Ngeblog
membuka jalan saya menuju stasiun televisi. Bukan karena jadi selebriti, macam
artis gitu, yaa tapi lebih kepada sharing
serba-serbi dunia menulis yang saya jalani selama ini. Sepertinya buat
sebagian orang, ibu rumahan yang aktif menulis (dan ngeblog) itu luar
biasa. Sesekali ada celetukan, “Ibu-ibu kan biasanya doyan gosip, ini koq ada yang doyan nulis!” Hiks, begitulah
stigmanya 😓. Makanya ketika ada ruang di stasiun televisi, mamak-mamak yang
senang menulis ini bisa masuk layar kaca.
Beberapa
kali saya dapat undangan menghadiri talkshow
di televisi. Ada yang dengan membawa nama komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan
Nulis) Makassar di mana saya bertindak sebagai ketuanya. Ada juga yang
mengundang saya sebagai pribadi. Isinya, ya tanya-jawab dunia menulis yang saya
tekuni.
Namun
bulan Desember lalu, saya mendapat undangan talkshow
untuk tema berbeda. Tema PENDIDIKAN, tentang wacana penghapusan Ujian
Nasional. Tugasnya apa? “Hanya dimintai pendapat ta’ selaku orang tua murid, terkait Ujian Nasional,” Boim – salah seorang
kru Net TV Sul Sel menjelaskan melalui telepon. “Kan biasa jaki’ menulis tentang pendidikan, toh?” ujar Boim lagi. Iya, sih.
Saya beberapa kali menulis tentang dunia pendidikan tapi kebanyakan pengalaman terkait
sekolah anak-anak atau berupa kritikan. Salah satunya pernah dimuat di Harian
Fajar, kritik tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad di sekolah-sekolah.
Banyak sekolah yang tak proporsional lagi mengadakan kegiatan peringatan Maulid
sebagai syi’ar Islam. Tulisan saya
bisa dibaca di: Mempertanyakan
Empati dalam Kondisi Kini. Selain itu, di blog ini ada kategori SEKOLAH
yang berisi seputar dunia pendidikan.
Saat saya tanya kepada pak suami, beliau mengizinkan. Jarang-jarang kan dapat undangan seperti ini, untuk menyatakan pendapat di depan kamera televisi. Lumayan, kan buat orang biasa. Maka pada tanggal 1 Desember siang itu saya pun stand by di kantor Net TV Sul Sel, jalan Toddopuli. Masih menunggu beberapa lama sebelum shooting dimulai. Menunggu pejabat Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan (Pak Irman Yasin Limpo) dan seorang nara sumber lagi. Ternyata Pak Irman berhalangan datang. Tak lama kemudian Pak Harpansa, kepala SMAN 11 Makassar, sekaligus menjabat sebagai Ketua MKKS (Musyawarah Kepala Sekolah) SMU semakassar datang dan talkshow pun dimulai.
Saat saya tanya kepada pak suami, beliau mengizinkan. Jarang-jarang kan dapat undangan seperti ini, untuk menyatakan pendapat di depan kamera televisi. Lumayan, kan buat orang biasa. Maka pada tanggal 1 Desember siang itu saya pun stand by di kantor Net TV Sul Sel, jalan Toddopuli. Masih menunggu beberapa lama sebelum shooting dimulai. Menunggu pejabat Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan (Pak Irman Yasin Limpo) dan seorang nara sumber lagi. Ternyata Pak Irman berhalangan datang. Tak lama kemudian Pak Harpansa, kepala SMAN 11 Makassar, sekaligus menjabat sebagai Ketua MKKS (Musyawarah Kepala Sekolah) SMU semakassar datang dan talkshow pun dimulai.
Segmen 1 Kupas Peristiwa "Ketika UN Dihapus" (dari Net TV Sul Sel)
Ada saat saya merasa malu, ketika host Ihsan Faturrahman mengatakan saya sebagai “praktisi, pemerhati, dan pengamat pendidikan” 😔. Duh, terdengar seperti hebat sekali, yak? Padahal saya apa ji kodong (istilah Makassar dari “saya mah apa atuh”). Kecuali kalau praktisinya dalam arti yang luas, sebagai orang yang ikut praktik sistem pendidikan nasional, mungkin bolehlah. Yah, anggap begitu saja, yah. Karena mau tidak mau, saya kan harus mengikuti sistem di mana anak-anak saya bersekolah. Begitu, kan? Lalu “pengamat dan pemerhati”, duh ... hanya dalam level amatir, bolehlah dikatakan demikian. Yang paling benar adalah ketika saya disebutkan “sekaligus sebagai orang tua murid”. Nah! Kebetulan anak sulung saya sudah dua kali melalui ujian nasional, yaitu saat dia duduk di bangku SD dan SMP. Sekarang sulung saya itu duduk di kelas 1 SMA.
Dan dari talkshow program bernama KUPAS PERISTIWA hari itu, pada pokoknya saya hendak menyampaikan hal-hal ini:
Jangan buru-buru menyalahkan.
Kalau ada wacana atau keputusan pemerintah, jangan buru-buru menyalahkan. Pasti ada alasan kuat di balik rencana pemerintah. Jangan pula menghakimi, bahwa pasti tidak ada langkah antisipasinya. Duh, memangnya kita siapa sih sampai seenaknya menghakimi? Para pemangku kebijakan dan para pengambil keputusan itu kan orang-orang pintar, toh. Mestinya mereka punya alasan kuat di balik pengambilan sebuah keputusan. Dan seharusnya, mereka pun sudah memikirkan langkah-langkah ke depannya.
Keputusan pemerintah bukan akhir segalanya.
Kalaupun UN ditiadakan, itu bukan akhir dari segalanya. Sekolah akan tetap berlangsung dan akan tetap ada cara untuk mengukur kualitas anak-anak kita.
Orang tua harus tetap menjalankan tugasnya.
Mau apapun keputusan pemerintah. Entah itu ganti kurikulumkah atau peniadaan UN, misalnya, tetap saja sebagai orang tua kita harus mendampingi anak-anak kita dalam melalui segala tahapan dalam jenjang pendidikan mereka. Tidak ada pilihan. Kita tetap harus mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk anak-anak kita dalam sistem pendidikan yang sedang berlangsung.
Pemerataan perhatian pada hal lain yang masih dalam konteks pendidikan.
Apa yang dinilai di sekolah kebanyakan berupa kemampuan yang hanya meliputi sebagian saja dari kemampuan atau kecerdasan anak. Bagaimana kemampuan anak dalam menghadapi masalah, kemampuannya beretorika, kemampuannya berkomunikasi, kemampuannya mempelajari sesuatu yang diminati di luar pelajaran sekolah misalnya, tak pernah dinilai. Tak pernah ada penghitungan kadar kecerdasan interpersonal ataupun kecerdasan intrapersonal anak misalnya. Padahal banyak sekali hal yang kelak justru akan memengaruhi kehidupan termasuk prestasi kerjanya di masa depan. Nah, akankah kelak sistem pendidikan kita mengakomodasi hal-hal tersebut?
Segmen 2 Kupas Peristiwa "Ketika UN Dihapus" (dari Net TV Sul Sel)
Yeah,
pendeknya, setuju ataupun tidak, tetap ada yang harus terus dilakukan orang tua
untuk pendidikan anak-anaknya. Roda kehidupan harus terus berputar. Dan pada
kenyataannya pendidikan bukan hanya apa yang diberikan oleh sekolah. Ada banyak
hal yang perlu dipelajari anak-anak kita. Mari berusaha semaksimal mungkin. Itu
saja.
Hari
berganti hari. Tanggal 11 Desember, sejak pagi hari saya mengingat-ingat talkshow yang akan tayang pukul 11
siang. Saya menjalani hari seperti biasa ... dan tenggelam dengan pekerjaan
rumah hingga tiba-tiba saya terkaget. Saya kaget melihat jam dinding sudah
menunjukkan pukul 13 lewat. Haduh kelupaan, deh nonton televisinya! 😅
Makassar, 13 Januari 2017
Tulisan
ini diikutkan dalam Hani Widiatmoko
First Giveaway Kisah Foto Instagramku
Catatan:
Untungnya Net TV Sul Sel menyimpan rekaman talkshow-nya. Saya mengambilnya di sana dan mengunggahnya ke akun Youtube saya. Talkshow terdiri atas lima file (lima segmen). Kelima segmen tersebut ada di dalam akun Youtube saya (Mugniar Marakarma). Saya hanya mengunggah segmen pertama dan kedua saja di tulisan ini.
Silakan
baca tulisan-tulisan lain:
- Pentingnya Orang Tua dan Pendidikan Tinggi Berkolaborasi dalam Membentuk Karakter Positif Anak.
- Peran Perempuan dalam Berkebangsaan
- Pengalaman Pertaman Wawancara Televisi, Live Pula!
- Dari Talkshow di Tivi Lokal ke Tivi Nasional
- Pengalaman Asyik Live Talkshow di Stasiun Tivi.
- IIDN Makassar Kopdar dan Shooting di Regus
Share :
Kasihan sampai lupa nonton,..ya seperti itulah kadang artis tidak sempat nonton dirinya sendiri ditelevisi. Terlalu sibuk.
ReplyDeletePendidikan, ah...kadang bingung dengan sistem yang ada dinegara kita.
Terlalu rumit dan dterlalu jelemet, semua dihitung dan dinilai oleh angka-angka. Yang kadang angka-angka itu suatu permainan triks., nyontek kalau bahasa umumnya.
Ya, namanya negara baru tahap berkembang. Tapi perlu diakaui, sekarang menuju lebih baik.
PEndidikan anak, tidak hanya sekedar peran sekolah, orang tua dan lingkungan perlu aktif.
Mempersiapkan anak didik berani bersaing didunia luar atau dunia kerja.
Hahahaha Mas Djangkaru nih ... saya belum jadi artis saja sudah sibuk begini ... sibuk sama urusan rumah.Cemmana kalo dah jadi artis, yak wkwkwk.
DeleteYup, orang tua harus aktif memang. Apalagi sistem pendidikan suka ganti2.
keren banget mbak Niar, dari blog bisa muncul wawancara di TV
ReplyDeletecantik dan charming
Alhamdulillah, saya beruntung Kak Monda. Karena itu tadi, mamak2 rumahan yang suka nulis kan seperti sebuah anomali, hehehe.
DeleteUntung videonya masih ada. Saya juga jadi bisa nonton. Sangat edukatif tentunya.
ReplyDeleteIya, untung ada videonya, Mukhsin :)
Deletesaya lebih cenderung mendidik anak2 saya tidak seratus persen diserahkan pada sekolah, karena pada intinya yg tahu lebih banyak dan dalam ttg anak adalah org tuanya sendiri. dan sekolah juga tdk menjamin seratus persen anak2 bisa maju secara pesat. utk itu peran org tua adalah nomor satu utk kemajuan perkembangan anak2.
ReplyDeleteSepakat Mbak. Tugas kita tetap ada, mau bagaimana pun sistem pendidikan yang berlaku :)
DeleteTernyata Mbak Mugniar cantik ya 😍😘. Kereeeen Mbak 👍👍
ReplyDeleteAih Mbak Nurin ....
DeleteSaya mah apa atuh ... :D
Oh ya Mbak, tentang image ibu rumah tangga, di pelosok-pelosok memang masih melekat sekali image itu, perlu juga usaha untuk memberdayakan ibu-ibu ini biar bisa paling tidak bermanfaat dan berdaya untuk keluarganya.
ReplyDeleteMulai banyak juga organisasi/lembaga ataupun perorangan yang memberdayakan ibu2. Mudah2an saja maskin banyak ibu yang sadar dan mampu berdaya, ya Mbak Nurin :)
DeleteTerkadang tanpa sadar yang menolak atau menerima menunjukkan bahwa peran orang tua kurang dibandingkan peran sekolah. :(
ReplyDeleteHm, bisa jadi begitu ya Mbak.
DeleteKereeen bisa masuk layar tv, :D
ReplyDeleteUN dari dulu sampai sekarang tetap menjadi bahan diskusi yang tak ada habisnya, semoga aja ke depan penilaian tidak hanya memperhatikan angka-angka tetapi menyeluruh pada semua aspek.
Aamiin.
DeleteSemoga, suatu saat nanti :)
Aku sudah nonton, Bun. Inspiratif.
ReplyDeleteCara ngomong Bunda adem, seadem tulisannya di blog. hihiii
Good luck untuk giveawaynya, semoga menang Bun. Aamiin :D
Aih Intaan, biasa saja koq. Saya malah malu melihatnya :))
DeleteAamiin. Terima kasih yaa
Mbak, jika masuk tv begitu apakah Mbak didandani dulukah oleh tim make up stasiun tv-nya?
ReplyDeleteMbak Vicky komentarnya paling beda :)
DeleteTidak ada tim make up. Jangankan tim, Mbak. Satu orang saja tidak ada. Jadilah seadanya saja tampilnya.
Setuju banget, zaman sekarang banyak orang" yang sukanya main menghakimi dan mereka ga punya dasar apa" hmmm
ReplyDeletewww.extraodiary.com
Yaah, begitulah, Mbak.
DeleteWah keren ini, dari ngeblog masuk TV. Senangnya bisa turut urun-rembug masalah pendidikan Indonesia ya. Tapi lucu itu, lupa nonton acara sendiri. Makasih ya ikut ga saya...
ReplyDeleteHalo Mbak Hani. Moga berkenan dan dimenangkan ya hehehe.
Deletekeren mba, saya belum ngerasain langsung krn anak masi kecil mau kasi opini jg takut salah krn blm ada pengalaman.
ReplyDeletesukses sll mba ^^
Terima kasih Mbak Herva. Sukses juga buat Mbak :)
Delete