6 Keuntungan Berbelanja di Warung Sebelah

“Duh, tidak cukup uangku. Saya kira yang saya bawa ini uang sepuluh ribuan Mama Fia, ternyata uang dua ribuan ji. Saya pulang dulu ambil uang, nah,” seraya mengangkat barang belanjaan, saya hengkang dari warung Mama Fia.

Sesegera mungkin, usai meletakkan barang belanjaan di dalam rumah, saya kembali ke warung Mama Fia, mengantarkan kekurangan uang yang harus saya bayarkan. Sudah beberapa kali hal ini terjadi. Belanja di warung sebelah yang letaknya dari rumah hanya sepelemparan bola tenis tidak pernah ribet. Kalau uang kurang bisa balik dulu ke rumah untuk mengambil sisanya. Jangan sampai lupa karena bisa malu sendiri.

Warung sebelah rumah itu lengkap juga. Berbagai kebutuhan sehari-hari tersedia di sana. Mulai dari beras, gula pasir, obat nyamuk, krim pencerah wajah, bedak bayi, minuman ringan, sabun cuci, sabun mandi, tabung gas 3 kilogram, camilan, hingga pulsa ponsel tersedia di sana.

Warung Mama Fia, difoto dari pagar rumah kami
Sama seperti warung-warung kecil pada umumnya, warung itu tak bernama. Saya menyebutnya warung Mama Fia (atau Bapak Fia) karena Fia itu nama anak sulung si empunya warung  -  Novi dan Ardis. Novi dan Ardis baru delapan tahun lebih jadi tetangga kami. Hampir sama dengan usia putri sulungnya – Fia. Waktu baru tinggal di warung sebelah, Novi tengah hamil Fia.

Saya suka berbelanja di warung Mama Fia karena 6 keuntungan/alasan yang tidak saya dapatkan di market modern ini:
  1. Dekat. Nyaris semua kebutuhan ada di situ, tidak perlu ke mana-mana. Kami tinggal di dalam gang, letaknya sekira 200 meter dari jalan besar. Untuk orang yang malas keluar rumah seperti saya, adanya warung Mama Fia ini sangat membantu keseharian saya. Daripada ke luar rumah dan membawa pulang belanjaan butuh ongkos transportasi, mending ke warung sebelah, kan?
  2. Mudah mendapatkan uang kecil. Uang pecahan Rp. 50.000 dan Rp. 100.000 saya belanjakan di warung sebelah, otomatis saya mendapatkan kembaliannya. Kira-kira beberapa hari kemudian, saya pakai uang besar lagi buat belanja. Jadi, saya hampir selalu punya uang kecil. Asyik, kan? Daripada ribet menukarkannya di bank.
  3. Barang yang tidak sesuai bisa diganti dengan yang lain yang harganya sama meski bukan hasil produksi dari perusahaan yang sama. Sering kali, saya membelikan anak-anak camilan. Misalnya roti. Sampai di rumah, ada yang tidak suka dengan rasa roti yang saya beli. Nah, mengembalikannya mudah saja. Saya tinggal ke warung sebelah lagi, atau menyuruh salah seorang anak saya dan mengatakan, “Tukar nah Mama Fia, si Anu ndak suka ki roti yang ini. Maunya roti yang itu bede’.”
  4. Jam berapa pun kehabisan pulsa, bisa langsung cus ke warung Mama Fia. Tapi pulsanya tidak ada yang Rp. 50.000. Belinya yang Rp. 5.000 – Rp. 20.000. Maklum, kan untuk pemakaian warga tingkat ekonomi menengah ke bawah.
  5. Harga barang-barang tertentu lebih murah daripada barang-barang yang dijual di mini market modern di luar sana. Misalnya nih, camilan yang kalau di mini market modern dijual seharga Rp. 600 – Rp. 700, di warung sebelah harganya cuma Rp. 500. Harga barang-barang lainnya pun bersaing dengan harga di luar sana.
  6. Mama Fia tidak banyak cakap. Apapun yang saya beli, berapa pun harganya, dia tidak pernah berkomentar. Tidak pernah pula berusaha memengaruhi untuk membeli barang-barang lainnya. Kan ada tuh tipikal orang yang suka berkomentar dan suka memengaruhi pelanggannya untuk membeli barang-barang lain yang tidak dipilihnya. Di samping itu, orangnya asyik pula diajak ngobrol. Jadi, sekalian silaturahim kalau belanja di warungnya.

Para pelaku UMKM yang dibantu BTPN
Kesukaan saya belanja di warung Mama Fia kadang-kadang diributkan oleh ibu saya, “Kenapa tidak beli sekalian banyak? Kenapa begini, kenapa begitu?” Yah, biasalah, orang tua. Apa-apa yang tidak sesuai dengan dirinya bisa jadi wacana yang perlu dibahas panjang lebar. Padahal menurut saya, sih, yang namanya belanja, suka-suka kita. Tidak harus sekaligus banyak. Tidak harus sebulan sekali. Tidak apa-apa toh kalau seminggu sekali asalkan bisa dapat uang kecil, misalnya?

Novi dan Ardis ini hebat, lho. Selain membantu menyediakan kebutuhan warga sekitar, “keberadaan” mereka tidak boleh disepelekan. Warung sekaligus rumah yang mereka tempati itu mulanya ngontrak namun lama-kelamaan, mereka bisa membelinya dari pemilik terdahulu. Cerita pindah tangannya pun rumit juga karena pemilik rumah yang dulu tidak langsung melepas rumah itu pada harga yang disepakati sejak awal. Dia malah mengulur-ngulur waktu dan terus menaikkan harga rumah. Untunglah pada akhirnya terbeli juga oleh Novi dan Ardis.

Mereka bisa berhasil bukan karena keuntungan yang besar. Tidak sama sekali. Selisih antara modal dan harga jual sering kali hanya Rp. 500 atau Rp. 1.000 saja (untuk barang yang isi satu paknya ada 10 - 20 buah). Namun karena perputaran barangnya cepat akibat banyaknya orang yang berbelanja di warung yang buka dari pukul 06.30 – 24.00 ini, pasangan suami istri yang kini sudah memiliki 2 putri ini bisa tercukupi kehidupannya.

Contoh hitung-hitungan bagaimana menabung bisa membantu pelaku UMKM
Bahkan mereka sudah bisa membeli mobil Avanza, lho. Sesekali Ardis mengendarai mobilnya untuk membeli barang-barang kebutuhan warungnya kalau yang dibelinya banyak. Lebih seringnya, dia menggunakan sepeda motor. Koq saya tahu, ya? Ya iyalah, kan tetangga dekat. Melempar bola tenis dari pekarangan kami, pasti bisa nyampe ke warung sebelah!

Nah, Novi dan Ardis ini contoh nyata kalau bisnis warung kecil tak bisa disepelekan. Saya tak tahu bagaimana mereka dulu memulai dengan modal yang mereka miliki namun bagi yang ingin mencoba, bisa ngecek ke link BTPN yang http://menabunguntukmemberdayakan.com/. Di sana ada keterangan mengenai program Taseto Mapan yang memberikan pinjaman dan pelatihan kepada para pelaku usaha UMKM seperti Novi dan Ardis. Mau coba?



Share :

44 Komentar di "6 Keuntungan Berbelanja di Warung Sebelah"

  1. Aku udah lama nggak belanja lagi hemat :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak ada warung kayak ini di dekat rumah, ya Mbak?

      Delete
  2. Akupun kdg2 blja d warung dkt rmh kalo tetiba ada keperluan RT yg mmdadak abis mba :) Walopun nth kenapa bnyakan brg2 d wrung dkt rmhku suka lbh mahal dr supermarket langganan bulanan -_-. Cuma dipikir2 krn lbh deket dan yg dibeli cm 1-2 brg, ya sudahlah yaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo macam mie instan, biasanya memang lebih mahal di warung. Cuma super market yang bisa kasih harga murah kalo yang itu. Nah kalo yang lain, sebenarnya bisa lebih murah, seperti gula pasir :)

      Delete
  3. Lengkap juga ya, Mbak. Jual pulsa segala. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah .... bisalah disebut sebagai waserda - warung serba ada. Cotton buds ada, vitamin C, obat pilek, kue2 kering juga ada :D

      Delete
  4. Nah itu dia...belanja di warung sebelah selain dekat jaraknya..bisa nukar barang yang gak sesuai dgn kebutuhan asalkan harganya sama ya Mba..

    ReplyDelete
  5. Emang enak belanja ke tetangga, kalau duit kurang bisa bilang: ntar aku balik lg yaaaa, xixixi

    ReplyDelete
  6. Iya mak, keuntungan warung2 kelontong rumahan adalah kalo kurang bisa disusulkan kekurangannya, eh tapi biasanya warung seperti itu suka sering dihutangin ga?
    Aku juga kalo jualan pulsa lebih suka yg 5rb-20rb. Lbh banyak untungnya, huahahaha. Kalo 50rb an mendingan beli lewat mbanking, ga ada charge tambahan, tapi ya berkurang 50rb eh kok ya rasanya gimana gitu. Sayang juga. Huahahaha. Aku kalo beli pulsa juga cuma 10rb an. Hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya sih, Mak .... kayaknya orang2 bisa ngutang. Cumah harus tahan banting juga dan tegaan menolak kalo terlalu banyak utang seseorang yah. Kalo tidak kan rugi.
      Nah, cocok itu ... kalo utk diri sendiri pake mbanking, Mak hehehe.

      Delete
  7. aduh warung seperti di tempatku sudah gak ada tergilas minimarket yg ituuu tuh, keluar gerbang perumahan sdh nongol dua minimarket. Padahal aku sdh sebel dg minumarket yg suka nipu harga dlll, jadi kangen warung rumahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo warung di jalan besar sana, masih ada, Mak. Cuma kayaknya penjualannya tidak seperti dulu sebelum ada market2 itu tuuh. Nah, yang mati ada toserba milik orang sini. Kasihan. Soalnya jaraknya hanya 5 meteran dari market itu :(

      Delete
  8. Enaknya belanja di warung sebelah juga bisa ngutang pas uangnya kurang. :D #Eh

    ReplyDelete
  9. Deket banget warungnya!.
    Rumahku juga deket warung meski gak sedekat itu.
    Tapi aku gak sempat menuliskannya.
    Buntu, mau nulis dari sisi mana 😫

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah sayang, Mbak Ety, jadi .. tidak ikut lomba yang ini?

      Delete
  10. Warung sebelah memang menjadi tempat belanja favorit emak-emak.

    ReplyDelete
  11. Saya klo uangnya kurang, biasanya bayarnya pas nanti blanja lg hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya takut lupa, Mbak ... jadi langsung balik lagi.

      Delete
  12. Wah kalau di desa sih warung warung seperti ini memang masih banyak yah mbak, tp kalau di kota mah kadang indomaret lebih dekat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tinggal di kota, Mbak. Masih ada warung2 seperti ini. Ada juga sih yang sudah tergilas mini market modern. Tapi warung tetangga saya, alhamdulillah masih laris-manis.

      Delete
  13. Aku juga suka belanja di dekat kost, mba. Lebih praktis :D

    ReplyDelete
  14. aku juga suka belanja di warung kelontong, ada agen lumayan besar di sini sih, dan enaknya gak kalap mata pas belanja, karena langsung diambilkan, kalau di mini market suka bablas belanja yang gak direncanain deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya benar, tidak ngambil sendiri jadi tidak perlu kalap mata

      Delete
  15. Bagi saya warung tradisional tetap menjadi primadona, dan yang dagangnya harus muslim. Setidaknya saya sudah berkontribusi positif memberikan keuntungan baginya. Sesama muslim harus saling membantu, bener gak Mbak? Btw, kenapa ada sisip BTPN ya Mbak? :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan memang mau cerita soal warung sebelah ini.
      Ada sisipan BTPN, karena ini lomba blog BTPN, Mas Dwi :)

      Delete
  16. Saya sempat heran loh kak, tiba-tiba muncul nama Novi dan Ardis di bagian akhir tulisan, apa itu nama lain Mama Fia dan Bapak Fia?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu nama2 mereka, Fadly. Ada koq saya tuliskan di atas, pas di bawah foto pertama:

      Sama seperti warung-warung kecil pada umumnya, warung itu tak bernama. Saya menyebutnya warung Mama Fia (atau Bapak Fia) karena Fia itu nama anak sulung si empunya warung - Novi dan Ardis. Novi dan Ardis baru delapan tahun lebih jadi tetangga kami. Hampir sama dengan usia putri sulungnya – Fia. Waktu baru tinggal di warung sebelah, Novi tengah hamil Fia.

      Delete
  17. Sama mbaaak...aku juga belanjanya di warung...pernah ada teman pamer kalo di supermarket ada diskon, jadi dia dapet harga sabun cuci sekian...padahal harga diskonan itu sama dengan harga di warung sebelah hehehe...harganya tiap hari juga segitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha lucu, ya. Kalo dia tahu di warung murah, pasti keki tuh.

      Delete
  18. Keuntungan yg lain bisa minta tlg anak yg pergi belanja :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh betul itu .... harusnya 7 ya. Kenapa saya ndak terpikir :)
      Untung memang, ndak perlu selalu saya yang pergi belanja ...

      Delete
  19. saya juga ga terlalu suka mba kalo belanja ditawari barang yg lain :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi kalo bawa anak2, trus anak2 kita ditunjukkan mainanlah, permenlah, camilanlah .... iih sebal saya kalo dapat pemilik warung kayak begitu

      Delete
  20. Aku belanja sayur juga deket aja, malas ke pasar bisa abis banyak, hahaahaa. Kalo di warung sebelah kan enak, bisa ngepas aja belanjanya

    ReplyDelete
  21. Kalo murah enak bu, lha tempat saya warung bisa lebih mahal dari mini market. Jadinya mending beli sebulan sekali di mini market. Kecuali jika butuh mendadak malam-malam baru ke warung, soalnya ada beberapa warung yang buka 24 jam.

    ReplyDelete
  22. hihihi, belanja sebelah sekalian ngobrol ngalur ngidul, bagi bagi rejeki daripada lagi ke alf*****

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^