Sepersekian
detik saya memusatkan pikiran, menarik napas dan mencoba memberikan jawaban
yang terbaik bagi Athifah. Usianya sudah 11 tahun. Sudah saatnya memasukkan
pendidikan seks dalam menjawab pertanyaan seperti ini. Bersyukur sekali selalu
ada di dekat Athifah dan bisa menjadi orang pertama yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan ajaibnya.
“Di
dalam badan perempuan ada organ reproduksi namanya rahim. Rahim itu tempatnya
bayi. Kalau di perut perempuan ada bayi, dia berada di dalam rahim. Nah,
sebelum ditempati sama bayi, di dalam rahim itu ada indung telur. Di dalam
indung telur ada sel telur. Sel telur itu keciiiil sekali, tidak bisa dilihat
dengan mata,” jawab saya.
“Kalau
sperma?” tanyanya lagi.
“Sperma
itu adanya di badan laki-laki. Nah kalau sperma dan sel telur bertemu, terjadi
yang namanya pembuahan. Kalau terjadi pembuahan, nanti terbentuk gumpalan
darah, gumpalan daging, jadi zigot, terus tumbuh jadi janin, terus jadi bayi,”
saya menjelaskan sembari mengamati wajah nona mungil yang sesekali terlihat
bergidik. Entah apa yang ada di pikirannya saat mendengarkan penjelasan saya.
Yang
jelas, pertanyaan itu dilontarkannya setelah membaca bab mengenai
perkembangbiakan makhluk hidup, khususnya manusia. Makanya harus dituntaskan,
dipenuhi keingintahuannya. Lalu dia menunjuk gambar siklus pertumbuhan manusia
di dalam rahim ibunya, “Ini ya, Ma, janin?”
“Nah,
iya, seperti itu.”
“Kalau
puber orang, suaranya melengking maksudnya apa?” maksud Athifah, di buku itu
disebutkan salah satu ciri perempuan yang memasuki masa puber adalah suaranya
melengking.
“Kayak
Mama, toh. Mama kan ndak sejak kecil suaranya begini. Coba bayangkan kalau
Mama anak-anak terus suaranya begini. Atau Oma, bayangkan Oma suaranya seperti
anak kecil. Aneh, toh? Nah, orang itu kalau puber suaranya berubah, ndak kayak
suara anak-anak mi suaranya. Kakak juga, waktu kecil ndak begitu
suaranya. Laki-laki juga berubah suaranya. Terus Adik, kan ndak mungkin
suaranya begitu terus sampai tua, toh?” saya mencoba menjelaskan
sesederhana mungkin.
“Terus,
Kakak sudah mimpi basah?”
“Sudah.”
“Kapan?”
“Waktu
umurnya 15 tahun.”
“Kalau
menstruasi itu, haid, ya, Ma?”
“Iya.”
Saya
lalu menjelaskan padanya bahwa sel telur yang tidak dibuahi nanti akan keluar
menjadi darah haid. Kalau sel telur itu dibuahi oleh sperma maka dia bisa
menjadi bayi. Menstruasi itu normalnya terjadi tiap bulan namun bisa saja
mundur sedikit. Athifah membaca bagian buku yang menerangkan tentang peluruhan
lapisan dinding rahim. Saya mengiyakan – iya, ada peluruhan itu juga saat perempuan
mengalami menstruasi.
Di
waktu lain, pernah nona mungil ini pernah bertanya berapa hari lamanya perempuan
haid. Ya, saya jawab saja dan menjelaskan normalnya itu seharusnya berapa hari.
Keesokan
harinya, Athifah nonton reality show tentang anak gadis yang
berbulan-bulan lari dari rumah dan ketika akhirnya dipertemukan dengan ibunya,
si anak sudah berbadan dua. Sembari nonton saya sampaikan kepadanya kalau dalam
Islam yang seperti itu tidak boleh terjadi. Yang “boleh” hamil itu hanya yang
sudah menikah. Kalau tidak ada ikatan pernikahan namanya berzina. Sekalian saya
jelaskan mengenai hukum Islam bagi mereka yang berzina, yaitu bahwa zina itu
dosa besar, dan sebagainya.
Penjelasan
seperti ini, berdasarkan tingkat pemahamannya sudah beberapa kali saya berikan
kepada Athifah ketika dia bertanya, sejak dia masih balita. Berulang terus
pertanyaannya, entah sudah berapa kali. Dia bertanya tentang pernikahan,
tentang punya anak, dan lain sebagainya. Rasa ingin tahunya sering kali membuat
saya mati kutu tapi saya tidak mau memberikan jawaban asal atau berbohong
kepadanya. Saya jawab apa adanya, yang biasa dia pahami di usianya.
Satu
harapan saya, selalu ada saat dia membutuhkan orang untuk menjawab segala
tanyanya tentang kehidupan. Harapan saya yang lain, semoga Allah selalu membuka
mata dan hati saya untuk terus belajar dan bisa mendampingi Athifah juga dua
anak lelaki saya yang lainnya selama mereka membutuhkan saya. Saya sadar, ibu
adalah tempat yang paling tepat bagi anak untuk bertanya sehingga dia tidak
mencarinya di tempat yang salah. Semoga Allah meridhai.
Makassar, 14 Juli 2018
Baca juga:
Share :
Bacanya sambil membayangkan besok anakku kalau sudah dapat pelajaran seperti ini pasti punya pertanyaan yang sama. harus tenang jawabnya nih kaya mba mugniar biar anak ga salah paham dan mengerti pendidikan sex yang benar
ReplyDeleteLho, RPAL dan RPUL itu sekarang dijadikan satu? Jaman saya dulu, buku-buku itu terpisah. Penerbitnya PT Intan Pariwara.
ReplyDelete