Ketika Tahun Baru Berarti Bertoleransi Lebih Lama

Apa mau dikata bila toleransi hanya satu-satunya cara ...

Saya lupa sudah berapa tahun tepatnya hura-hura kembang api dan petasan di kota ini mewarnai malam pergantian tahun masehi. Yang jelas, sejak beberapa tahun terakhir ini, saya harus bertoleransi dengan mereka yang merayakannya dengan suara-suara yang memekakkan telinga itu. Sementara saya sendiri, tidak merayakannya dan tidak suka dengan keriuhan seperti itu. Tapi bertoleransi sekali setahun toh tidak mengapa.

Namun pada 31 Desember 2014, saya harus bersedia menolerir keriuhan itu lebih lama. Sejak lepas senja, bunyi berdentam di mana-mana (yang biasanya terdengar menjelang tengah malam saja) terdengar dari rumah kami. Sampai-sampai Athifah bertanya, “Itu bunyi meriam, Mama?”

Pada menjelang tengah malam, saya sudah terlelap. Tetapi tiba-tiba terbangun karena dentuman-dentuman petasan yang membahana di atas atap dan langit kota. Athifah terkejut lalu memeluk saya. Kemudian kami terlelap kembali dalam posisi saling berpelukan.


Sumber: mizanuladyan.wordpress.com
Keesokan malamnya, bunyi dentuman itu masih terdengar saja. Kesimpulan awam saya, banyak warga kota ini kebanyakan uang di pergantian tahun ini. Penjual petasan dan kembang api ada di setiap sisi jalan-jalan protokol di kota ini. Siapa pun bisa membelinya.

Sekilas teringat betapa ricuhnya demonstrasi kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu sampai-sampai ada yang meninggal. Lalu teringat berita nahas dari sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Air Asia beberapa hari lalu. Ah, rasanya kontras dengan keriuhan yang waktunya semakin panjang ini.

Dalam hati saya bersyukur, sudah tidak punya bayi lagi. Jadi tidak perlu was-was si bayi terbangun kaget karena keriuhan “pesta langit” itu. Sembari bersyukur saya juga berdo’a agar diberi kesehatan jantung yang baik oleh Sang Pemilik Hidup agar bila di tahun-tahun mendatang saya masih harus bertoleransi lebih lama lagi, saya tidak harus mengalami serangan jantung mendadak saat mendengar dentuman-dentuman itu. Mudah-mudahan pula tak ada bayi yang menyusahkan ibunya di tengah malam pergantian tahun. Dan mudah-mudahan pula tak ada orang yang terkena serangan jantung di malam pergantian tahun.


Makassar, 2 Januari 2015

Pesan buat anak-anakku bila suatu saat kalian membaca ini:
  • Perhatikan sekelilingmu saat melakukan sesuatu. Apakah semuanya setuju/senang/menikmati? Kalau yakin jawabannya iya, lanjutkan. Kalau yakin jawabannya tidak, hentikan.
  • Toleransi bukan berarti berharap orang lain saja yang mengerti dirimu tapi kamulah yang mengerti orang lain


Share :

20 Komentar di "Ketika Tahun Baru Berarti Bertoleransi Lebih Lama"

  1. saya pernah baca satatus salah seorang teman yang lama tinggal di negara barat, dan momen merayakan tahun termasuk hal lumrah. Menurutnya, di negara barat yang lumrah sekalipun, mereka mengadakan perayaan ini di fasilitas2 umum seperti di lapangan, taman-taman, dll. Pokoknya yang jauh dari pemukiman atau rumah sakit. Jadi, yang merayakan bisa tetap merayakan tanpa mengganggu yang tidak merayakan.

    Mungkin di kita bisa dibuat seperti itu. Masing2 pemimpin daerah mengkoordinir atau kalau perlu membuat larangan untuk menyalakan kembang api di area pemukiman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seharusnya budaya timur yang lebih memanusiakan manusia ya...

      Delete
    2. Harapan saya sih seperti itu Mak Myra. Pemerintah harus tegas dalam hal ini. Dan orang2 Indonesia banyak yang aneh ya, suka kebarat2an padahal di barat pun mereka lebih toleran sama yang tidak merayakannya. Ini malah kebalikannya, yang tidak merayakannya yang harus toleran tingkat tinggi termasuk mereka yang berpenyakit jantung dan memiliki bayi :(

      Delete
  2. "Toleransi bukan berarti berharap orang lain saja yang mengerti dirimu tapi kamulah yang mengerti orang lain" setuju bangets mak dengan kalimat ini. Kemarin Thifa juga minta dibelikan kembang api, karena temannya punya saya ngga ngijinin, saya bilang ngga semua yang temenmu punya kamu harus punya juga

    ReplyDelete
  3. Setuju Mak dengan kalimat terakhir, toleransi juga berarti memahami orang lain tak hanya minta dipahami. Semoga kita jadi pribadi yang lebih baik Mak.

    ReplyDelete
  4. Mak, salut dengan pesan yang ditulis utk ananda..

    ReplyDelete
  5. Aku termasuk yang tidak pernah merayakan mbak, biasanya sebelum tahun baru sudah tidur. Terdengar sih suara kembang api atau petasan yang agak menggangu.

    ReplyDelete
  6. waktu anak2 masih bayi suka terjaga mak kalo taun baru hiks...tp alhamdulillah anak2 semakin besar semakin lelap ttidurnya. taun br kemarin kita tdr seperti jadwal biasa kebetulan tetangga jg banyak yg pergi liburan :)

    ReplyDelete
  7. TOLERANSI sampai sekarang saya masih susah mendefinisikannya dalam kata kata. Namun secara sederhana saya menyikapinya dengan perasaan yang damai. TOLERANSI dalam pandangan saya adalah sikap mengerti orang lain disaat yang bersamaan kita sedang mengerjakan apa yang menjadi hak dan kebebasan pribadi diri sendiri

    ReplyDelete
  8. Sayang makna toleransi tidak dipahami secara faktual dan kaffah, sebagian besar orang melihat toleransi sebagai warisan budaya semata...

    ReplyDelete
  9. Jangankan di kota besar, di Sengkang pun perayaan seperti ini membudaya. Dan seperti Kata Niar, kita hanya bisa bertoleransi meski terpaksa.

    Bukan perkara mudah untuk menghilangkan kebiasaan ini. Tapi insya Allah kita bisa, jika mulai sekarang kita bersama membiasakan untuk tidak ambil bagian di dalamnya. Memulainya dari lingkungan terkecil di keluarga kita sendiri.

    ReplyDelete
  10. Sepertinya Toleransi di jaman sekarang hanya berupa kata dan ucapan, tetapi kenyataannya masih jauh dari makna yang sesungguhnya.

    Terimakasih sharingnya mba Mugniar, menjadi inspirasi untuk Belajar lebih mengerti dan memahami sekitar. :)

    ReplyDelete
  11. Iya ya ... Demo BBM sangat riuh ... se riuh pesta kembang api dan petasan ...
    Namun demikian saya berharap ...
    untuk masa yang akan datang ... kita bisa lebih bijak dalam merayakan sesuatu ...
    boleh merayakan ... namun saya rasa sewajarnya saja ...

    Bener kata teman saya ... sayang-sayang uangnya ...
    Saya baru "ngeh" kalau ternyata kembang api aneka rupa dan mercon aneka bunyi itu ... mahal ...

    Salam saya NIar
    (2/1 : 19)

    ReplyDelete

  12. Iya mak. Terutama bunyi mercon. Annoying banget. Ga sadar apa itu cuma bakar duit? Hiks

    ReplyDelete
  13. Saat malam taun baru sempat juga terbangun kaget seperti k niar. N then ambil bantal tutupkan ke telinga lalu molor lagi hehehe

    ReplyDelete
  14. Kita nggak bisa brbuat bnyak selain toleransi yo, Mbak. Banjarnegara stop pesta kembang api, petasan, tahun ini, Mbak. Krn, bru ada musibah. Diganti acara lain. Semoga tahun berikutnya jg begitu.

    Met rahun baruuu, Mbak Niar. ;)

    ReplyDelete
  15. Harinya sama saja.. manusianya yang merekayasa jadi istimewa.. saya mah tidur mbak Niar, ora peduli suara "meriam" seperti kata Thifah

    ReplyDelete
  16. Kalau ada yang punya hajat di kampung juga perlu toleransi, pengeras suara kadang sampai malam bunyi je.
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  17. Iya ya kak,tahun ini petasannya makin rame. Tdk perlu jauh" mi ke pantai losari lht pesta kembang api. Cukup duduk manis di teras rumah dan menyaksikan orang2 yang membuang uangnya hanya utk semalam

    Btw, soal dentuman itu yang menyebalkan. Sampai hari ini (sabtu) masih ada saja yang main kembang api. bikin jantungan mmg kak.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^