Naluri Keibuan, Cerminan Kasih Sayang-Nya

Banyak hal yang berkesan yang melatarbelakangi tulisan-tulisan saya di tahun ini.  Salah satunya adalah ketika menuliskan Tanda Kebesaran-Nya Melalui Naluri Ibu. Di tulisan itu saya menceritakan pengalaman yang menunjukkan kepada saya betapa besar kekuasaan Allah SWT.

Tentunya naluri keibuan bukanlah sesuatu yang ada begitu saja di dalam diri seorang ibu. Sejak ketiga anak saya bayi, dalam pengalaman menyusui mereka (alhamdulillah saya menyusui ketiganya, saya tidak mau menyerah kepada susu sapi kecuali saat dua anak lelaki saya sendiri yang menolak mati-matian dan Athifah sudah saatnya disapih), saya mengalami hal-hal yang indah.

Jam berapa pun ketika tertidur di malam hari, saya akan terbangun saat sang bayi meminta ASI-nya. Jam berapa pun. Dan semengantuk apapun, saya akan terbangun kemudian memberikan apa yang mereka minta. Tak ada rasa susah walau badan terasa remuk redam. Mungkin karena dalam proses menyusui, tubuh perempuan memproduksi hormon oksitosin yang membuat ASI lancar dan terus menerus berproduksi dan menimbulkan rasa rileks yang mendalam[1]. Asyiknya, saya bisa menyusui mereka dalam posisi berbaring.


Menurut saya, proses menyusui itu juga merupakan training Allah kepada saya, untuk mengasah rasa keibuan saya. Dan tidak dinyana terjadilah kisah yang saya ceritakan pada tulisan itu. Saat itu Afyad gelisah luar biasa karena udara malam di Makassar sedang gerah-gerahnya. Karena biasa berputar-putar saat tidur, malam itu geraknya menjadi lebih “lincah”. Beberapa kali ia hampir jatuh. Hingga peristiwa mengejutkan itu terjadi.

Secara tiba-tiba saya terbangun dan begitu saja menangkap kakinya. Sekilas seperti terprogram saja karena ternyata Afyad sedang dalam posisi hampir terjatuh dari tempat tidur, dengan kepala mengarah ke lantai. Padahal saya tengah tertidur pulas setelah berkali-kali terbangun. Lalu tiba-tiba mata saya terbuka dan saya langsung menangkap kakinya! Itu semua terjadi begitu saja, secara otomatis!

Masya Allah. Luar biasa sekali kekuasaan Allah. Ini bukan kebetulan. Dia membangunkan saya melalui naluri keibuan yang selama ini Dia latih melalui kegiatan menyusui ketiga anak saya. Kalau saya tak terbangun … duh … saya tak berani membayangkan apa yang bisa terjadi.

Selanjutnya, setelah pengalaman itu, saya percaya kalau saya masih harus selalu melatih naluri keibuan dalam diri saya dengan cara berusaha menjadi yang terbaik untuk anak-anak. Karena apa yang sudah dimiliki belum tentu akan terus kita miliki, bukan? Kalau tidak berusaha mempertahankan atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada, bisa saja naluri keibuan itu melemah.

Lihat saja contoh atau berita-berita kekerasan ibu terhadap terhadap anak kandungnya. Kata siapa pepatah yang menyatakan bahwa “sejahat-jahatnya binatang tak mungkin memakan anaknya” itu benar adanya? Induk kucing ada koq yang memakan anaknya sendiri. Seorang ibu, ada koq yang tega menganiaya bahkan membunuh anak kandungnya sendiri.

Jadi,buat saya … tulisan itu juga merupakan bahan pembelajaran sekaligus pengingat untuk menjadi lebih baik lagi dalam menjalani peran sebagai seorang ibu. Semoga ke depannya saya bisa menjadi lebih baik.

Makassar, 2 Desember 2014







[1] Ingin tahu lebih jelas? Silakan baca di: http://www.vemale.com/topik/menyusui/26513-manfaat-hormon-oksitosin-bagi-ibu-menyusui.html


Share :

11 Komentar di "Naluri Keibuan, Cerminan Kasih Sayang-Nya"

  1. tuh Afyad baca tulisan Bunda ya.. Jangan ampe nakal lagi loh..

    semoga berjaya mbak Niar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah2an kelak dibaca sama Afyad ya Mas Lozz :))
      makasih

      Delete
  2. makanya ada istilah "keibuan" yg berkenaan ama sifatnya atau bahkan wajah seseorang, ya pastinya cewek, gak mungkinlah cowok yg keibuan ... hohoho

    sukses kontesnya, Bu.. :)

    ReplyDelete
  3. naluri ibu...ikatan kadekatan ibu anak ya mak.

    ReplyDelete
  4. Maha Suci Allah yg bisa menyambungkan hati ibu dengan anak2nya dan ini cuma ibu yg bisa, bapak kayanya hampir ga pernah deh :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bapaknya .... bisa juga bangun malam .... tapi ..... kayaknya tidak seperti ibu deh, Mak :))

      Delete
  5. Naluri keibuan inilah juga yang dulu membuat ibu sering menyadari kalau Fenny ada kesulitan atau sakit meski jauh di semarang

    ReplyDelete
  6. Ibu, ibu, ibu semoga menang, Mak :)

    ReplyDelete
  7. Yess mak,,setuju banget dengan naluri ibu yang kuat akan semakin meningkatkan peran ibu sebagai pelindung dalam keluarga.Sukses untuk GAnya :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^