Tips Melawan Hoax dan Digital Hygiene

Okky Irmanita adalah nara sumber/fasilitator kedua setelah Sunarti Sain pada Half DayBasic Workshop “Hoax Busting and Digital Hygiene” yang berlangsung di Auditorium KH Muhammad Ramly, Fakultas Teknologi Industri pada tanggal 20 April lalu. Sama seperti Sunarti Sain yang masih aktif sebagai jurnalis, Okky yang masih menjadi jurnalis di Kompas TV ini juga seorang trainer bersertifikat. Dia menceritakan mengenai 4 kategori konten video di You Tube yang selalu mendulang banyak penonton, yaitu: agama, seks, politik (mengenai pro-kontra), dan olahraga. Untuk Indonesia, sebanyak 82% mengonsumsi video. Keempat topik ini menjadi sasaran empuk informasi hoax. Oya, baca dulu tulisan sebelumnya yang berjudul 7 Macam Konten Hoax yang Harus Diwaspadai sebelum membaca tulisan ini, ya. Pendahuluannya ada di tulisan tersebut.


Menurut Una (Sunarti Sain), verifikasi digital perlu namun butuh waktu. Kita jangan langsung mempercayai dan share. Perlu juga bersikap skeptik, untuk kemudian check and recheck. Selanjutnya, bagaimana menyikapinya, tergantung dari literasi media kita. Menurut Okky, seharusnya kita tidak boleh membenturkan untuk mengambil keuntungan. Selain itu, tergantung juga kepada siapa saja yang kita follow, bagaimana bacaan kita, dan seberapa open minded-nya kita.

Nah, 7 tips ini bisa digunakan untuk melawan disinformasi dan misinformasi atau konten hoax:
  1. Cek alamat situsnya. Kalau ragu, gunakan who.is untuk mendapatkan informasi mengenai sebuah situs (ketikkan di browser).
  2. Perhatikan detail visualnya. Misalnya gambar logonya jelek atau situs abal-abal yang “menyaru” menyerupai situs resmi.
  3. Perhatikan banyaknya iklan. Hati-hati dengan website yang banyak iklannya. Bisa jadi dia ingin mendapatkan banyak klik.
  4. Amati ciri-ciri pakem media, seperti nara sumber yang kredibel, nama penulisnya jelas, cara menulis tanggal di badan berita, dan hyperlink (link ke luarnya) mengarah ke mana.
  5. About us-nya bagaimana? Media abal-abal selalu anonim. Sesuai UU Pers, seharusnya berbadan hukum, siapa saja orangnya tertera jelas, atau cek, apakah mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber atau tidak.
  6. Hati-hati dengan judul yang sensasional. Jangan cuma baca judul tanpa membaca kontennya sampai selesai lalu nge-share begitu saja di media sosial.
  7. Cek situsnya. Buktikan apakah hoax atau tidak.

Kuis
Lalu, adakah tools dan cara melawan hoax di dunia digital? ADA! Geril Dwira dan Okky membagikannya untuk para peserta halfday workshop:
  1. Google Reverse Image Search, alamatnya: https://reverse.photos/ à bisa mengecek gambar di sini.
  2. Image Search with Google (Reverse Search), dari Chrome Web Store (https://chrome.google.com/webstore/category/extensions). Dari Chrome Web Store, cari “Google Reverse”. Aplikasi ini bisa disimpan di browser Chrome kita.
  3. Aplikasi HBT - Hoax Buster Tools (untuk Android), dari MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia). Bisa juga menyimak website https://turnbackhoax.id/ yang memuat informasi terbaru dari kabar-kabar yang berseliweran di sekitar kita yang telah diverifikasi oleh tim MAFINDO.
  4. Untuk menelusuri artikel (teks) di media online, bisa kita gunakan penulisan menggunakan “in site” untuk menemukan berita terkait dalam satu website. Misalnya: “gugatan pilkada Makassar in site: fajaronline.com”.
  5. Untuk menelusuri video, perhatikan detail videonya. Lihat tanda-tanda penting seperti nama jalan, nama bangunan. Bisa pause tayangan, ambil screen shot-nya lalu telusuri di Google Reverse Image Search. Dalam menelusuri detail video, bisa pergunakan Google Map (bisa juga dengan bantuan “yellow guy” di Google Map yang tampak via laptop) atau Google Street View untuk menemukan lokasi tepat dari nama tempat atau gedung yang tampak di video.

Image Search with Google (Reverse Search)
Para fasilitator Half Day Basic Workshop “Hoax Busting and Digital Hygiene” mengajak para peserta untuk melakukan penelusuran kepada beberapa video dan gambar sebagai bahan latihan. Mulanya saya pikir akan sangat sulit. Ternyata tidak juga, setelah mempraktikkan baik-baik apa yang telah fasilitator berikan. Kami pun bisa memecahkan pertanyaan dari foto-foto yang diperlihatkan dengan mudah. Eh, belum tentu, sih, ya untuk foto-foto yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

Namun demikian, Sekarang tak sesulit zaman old dalam menemukan tempat yang ditunjukkan dalam video ataupun gambar, berdasarkan petunjuk yang bisa ditangkap, seperti nama bangunan, nama jalan, atau bahasa. Jangan ragu untuk melakukan play-pause berkali-kali seperti para verificator di luar negeri.

Semua gambar yang dijadikan latihan bisa kami tebak letaknya di mana. Kebanyakan berpegang pada informasi nama tempat atau nama jalan atau nama lain yang tertera – misalnya pada bus yang melintas. Siapa menyangka, ternyata papan reklame media mainstream di Prancis bisa menjadi petunjuk di mana demonstrasi mengenai Palestina berlangsung, misalnya.

Tahap selanjutnya adalah DIGITAL HYGIENE. Geril membagikan 7 tips untuk menjadi higienis di dunia digital:
  • Update software sering-sering.
  • Gunakan strong password. Bisa ukur ketahanannya melalui howsecureismypassword.net.
  • Jangan sembarangan menginstalasi aplikasi.
  • Hati-hati dalam melakukan klik link. Jangan klik link yang tak jelas.
  • Aktifkan anti virus setiap terhubung ke internet.
  • Akifkan 2 langkah otentifikasi.
  • Back up data kita.

DR Zakir Sabara - dekan FTI UMI memberikan sambutan sebelum acara ditutup
Selain langkah-langkah di atas, berhati-hatilah dalam menggunakan keyboard di tempat umum, lebih baik gunakan on screen keyboard. Untuk ponsel, gunakan keyboard bawaan. Berhati-hatilah dengan kemungkinan terjadinya screen recording.

Well, menarik sekali materi workshop kali ini. Senang sekali bisa mendapatkan kesempatan menghadirinya sebagai peserta. Terima kasih AJI Makassar, Google News Initiative, Internews, dan FTI UMI.

Makassar, 4 Mei 2018



Share :

12 Komentar di "Tips Melawan Hoax dan Digital Hygiene"

  1. Hati-hati dengan judul sensansioanl, saya sering menerapkan ini, demi memancing pembaca. Aduh blog saya tergolong hoax juga kalau begitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asalkan isinya gak hoax ya bukanlah Mas wkwkwk.
      Memangnya konten blognya hoax?

      Delete
  2. Ternyata ada website khusus untuk ngecek berita hoax ya. Emang harus hati-hati di era sekarang hoax sudah merajalela.

    ReplyDelete
  3. wah, artikel yg sangat informatif kak.
    terima kasih untuk sharingnya :)

    ReplyDelete
  4. Budaya check n recheck yg perlu ditanamk@n ketika baca informasi. Setidaknya ada beberapa situs yg ikut membantu mengurangi berita hoax.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurnya, orang-orang yang tergerak dan mampu sudah bertindak, ya.

      Delete
  5. Tipsnya oke banget kak, pas buat memfilter informasi yang lalu lang di fb, wa ataupun lainnya. Terkadang jemari lebih cepat merespon dibanding sikap kritis kita untuk menelisik kebenaran info yaa kak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, jaman now jemari cepat sekali bertindak. Otak kita mesti dilatih untuk lebih cepat lagi, ya hehe

      Delete
  6. kita harsu cerdas dan mencari banyak sumber agar gak kemakan berita hoax ya

    ReplyDelete
  7. Selain keempat topik diatas kayaknya topik yang ada di akun lambe-lambean pun sangat digemari ya wkwkwk. Artikelnya bagus banget ka, saya jadi tahu media yang bisa dipakai untuk mengecek konten hoax.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^