalam kulkas. Kalau tak diperhatikan, bisa habis
dijadikan camilan oleh si bungsu.
Pada waktu yang sama,
saya sedang mengolah resep masakan daur ulang. Sayuran hidangan hari itu karena
kebanyakan, saya jadikan perkedel dengan adonan tepung terigu dan tambahan
bumbu bawang putih yang dihaluskan dan daun bawang yang diiris-iris.
Tiba-tiba terpikir untuk
membungkus kuning telur rebus yang ada ke dalam adonan perkedel lalu digoreng.
Kenapa tidak dicoba! Sekian menit mengutak-atik adonan, membungkus kuning telur
rebus yang masih bulat rupanya butuh perjuangan tersendiri.
Tambahan lagi, adonan
perkedel yang lengket di tangan harus sering-sering dibersihkan. Makin lama
malah makin lengket di tangan bukannya makin lengket di telurnya. 😆 Bersyukurnya anak saya hanya 3 jadi cukup 3 buah kuning telur rebus saja
yang saya bela-belain bentuk. Saya berpikir praktis, sisa adonan saya
goreng biasa saja, tanpa isian kuning telur rebus.
Perkedel sayur isi kuning telur rebus. |
Akhirnya jadi juga. Lauk
yang besarnya lebih besar dari ukuran telur rebus itu terhidang di atas piring
ketiga buah hati. Alhamdulillah mereka suka. Si bungsu Afyad sampai
mengacungkan jempol kepada saya dengan wajah puas. “Ada resep Mama,” katanya.
Saat malam tiba, dengan
cepat perkedel sayur di atas meja ludes dimakan Afyad. Afyad menceritakan
dengan bersemangat kepada papanya mengenai perkedel yang berisi kuning telur
rebus dengan bahasanya sendiri sembari menghabiskan perkedel-perkedel yang tersisa.
Kata papanya, setiap
perkedel yang dia akan lahap, dibelahnya dulu untuk mencari kuning telur
rebusnya hehe. Kasihan, dia tak mendapatkan yang diinginkannya. Baru keesokan
harinya saya gorengkan lagi 3 buah perkedel isi kuning telur rebus, menggunakan
adonan yang saya simpan di dalam kulkas. Pernah uji coba resep masakan untuk
buah hati? Share yuk.
Makassar, 21 Juni 2020
Share :
Betul sekali, seorang mamak kadang harus jadi negosiator ulung untuk banyak hal. Ha ha ha
ReplyDeleteBerbicara soal resep daur ulang, sepertinya setiap mamak dituntut untuk bisa. Soalnya hampir setiap saat selalu saja ada sisa makanan yang sayang kalau mau dibuang. Sementara keluarga kadang tanpa sadar menuntut seorang mamak untuk jadi chef yang super handal :)
Mamak dituntut serba bisa dalam keterbatasannya ya Kak hehe. Makanya perlu berdiplomasi dan negosiasi.
DeleteWah menarik banget tampilannya sayurnya sama permedel isi juga enak tuh. Ditambah sayurdalam masakannya, jadi inspirasi juga buat saya. Makasih sharingnya, Mbak. Jadi ibu memang harus kreatif ya apalagi kalau bukan buat buah hati
ReplyDeleteSenangnyaaaa …..
ReplyDeleteHihihi senang sekali lihat anak-anak menyukai masakan ibunya ya?
Dulu, setiap anak punya masakan kesukaan,jadi saya gilir
Hari ini masak makanan kesukaan si sulung, besok adiknya dst
Kebanyakan mereka suka makanan eropa seperti lasagna, macaroni schotel
Seorang Mamak harus bisa memodifikasi masakan sehingga tampilannya lebih menarik dan harus kreatif apalagi untuk anak tercinta, makin seneng deh ...
ReplyDeleteWah endeus tuh perkedel isi kuning telurnya ya Mbak Mugniar... sama nih anak kedua dan keempat saya lg susye makan. Mesti pinter berdiplomasi dan nego juga agar udah capek2 masak dimakan habis bis sm anak hehe
ReplyDeleteWah ide baru nih Mbak ehhe. Kebetulan saya juga suka sekali bikin perkedel tapi belum pernah nyobain isi kuning telur rebus gitu. Kreatif Mbak Mugniar hehe
ReplyDeleteHebat euy .. bisa kepikiran perkedel kuning telur yaa bun.
ReplyDeleteMemang ya... emak-emak jaman now.. harus selalu kreatif bikin makanan buat buah hati. Apalagi anak jaman now... yang katanya itu makanan kesukaannya ..eh pas dihidangkan lagi malah bilang "lagi nggak pengen makan itu"
#hadeeh
Happy banget yah mba kalau kita masak, anak2 suka.degan masakan kita ibunya. Sop tahu ceria sama perkedel nya bikin pengen masak juga buat anakku. Terimakasih mba sharing nya. Harus kreatif kita jadi ibu yah mba.
ReplyDeleteWah, jadi inspirasi baru masakan buat buah hati nih bun. Terima kasih banyak buat resepnya!
ReplyDeleteUhh perkedel rasa bakwan kayaknya :D enak buat makan dengan mie ayam/bakso joss
ReplyDeletemenarik nih, apalagi anak skrg susah bgt makan sayur..
ReplyDeleteIbu-ibu sekarang harus kreatif mengakalai agar anak suka makan makanan dari rumah atau yg sehat daripada jajan diluar..
ReplyDelete