Tuhan Itu Sangat Dekat

Judul : KITA SANGAT AKRAB DENGAN TUHAN
Penulis : Guskar Suryatmojo
Penerbit : Smart WR
Tebal : 110 halaman
Ukuran: 21 cm x 14 cm
Tahun terbit: 2014 (Maret)
ISBN : 978-602-1384-02-2


KITA SANGAT AKRAB DENGAN TUHAN, judul buku ini, menggambarkan isinya yang membeberkan bahwa Tuhan itu dekat. Ia terjangkau dan menjangkau. Maka jangan menjauh.

Dalam do’a-do’a kita, kita memanggil Tuhan dengan sebutan “Engkau” atawa “Mu” di belakang kalimat. Beranikah kita memanggil pak Bupati atawa pak RT, misalnya dengan sebutan engkau (Kita Sangat Akrab dengan Tuhan, halaman 29).


Kesimpulannya: kita sangat akrab dengan Tuhan tetapi kenapa kita masih susah merangkai kalimat saat berkomunikasi dengan Tuhan, padahal dengan mudahnya mencari bahan obrolan bila kita bertemu kawan?  (Kita Sangat Akrab dengan Tuhan, halaman 30).

 Kesimpulan yang menohok tetapi benar karena Tuhan itu Maha Pengabul Do’a maka jangan sungkan dan malas untuk berdo’a. Dalam tulisan berjudul Rejeki Terakhir (halaman 27)  diceritakan tentang seorang lelaki tua yang tengah sakratul maut. Menjelang penghujung ajalnya, lelaki tua itu berdo’a agar anak bungsunya hadir di hadapannya sebelum ia meninggal: “Duh malaikat pencabut nyawa, tunggulah barang sejenak. Anakku masih di jalan.”

Bahagianya ia ketika bungsunya muncul. Dan begitu kalimat suci usai dilantunkan si bungsu di telinganya, lelaki tua itu tersenyum lalu pergi untuk selamanya.

Buku ini memuat dua hal pokok, yaitu:

1. Penekanan bahwa Islam itu mudah.

Ketika lama menunggu lampu lalu-lintas berubah warna menjadi hijau misalnya, jangan ditanggapi dengan negatif. Sebetulnya, daripada hati dongkol menunggu lampu merah berubah menjadi hijau, mendingan jeda waktu itu untuk berdzikir (Lampu Merah dan Dzikir, halaman 94). Ini menunjukkan bahwa sebenarnya berdzikir itu mudah.

2. Menjawab persoalan-persoalan seputar Islam (di antaranya tentang puasa, haji,  dzikir, dan sedekah) dengan cara sederhana.

“Bagi manusia yang lemah iman, ia akan menjadi kader setan. Mungkin saja ia menjadi kader kesayangan setan. Kader semacam ini membuat meringankan tugas setan menggoda hati manusia, karena orang yang sudah menjadi kader setan sangat mudah menularkan perbuatan buruknya kepada orang lain di sekitarnya.” (Ketika Setan Terbelenggu, halaman 88).

Kutipan di atas dan penjelasannya menjawab pertanyaan pada halaman sebelumnya: “Pak Ustadz, tanya dong. Katanya pas bulan Ramadhan gini para setan tangan dan kakinya dirantai, kok masih ada aja orang yang tergoda oleh bujuk rayu setan, sih?”

Gaya bahasa yang digunakan mengalir dan ringan sehingga mudah dibaca oleh siapa saja. Bahkan terdapat sentilan-sentilan yang mampu membuat pembaca mengoreksi diri, mempertanyakan kadar keimanannya. Sentilan-sentilan itu, beberapa di antaranya dituturkan amat halus karena penulis menggunakan POV (point of view) orang pertama tunggal, seperti dalam penggalan berikut:

Ketika terdengar ringtone telepon atawa SMS masuk, dalam hitungan detik saya mengangkat ponsel saya. Ingin segera tahu, saya mendapatkan telepon atawa SMS dari siapa, jangan sampai mengecewakan orang yang menelepon saya. Bahkan saat saya sedang beraktivitas lain, saya sempatkan segera mengangkat ponsel atawa membalas SMS tadi.

Tetapi, azan terdengar memanggil saya untuk segera melaksanakan shalat, gendang telinga saya tidak bergetar. Bahkan sejam setelah adzan selesai saya baru ambil wudlu. Gusti Allah saya cuekin (Berhala Ponsel, halaman 107).

***

Buku yang memuat 42 tulisan lepas ini sangat pas bila dibaca oleh semua golongan karena bahasanya yang mudah dicerna. Sayangnya ada sedikit ganjalan, yaitu:

1. Pemakaian kalimatnya belum efektif dan beberapa masih kurang tepat. Contohnya pada paragraf berwarna biru di atas, masih bisa dipangkas sebagai berikut:

Kapan saja ketika terdengar ringtone telepon atawa SMS masuk, dalam hitungan detik saya mengangkat ponsel, ingin segera tahu dari siapa.  Jangan sampai mengecewakan orang yang menghubungi, saya sempatkan segera mengangkat ponsel atawa membalas SMS tadi.

Tetapi, saat azan terdengar, gendang telinga saya tidak bergetar. Bahkan sejam setelah adzan selesai saya baru ambil wudlu. Gusti Allah saya cuekin.

2. Pada tulisan berjudul Tiket Masuk Surga (halaman 100), sebaiknya dituliskan dari mana referensi tulisan itu. Apakah dari hadits (sebutkan hadits), hanya analogi sederhana ala penulis, ataukah cerita fiksi (mudah-mudahan bukan). Informasi mengenai referensi penting agar pembaca benar-benar tercerahkan atau tidak merasa dibodohi jikalau ternyata merupakan analogi saja.

Tapi kedua ganjalan itu tak menghilangkan esensi pengetahuan yang hendak dibagi oleh penulisnya. Membaca tulisan-tulisan renyah di dalam buku ini, sungguh membuka wawasan tentang banyak hal, terutama mengingatkan pembaca bahwa Tuhan itu sungguh dekat.

Makassar, 15 Agustus 2014


Tulisan ini diikutkan Indiva Readers Challenge


Share :

10 Komentar di "Tuhan Itu Sangat Dekat"

  1. Wah sudah lebih dari 2 bulan terakhir ini pasca dan sebelum Idul Fitrie , nda belanja buku di Toko Buku Gramedia. Saya suka jenis buku buku KeISLAMAN, dan Pengembangan diri. Selebihnya adalah Buku Bahasa, Hobi dan Kuliner. Terima kasih informasinya. Kami segera meluncur ke Gramedia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya buku ini bisa dibeli langsung dari penulisnya, Pak Asep

      Delete
    2. Apa buku yang berjudul Kita sangat Akrab dengan Tuhan ini sudah bisa kita beli di Gramedia Mba karena rencana saya akan ke Gramedia Mall Panakkukang di Kota Makassar bulan ini...

      Delete
  2. Paklik Guskar adalah penulis idola. Meskipun blognya tidak disediakan kolom komentar, saya tetap setia mengunjungi blognya beliau karena tulisan-tulisannya terus update.
    Buku ini juga ternyata menyentil, hal-hal yang terkadang kita sepelekan dijadikan poin penting dalam tulisan-tulisannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, ternyata banyak hal sederhana yang sering kita sepelekan tapi ternyata itu penting. Setelah membaca sentilan2 dari Gus Kar, baru terasa :)

      Delete
  3. keliatannya bagus banget mbak itu bukunya..

    hahaa... menohok banget, ada hp getar langsung disamperin. azan menggema, ntar an dulu..... :((((

    ReplyDelete
  4. bener bgd, jadi inget kadang saya udah ambil air wudhu udah ake mukenah untng belum sholat, eh ada sms... wes keduluan ambil HP baca daripada ganggu ibadah terus silent atw off matikan. rebes. biasanya saya diumpetin di lemari ehehehe..

    ReplyDelete
  5. katanya waktu yang tepat untuk berdekatan dengan TUHAN, tengah malam, tahajud, betul gak sob

    ReplyDelete
  6. sepertinya manrik juga nih buku buat dibaca-baca...

    ReplyDelete
  7. .pastinya buku bagus, nih! kita emang akrab ama Allah, tapi kita juga yang nyuekin padahal Allah gak ada maksud begitu... ;(

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^