Kiat Membersamai Anak Belajar di Rumah Agar Memiliki Motivasi Belajar

Kiat Membersamai Anak Belajar di Rumah Agar Memiliki Motivasi Belajar Masa pandemi Covid-19 yang mengubah tatanan kehidupan kita ini membuat para orang tua, terutama ibu dituntut membersamai anak belajar. Bukanlah hal mudah karena ibu harus berperan majemuk. Sebagai ibu, guru, juru kantin, satpam, belum lagi sebagai manajer keuangan, istri, dan sebagainya. Butuh trik tersendiri agar anak termotivasi belajar meski tidak sedang bersekolah.

Saya kira atas alasan itulah dan agar anak memiliki motivasi belajar di rumah maka Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI) menyelenggarakan Kulwapp (Kuliah Whatsapp) pada tanggal 21 April 2020 dengan Ibu Dr. Indun Lestari Setyono, M.Psi, Psikolog (Ketua APSI Indonesia) dan Ibu Dr. Sitti Murdiana, M.Psi., Psikolog (psikolog, dosen pembina IPK Sulsel) sebagai nara sumber.



Nah, mari kita kenalan dulu dengan APSI.

Apa itu APSI?


APSI adalah salah satu Asosiasi yang berada dibawah Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) yang ranahnya pada pemberian layanan psikologi untuk mencapai optimalisasi potensi belajar peserta didik dengan mempertimbangkan/mengikutsertakan interaksi antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Apa pula ruang lingkup psikolog sekolah?


Ruang lingkup psikolog sekolah adalah melakukan asesmen, diagnosis dan intervensi terkait pengembangan potensi belajar ataupun terkait permasalahan belajar baik secara internal dan eksternal pada siswa.

Nah, materi kulwapp ini menarik karena membuka wawasan mengenai makna pembelajaran sesungguhnya bagi anak, dimulai dengan motivasi. Materi pertama dibawakan oleh Ibu Indun. Judulnya adalah MEMOTIVASI BELAJAR DI RUMAH: Tips Membersamai Anak dalam Belajar serta Cara Orang Tua Meningkatkan Motivasi Belajar Anak.

Apa itu motivasi?


Motivasi terkait dorongan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Dorongan belum tentu menjadi motivasi karena perilakunya mungkin tidak mencapai suatu tujuan. Setiap orang punya kebutuhan jadi kalau hendak memunculkan motivasi, kebutuhan inilah yang dicari.

Setiap manusia punya energi psikis dan setiap energi psikis menimbulkan kebutuhan. Contoh kebutuhan manusia adalah kebutuhan lapar, kebutuhan haus kebutuhan untuk bertukar pikiran, dan kebutuhan bekerja berat.


Kebutuhan bekerja berat misalnya, muncul karena ada tujuan yang ingin dicapai, misalnya butuh untuk mendapatkan uang untuk mendapatkan biaya hidup.

Nah, dengan adanya tujuan yang ingin dicapai ini, seseorang bisa mengubah perilakunya. Misalnya, ingin mendapatkan uang untuk mencukupi biaya hidup maka seseorang sanggup bekerja berat. Jika kepanasan dan ingin mencari udara segar maka seseorang akan ke luar ruangan. Jika lapar maka gerakan seseorang adalah mengarah kepada mencari makanan.

“Ini basic-nya. Kalau kita berbicara mengenai motivasi, kita harus berpikir bahwa setiap orang punya kebutuhan jadi kalau ingin memotivasi orang maka kebutuhan itulah yang kita cari,” Ibu Indun menekankan melalui pesan suara di grup Whatsapp.

Ibu Indun mencontohkan, jika tidak memperhatikan kebutuhan maka yang dilakukan tidak berhasil. Suatu waktu pernah terjadi, Dinas Sosial membawa anak-anak jalanan dari Bandung ke Lembang. Di sana mereka diasramakan. Di sana mereka disuruh kerja. Jika sudah bekerja diberi uang.

Yang terjadi adalah anak-anak itu kabur karena mereka tidak mau diasramakan. Mengapa?

Karena yang mereka butuhkan sebenarnya bukanlah uang, melainkan kebebasan. Akhirnya dicarikan jalan bagaimana supaya anak-anak jalanan itu tetap mendapatkan kebebasan tetapi juga tetap produktif.

Nah, dari penjelasan di atas, jelas kan mengapa penting untuk menumbuhkan kebutuhan agar anak memiliki motivasi belajar ?


Jika dihubungkan dengan sekolah, bagaimana?


Sekolah itu HANYA merupakan sarana untuk mengembangkan potensi intelektual agar terampil menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi di lingkungan. Nah, untuk level pendidikan play group hingga perguruan tinggi, perbedaannya ada pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, tahap perkembangan berpikir, dan pendampingan untuk belajar.

Adapun kebutuhan-kebutuhan pada jenjang-jenjang pendidikan yang berbeda tersebut:


Play group, fokus di aspek gerakan:

👉Menguatkan otot-otot tubuh untuk digerakan saat menghadapi tugas di level sekolah dasar (SD).

Sekolah dasar, fokus di aspek motorik halus, kognisi dan sosialisasi:

👉Menguatkan otot untuk motorik halus.
👉Meningkatkan keterampilan memahami yang dilakukan. 
👉Mengatur emosi untuk menerima aturan dan nilai sosial.
👉Mampu berkomunikasi dengan kalimat yang terstruktur dan sistematis.

Anak TK belajar dari permainan lompat tali.


Terampil menyelesaikan tugas terkait dengan gerakan CALISTUNG di sekolah dasar:

👉Menghafal materi pelajaran yang diterima.
👉Paham konsep dari isi bahan bacaan (kelas 3-4 SD), baik untuk bahasa atau matematika.

Sekolah Menengah Pertama (SMP):

Selain PELAJARAN juga BELAJAR menyesuaikan diri dengan PERUBAHAN FISIK ORANG DEWASA.
👉Penerimaan teman sebaya menjadi HAL yang PENTING.

Sekolah Menengah Atas (SMA):

PENERIMAAN SEBAYA lebih penting dan SUDAH ADA TUJUAN
👉Diterima sebagai siswa populer.
👉Siswa pandai bergaul, berorganisasi.
👉Isi pembicaraan terkait pada masa depan yang ingin dicapai atau karier.

Bagaimana belajar dikembangkan di rumah?


Belajar tidak terkait dengan paper and pencil. Untuk mengembangkan motivasi, anak itu belajar. Untuk bisa termotivasi, anak harus mencapai kepuasan dari apa yang dia kerjakan. Selama tidak mendapatkan kepuasan maka dia tidak akan bisa menentukan apa yang dia ingin capai.

Ketika anak mendapatkan tugas, apakah dia dibantu oleh guru lesnya ataukah dia mengerjakan sendiri?


Jika dia dibantu guru les, berarti anak sekadar mengerjakan tugas, bukanyan belajar. Berbeda, lho. Berbeda tingkat kepuasannya ketika anak berhasil menemukan pelajaran tersendiri dari suatu hal.

Kalau dibantu menemukan jawaban oleh guru lesnya, anak tak menemukan sendiri. Bagaimana menemukan kepuasan dalam mendapatkan pembelajaran, hal itu yang harus orang tua temukan untuk meningkatkan motivasi anak.

Ibu Indun menyampaikan beberapa ketentuan melalui materi presentasinya:

Ketentuan untuk MEMOTIVASI SISWA dalam PENDAMPINGAN BELAJAR di RUMAH:
  • Siswa mengerjakan sendiri tugas-tugasnya tidak dibantu, walaupun hanya sekedar membacakan.
  • Di PG dan TK, pendampingan masih BELUM pada keterampilan CALISTUNG.
  • Di SD, siswa harus terampil dalam melakukan aktivitas CALISTUNG.
  • Di SMP dia diakui akan keberadaan dirinya dengan adanya perubahan fisik, sehingga ia tetap nyaman menerima tugas-tugas yang harus diselesaikan.
  • Di SMA, latih siswa untuk mengorganisasikan kegiatannya, baik aktivitas sekolah, berteman dan berorganisasi.

Bagaimana batasan “belajar di rumah” dan “belajar di sekolah”?


"Sesungguhnya, batasan belajar di rumah dan sekolah itu tidak ada bedanya karena belajar itu bukan suasananya. Belajar itu letaknya ada dalam pikiran anak, bukan pada suasananya," ucap Bu Indun.

Jadi kalau dalam pikiran anak selalu ingin belajar, selalu ada yang ingin dia capai, selalu ingin berhasil dengan hasil capaian dia sendiri maka itu semua adanya di pikiran anak, bukan di suasana. Jadi mau di sekolah atau di rumah sama saja.

Anak belajar dari kegiatan memasak.

"Jika anak sudah terbiasa untuk belajar dalam pikirannya, sudah terbiasa mengarah kepada apa yang ingin dia capai, mau itu di sekolah atau di mana pun maka pikiran untuk pencapaian cita-citanya akan selalu muncul," kata Bu Indun lagi.

Kalau sudah terbiasa dengan pikiran untuk mencapai sesuatu maka dengan cepat dia bisa menemukan ide-ide kreatif. Jadi yang harus ditekankan orang tua adalah jalan pikiran anak itu sudah mengarah kepada apa yang akan dia capai. Kalau untuk belajar saja dia menunggu disuruh itu berarti dia belum tahu apa yang akan dia capai.

Bagaimana jika belajar itu terkait pencapaian, seperti nilai?


Kalau sejak balita anak belajar bertanggung jawab, misalnya secara sederhana jika menumpahkan sesuatu di usia balita maika dia harus mengambil lap  dia bersihkan. Itu hal kecil tetapi akan bermakna mengubah perilaku anak. Jika anak terbiasa menanggung risiko maka dia akan terbiasa memikirkan jika ingin melakukan sesuatu. Dia akan memperhitungkan akibat yang akan dia hadapi.

Tumbuhkan anak kita sejak kecil menjadi sosok yang bertanggung jawab, memperhitungkan akibat, mampu menanggung risiko, dan tahu konsekuensi. Kalau sudah paham akan semua itu maka bisa muncul motivasi.

Orang tua harus percaya bahwa anaknya mampu. Kalau nilainya rendah ya dicari tahu, yang membuat anak terhambat belajar itu apa bukannya diberikan bantuan dalam mengerjakan tugas.


Untuk mendapatkan motivasi, kita perlu mendapatkan pemahaman bahwa anak mendapatkan insight dan kita harus tanggap apakah anak puas dengan hasil kerjanya atau tidak. Kalau dia sekadar menyelesaikan tugasnya saja, itu bukan pencerminan puas, melainkan memenuhi keinginan orang tua untuk mendapatkan nilai yang baik.

Kalau anak bisa memecahkan sendiri permasalahannya, kita puji dan tanya, “Senangkah Nak?” Jangan sampai membuat dia belajar di situasi yang dia tidak suka atau menyiksa. Sebab belajar dalam situasi yang tidak disukai anak tidak akan memunculkan kebutuhan. Jika kebutuhan tidak muncul maka itu berarti motivasi tidak muncul.

“Tolong dicermati supaya bisa mendapatkan motivasi anak untuk mengembangkan kepribadiannya,” pesan Bu Indun.

Nah lho. Ibu-ibu dan bapak-bapak, perlu dicermati, yang belajar/sekolah kita atau anak? Yang puas akan nilai atau pencapaian dalam belajar kita atau anak? Yang penting sebenarnya perasaan kita atau perasaan anak? Apakah perasaan kita yang penting ataukah masa depan anak?

Membantu anak adalah tugas orang tua, maka nikmatilah.


Adalah tugas orang tua untuk membantu menumbuhkan motivasi pada anak. Caranya bisa dengan kegiatan sendiri, kegiatan bersama, lalu berikan anak problem dan dia harus memecahkan sendiri. Jangan sampai orang tua stres karena mengharapkan anaknya mendapatkan hasil (nilai) yang bagus.

Orang tua sebaiknya memperhatikan anaknya, dalam memecahkan masalah apakah logis atau tidak, cara anaknya berbicara sistematis atau tidak, dan tata bahasa yang digunakan baik atau tidak? Dalam menyimak bacaan saja, kalau anak membacanya dengan cara yang tepat, bisa memunculkan insight, lho Pak, Bu.

Nah, anak punya kebutuhan untuk mengembangkan diri di sekolah dan dengan teman-temannya. Untuk itu anak butuh bantuan orang tuanya. “Nikmati kebersamaan dengan anak, jangan jenuh, jangan anggap beban,” pungkas Bu Indun.

Makassar, 27 April 2020


Keterangan:
Yang dalam tulisan ini adalah paparan Bu Indun dan jawaban atas pertanyaan audiens (disclaimer). Untuk materi dari Bu Sitti Murdiana akan saya tuliskan nanti.


Baca juga:



Share :

7 Komentar di "Kiat Membersamai Anak Belajar di Rumah Agar Memiliki Motivasi Belajar"

  1. perlu. banyak ortu cara komunikasi yang gak baik shg anak2 malah malas, banyak guru yg mengeluh banyak anak yg gak setor tugas

    ReplyDelete
  2. Lah iya, baru nyadar kalau menumbuhkan kebutuhan dalam belajar itu penting, karena saya sendiri dulunya terkadang malas belajar kalau ada beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi. Jangankan buat anak, saat ini pun kalau misalnya saya mau belajar tapi kebutuhan fasilitasnya terbatas bikin jadi ogah-ogahan buat serius belajar kak. Hehe!

    ReplyDelete
  3. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mendampingi dan memotivasi anak belajar dari rumah sehingga anak menjadi lebih bersemangat menyelesaiman tugas2x yang tidak sedikit

    ReplyDelete
  4. Setuju banget kalo kerja tugas itu belum tentu belajar. Karena bisa saja hanya sekedar mengguhurkan kewajiban tanpa menyerap ilmu lebih dalam.

    ReplyDelete
  5. Inimi yang sulit sebenarnya, karena banyak guru yang belum terbuka pikirannya. Belajar sama dengan kerja tugas, tidak perduli kerja tugasnya sendiri atau dibantu. Semoga dengan keadaan seperti saat ini, para guru bisa lebih kreatif lagi

    ReplyDelete
  6. Inimi yang sulit sebenarnya, karena banyak guru yang belum terbuka pikirannya. Belajar sama dengan kerja tugas, tidak perduli kerja tugasnya sendiri atau dibantu. Semoga dengan keadaan seperti saat ini, para guru bisa lebih kreatif lagi

    ReplyDelete
  7. Hahaa sy jg klo kerja tugas tinggal copas dr google, apa lg anak milenials skrg yg serba canggih2 mi searching sana sinii

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^