Lovepink dan Pinky Promise Menggugah di Octobreast

Lantai paling atas Trans Studio Mall adalah salah satu tempat terujung di Makassar bagi saya. Apalagi menuju ke sana saya harus berjalan kaki dari pintu gerbang mall, plus dengan sedikit acara nyasar. Tapi saya tiba sebelum pukul setengah dua belas, seperti yang dijadwalkan di undangan.

Bapak Suasis dari Garda Medika menjelaskan tentang Garda Medika

“Di sini pemutaran film Pinky Breast?” tanya saya kepada seorang lelaki berpakaian biru tua yang berada dekat pintu masuk Studio 5, Bioskop XXI. Dia mengenakan uniform yang sama dengan yang dikenakan sejumlah orang di sana. Dari pakaiannya terlihat ia merupakan salah satu panitia.

“Iya,” jawab lelaki berpakaian biru tua itu.
“Sudah boleh masuk?”
“Belum, Bu. Masih dipersiapkan.”

Saya menjauh, menuju deretan tempat duduk di mana beberapa teman blogger berada. Saya merasa ada yang aneh dengan pertanyaan saya. Pinky Breast? Eh, kayaknya bukan Pinky Breast, deh .... Ah, iya, Pinky Promise! Hahaha.

Garda Medika Octobreast


Saya baru sadar sudah salah menyebutkan nama. Yang akan saya hadiri pada tanggal 15 Oktober siang ini adalah sebuah event bertajuk Garda Medika Octobreast. Di dalamnya ada sesi nonton bareng film Pinky Promise. Dari sebuah keterangan saya pahami kalau acara ini bermaksud mengadakan semacam edukasi mengenai kanker payudara. Syukurlah suara saya tidak terlalu keras tadi. Lelaki berpakaian biru tua itu pasti mengira saya menyebutkan PINKY PROMISE. Hoho.

Agak lama proses persiapan di dalam Studio 4 berlangsung. Event ini mengambil tempat di Studio 4. Saya memanfaatkan waktu dengan mendaftarkan diri untuk cek gula darah gratis, mengambil makan siang di counter makanan, dan berfoto di photo booth – ketiganya merupakan rangkaian kegiatan Garda Medika Octobreast juga.

Acara yang diunggu-tunggu akhirnya dimulai juga.

Ki-ka: DR. Dodi, Mbak Tuti, Mbak Muti, dan MC.
Foto: akun twitter @berkelanjutan

Bapak Suasis dari Garda Medika memberikan sedikit penjelasan mengenai Garda Medika. Garda Medika adalah perusahaan asuransi di bawah bendera Astra Group yang sudah berusia 8 tahun yang sudah memiliki hampir 500.000 member. Garda Medika mempunyai hampir 900 provider (rumah sakit) yang tersebar di Indonesia dan negara-negara lain. Garda Medika support komunitas Lovepink dalam memberikan sosialisasi mengenai pentingnya mengetahui sejak dini kanker payudara, di antaranya melalui event Octobreast.

Hasil penelusuran saya di internet membawa kepada sebuah artikel yang menjelaskan besarnya support Garda Medika terhadap deteksi dini kanker payudara. Seperti juga yang dikatakan oleh Pak Suasis, Makassar menjadi kota ketiga event Octobreast setelah kota Jakarta dan Bandung. Akan diselenggarakan pula di Surabaya, Denpasar, dan Bogor. Sebagai tanda komintmen untuk mendukung kampanye peduli kanker payudara, Garda Medika baru-baru ini menyerahkan satu unit mobil operasional kepada Yayasan Daya Dara Indonesia (komunitas Lovepink)[1]. Pak Suasis mengharapkan, sosialisasi ini mampu menyebarkan pengetahuan akan kepedulian deteksi dini kanker payudara.

Satu lagi hasil penelusuran yang menarik mengenai Garda Medika adalah Medcare, sebuah aplikasi android yang membantu mencatat dan memonitor aktivitas sehari-hari. Dengan Medcare bisa diketahui Body Mass Index dan berat ideal, catat target konsumsi makanan dan minuman harian, dan lama tidur. Dan hal lainnya mengenai kesehatan tubuh. Khusus pelanggan Garda Medika, mendapat kemudahan melihat sejarah klaim dan manfaat kepesertaan melalui aplikasi ini. 

Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara


Rasanya agak-agak risih ketika dokter lelaki bernama Dodi Permadi ini menuturkan dengan vulgar tentang satu anggota tubuh perempuan yang biasanya dianggap tabu untuk dibahas secara terbuka. Tetapi kali ini berbeda. Dalam rangka edukasi, mau tidak mau, penuturan pak dokter harus disimak dengan baik dan menelan bulat-bulat rasa risih yang sesekali timbul. Sebisa mungkin saya mencatat penyampaian pak dokter yang postur tubuh dan wajahnya mirip sekali dengan Mas Rangga Septiana – branch manager Garda Medika Makassar ini.

Yang diapit baju pink itu Dhea Seto dan Dhea Ananda
Foto: akun twitter @berkelanjutan
Oke teman, belum apa-apa, saya dibuat terkejut oleh keterangan pak dokter yang menyebutkan bahwa kanker payudara menduduki posisi pertama top 5 kanker di Indonesia pada tahun 2016 ini! Ranking 1, tidak main-main. Dengan kata lain, penderitanya yang terdeteksi meningkat! Berturut-turut di bawahnya adalah kanker kolorektal (saluran pencernaan), kanker leher rahim (serviks), kanker paru, dan kanker rahim (uterus).

Jumlah angka kejadiannya 21,5 per 100.000 penduduk Indonesia. Sebanyak 30% dari penderita kanker payudara berusia di bawah 40 tahun. Tidak seperti kanker serviks yang sudah ada vaksinnya, kanker payudara tidak demikian. Jumlah angka kematiannya pun termasuk tinggi: 43% dari kasus!

Mengapa? Karena biasanya pasien yang datang sudah punya tanda klinis berupa benjol, nyeri tak tertahankan, atau luka. Sementara, tanda-tanda seperti itu menandakan tingkat stadiumnya sudah lanjut. Di fase awal hampir tidak ada tanda-tanda. Di situlah banyak orang terlena.

Kanker terjadi bila sel payudara atau sel dari kelenjar di saluran ASI bermutasi dan bertumbuh tanpa kendali. Bila stadium sudah lanjut, sel kanker bisa tersebar (bermetastase) ke kelenjar getah bening, lalu ke paru-paru, tulang belakang, panggul, hati, saluran pencernaan, dan otak.

Apa penyebab kanker payudara? Tidak diketahui. Yang bisa diketahui adalah faktor-faktor risikonya. Apa saja faktor-faktor risiko itu? Ini dia:
  • Genetika.
  • Hamil pertama kali di atas 35 tahun.
  • Menggunakan terapi hormon setelah menopouse.
  • Tidak menyusui anak.
  • Alkoholik dan obesitas.
  • Early menstruation dan late menopouse (haid pertama kali di bawah usia 11 tahun dan menopouse di usia lebih dari 55 tahun).

Saya ada di belakang, lhoo.
Foto: akun twitter @berkelanjutan
Satu catatan penting di sampaikan oleh pak dokter, yaitu bahwa wanita karir 70% berisiko kena kanker payudara. Kenapa? Karena kepadatan aktivitasnya bisa membuatnya berada dalam faktor-faktor risiko (tidak menyusui, tunda kehamilan, stres kerja, polusi udara, dan kurang tidur).

Gejala yang biasa dirasakan penderita kanker payudara misalnya: bengkak, kulit iritasi, puting susu nyeri atau melesak ke dalam, kulit pada payudara atau puting susu berwarna kemerahan atau bersisik.

Saat pembahasan masuk pada tingkatan stadium kanker payudara, saya tidak bisa menuliskan karena pak dokter menjelaskan dengan cepat. Yang jelas, semakin naik stadiumnya, semakin berat penyakitnya. Pada stadium 1, kanker sudah bersifat invasif (mengkolonisasi suatu habitat secara masif), ukurannya di bawah 2 centi meter, dan belum menyerang kelenjar getah bening. Pada stadium 2, ukurannya berada di antara 2 dan 5 centi meter dan menyerang kelenjar getah bening. Sementara pada stadium 3, makin invasif, ukurannya sudah di atas 5 centi meter (dan sudah menonjol).

Tindakan medis secepatnya perlu diambil. Lalu melakukan terapi: pembedahan (mastektomi), radioterapi, dan kemoterapi. Deteksi dini bisa dilakukan sendiri di rumah, dengan cara berdiri di depan cermin atau sambil berbaring pada hari ke-7 – 10 setelah haid hari pertama. Tindakan deteksi dini ini perlu dilakukan secara rutin.

Gelang Garda Medika Octobreast milik saya
Deteksi dini ini disebut juga dengan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI). Caranya, dengan melingkar-lingkarkan jari di area payudara, dekat puting dengan berputar. Untuk lebih lengkapnya, silakan browsing di internet. Sudah banyak yang mengunggah caranya. Atau, bisa mendapatkan caranya melalui aplikasi yang adakan saya ceritakan di bawah.

Lovepink: Komunitas dan Aplikasi Peduli Kanker Payudara


Tak cukup sampai di situ, pesan edukasi berikutnya diberikan oleh dua orang survivor kanker payudara: Mbak Madelina Mutia (Muti) dan Mbak Tuty Effendi. Keduanya menceritakan perjuangan mereka menghadapi kanker payudara dan support orang-orang terdekatnya.

Survivor atau orang yang sedang berjuang, merupakan kunci utama. Bagaimana mereka bersikap menentukan kelancaran penanganan kanker yang dideritanya. Mbak Tutty yang sudah sejak tahun 2010 divonis kanker payudara stadium 2, buktinya sampai sekarang masih bisa bertahan dan datang ke Makassar, memberikan sosialisasi.

Aplikasi Lovepink Breasties, unduh di Play Store.

Mbak Muti bersama seorang temannya – Mbak Santi mendirikan Lovepink, agar mereka yang terkena kanker payudara bisa saling support. Kekuatan berjuang dirasakan bertambah besar ketika sesama suvivor saling menguatkan.

Mempercepat tindakan medis harus dilakukan, jangan terlalu banyak mendengar komentar orang-orang di luar sana yang tidak mengalami tetapi seakan-akan lebih pintar dari dokter. Jangan egois dengan keras kepala tidak melakukan terapi. Ingatlah orang-orang tercinta yang menunggu survivor sembuh.

Kepada para sahabat dan keluarga, jangan bereaksi berlebihan, misalnya dengan menganggap penderita kanker sebagai orang sakit yang “tinggal menunggu waktu”. Biasa saja. Berikan semangat maka survivor anda akan semakin bersemangat.

Ada langkah-langkah melakukan SADARI di aplikasi Lovepink Breasties

Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula kemungkinan sembuhnya. Lakukan deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Lagi-lagi Mbak Muti menekankan hal ini. Penting dilakukan pada hari ke 7 – 10 setelah hari pertama menstruasi. Kalau sudah menopouse, tetap bisa melakukannya. Pilih tanggal. Lakukan sebulan sekali. Sekarang sudah ada aplikasi Lovepink Breasties yang bisa unduh di Play Store. Kalau ada kawan ada anggota keluarga yang terdiagnosa kanker payudara, jika ingin merasa lebih kuat dengan cara bisa bertemu survivor kanker payudara di Makassar, bisa hubungi Think Survive Makassar – komuntas di mana pada survivor kanker payudara di Makassar berada (tentunya, bisa pula dengan bergabung dengan Lovepink).

Aneka informasi ini bisa diperoleh juga di aplikasi Lovepink Breasties

Mengenai Lovepink Breasties, saya sudah mencoba mengunduhnya melalui Play Store. Sebelum menggunakannya, kita perlu mendaftar dulu untuk membuat akun. Jika sudah, ikuti langkah-langkah pada tab SADARI. Ada tuntunan beberapa gerakan yang harus dilakukan dengan memerhatikan apakah ada perubahan bentuk dan warna pada kulit payudara dan puting. Dengan aplikasi ini, kita akan diingatkan tiap bulan untuk melakukan deteksi. Selain itu, ada informasi-informasi penting seputar kesehatan dan kanker payudara yang perlu diketahui.

Gelang Simbol Peduli Kanker Payudara


Usai sharing session dari mbak-mbak dari Lovepink, giliran dua aktris pendukung film Pinky Promise tampil ke hadapan hadirin. Cantik-cantik mereka: Dhea Seto yang berperan sebagai Ken dan Dhea Ananda, yang berperan sebagai Vina. Dengan ramah mereka meladeni mereka yang ingin mencuri kesempatan berfoto bersama. Tak lama kemudian panitia membagikan gelang semi kulit berwarna coklat kepada hadirin. Gelang ini dikenakan serempak dan dijadikan simbol dukungan yang menunjukkan kepedulian kepada kanker payudara. Sembari saling mengaitkan kelingking, hadirin diminta membaca pernyataan yang tertera pada layar besar di depan sana. Tulisan itu berbunyi: 
“Saya bersama Lovepink dan Garda Medika mendukung gerakan peduli kanker payudara.”
 
9 tabs dalam aplikasi Lovepink Breasties

Inspirasi Pinky Promise


Tiba juga di puncak event Octobreast: nonton bareng film Pinky Promise. Yeayy! Nontonnya sambil menikmati pop corn dan minuman ringan yang dibagikan oleh panitia. Wow, ada cemilan lagi, padahal kan sudah dikasih makan siang tadi? Garda Medika top, deh sebagai tuan rumah.

Well, film ini berkisah tentang hubungan 4 sahabat: Kartika (Agni Prathista), Vina (Dhea Ananda), Bebi (Alexandra Gottardo), dan Ken (Dhe Seto). Film karya sutradara Guntur Soeharjanto ini juga didukung oleh Jajang C. Noer, Chelsea Islan, Maudy Kusnaedi, Derby Romero, dan Gunawan.

Keempat sahabat yang saya sebutkan di atas, dipertemukan di Rumah Pink. Rumah Pink didirikan oleh Tante Anind (Ira Maya Sopha), tante dari Kartika yang seorang survivor kanker payudara. Keempat sahabat itu berasal dari latar belakang berbeda. Rumah Pink didirikan untuk menyosialisasikan edukasi mengenai kanker payudara dan diniatkan menjadi rumah singgah bagi para penderita kanker yang hendak berobat di Jakarta.


Bukan sekadar drama kehidupan keempat perempuan itu, dalam film ini pun ada edukasi yang mencerahkan mengenai kanker payudara. Di antaranya melalui kasus-kasus yang dijelaskan dengan bahasa medis yang mudah dimengerti oleh orang awam oleh dokter yang menangani Tante Anind, berikut Vina dan Bebi.

Selain itu informasi lain diperoleh sepanjang film, melalui kisah yang bergulir. Misalnya saat Tante Anind memberikan ceramah di Rumah Pink dan di perkampungan. Satu pesan terselip yang tak boleh diabaikan adalah bahwa kanker payudara juga bisa meyerang laki-laki. Ya, kanker payudara bukan mustahil menyerang laki-laki, lho. Selain ada contoh yang dimunculkan dalam film ini, almarhum artis penyanyi Melky Goeslaw adalah salah satu lelaki survivor kanker payudara.

Salah satu adegan mengharukan dalam film Pinky Promise

So, film Pinky Promise layak ditonton. Bukan hanya bagi perempuan, juga buat lelaki. Karena bukan hanya perempuan yang bisa terkena kanker payudara. Di samping itu. Dengan menonton film ini, lelaki juga bisa tahu bagaimana harus bersikap bila orang terdekatnya didiagnosis kanker payudara. Seperti yang bisa disimak dari sikap suami Vina (Ringgo Agus Rahman). Satu lagi, film ini tidak melulu bercerita tentang kanker. Di dalamnya, sekali lagi ada cerita kehidupan, seperti cerita-cerita kehidupan yang ada di sekitar kita. Ada kisah hubungan antar anggota keluarga yang menemukan kesepahaman (keluarga Ken). Ada kisah hubungan antara lelaki dan perempuan (Ken dan Derby). Dan tentu saja, ada kisah hubungan persahabatan 4 perempuan. Persahabatan yang dipertemukan oleh warna-warni di Rumah Pink.

Makassar, 19 Oktober 2016

Tulisan ini diikutkan Garda Medika Octobreast Blog Contest



Catatan: 

  • Website Garda Medika: www.asuransiastra.com
  • Website Lovepink: www.lovepinkindonesia.org
  • Fan page Facebook Lovepink Indonesia: Lovepink Indonesia
  • Twitter Garda Medika (Asuransi Astra): @berkelanjutan
  • Twitter Lovepink: @LovepinkID
  • Instagram Lovepink: @lovepinkindonesia
  • Fan page Facebook Think Survive Makassar: Rumah Singgah Think Survive Cancer Woman Makassar.





[1] Selengkapnya silakan simak di https://www.asuransiastra.com/knowledge-post/garda-medika-serahkan-mobil-operasional.


Share :

14 Komentar di "Lovepink dan Pinky Promise Menggugah di Octobreast"

  1. Ooh jadi film ini sambil memperingati bulan oktober tentang kanker payudara itu ya..
    Saya baru tau mbak

    ReplyDelete
  2. Duh Ira Maya Shopa favorit saya waktu kecil...hihi..salah fokus :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya, Ira Maya Sopha main di film Ira Maya Putri Cinderella :)

      Delete
  3. Aku sellau takut kalau dengar kata kanker, mba Niar. Trauma nenek dan mamaku meninggal karna kanker serviks :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Di keluarga saya pun sudah ada beberapa orang yang meninggal karena kanker, belum lagi di keluarga suami, Mbak :(

      Delete
  4. wah ada aplikasinya ya sekarang..baru tau

    ReplyDelete
  5. Seru ya Kak, nobarnya kemarin. Sayang ga bisa ikutan karena pas lagi ada acara keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Ndy. Acaranya seru, menarik, inspiratif, dan menggugah. Luar biasa perjuangan mbak2 dari komunitas Lovepink.

      Delete
  6. Filmnya udah ada di bioskop ya Mbak? di sini kok belum ada ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah mulai main di seluruh Indonesia, Mbak Nurin.

      Delete
  7. Lucu Bu Mugniar bisa salah judul, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi maklumlah, namanya manusia, kakak Eksak.

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^