Yakinlah, TB Bisa Sembuh!

TB Bisa Sembuh

Banyak tulisan di buku Sembuh dan Sukses dengan Terapi Menulis yang menarik. Salah satunya adalah kisah mengenai kesembuhan dari penyakit TB paru. Kisah ini berjudul Sembuh dari Penyakit TB Paru, ditulis oleh AD. Rusmianto (halaman 192).

AD amat menyadari pentingnya berpikir positif dalam menghadapi penyakit TB paru. Awalnya ia sempat bingung dan mengurung diri selama seminggu. Ketakutannya semakin bertambah ketika membaca dari sebuah blog bahwa penderita TB yang tidak berobat selama 5 tahun, akan meninggal. Akhirnya ia tak berdiam diri. Ia menuliskan semua yang dialaminya pada sebuah buku catatan harian. Dokter yang menanganinya menekankan padanya tentang perlunya berpikir positif jika ingin sembuh. Dan ia pun menemukan, menulis membuatnya bisa tetap berpikir positif.

AD menuliskan:
Dalam sebuah blog pribadi saya menuliskan, faktor yang dapat membantu proses penyembuhan, yaitu pola pikir yang sehat. Semua penyakit bersumber dari pikiran. Saya tuliskan juga di blog itu, bahwa sudah ada obat untuk TB paru namun obat itu akan percuma jika tidak dibarengi pikiran untuk sembuh.


AD menjalani perawatan selama 6 bulan hingga akhirnya sembuh.


Menanggapi Informasi dengan Positif

Informasi yang menyebar luas tentang TB memang menjadi momok. Setiap tahun ada 460.000 kasus baru. Setiap tahun terdapat 67.000 kasus meninggal karena TB atau sekitar 186 orang per hari. TB adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia (SKRT 2004). Selain itu pada usia 5 tahun ke atas, TB merupakan penyebab kematian nomor 4 di perkotaan setelah stroke, diabetes dan hipertensi dan nomor 2 di pedesaan setelah stroke (Riskesdas 2007).

Namun informasi seperti ini hendaknya tidak hanya ditakuti tetapi justru membuat penderita TB gigih mencari jalan kesembuhan. Apalagi di zaman sekarang, sudah banyak informasi mengenai kesembuhan pasien pengidap TB yang diunggah ke dunia maya, seperti penuturan AD di atas.

Informasi yang bisa kita peroleh saat ini bukan sekadar bahaya dari penyebaran kuman TB tetapi juga bahwa TB BISA SEMBUH. Mengapa? Karena sekarang, berbagai penyuluhan digalakkan. Pemerintah melakukan banyak cara untuk itu, juga pihak-pihak lain yang peduli. Bahkan melalui masjid di dekat rumah saya pernah disosialisasikan mengenai penanganan TB. Di samping itu, pengobatan gratis saat ini bisa diperoleh di puskesmas/rumah sakit terdekat. Jadi tak ada lagi alasan kesulitan biaya pengobatan.

Begitulah bentuk dukungan pemerintah dalam pemberantasan TB. Namun bukan hanya itu, diperlukan pula 3 bentuk dukungan lain:

*Dukungan menyeluruh dari berbagai pihak

Kini, pengetahuan mengenai TB mulai tersebar di masyarakat. Ada forum-forum yang dibentuk untuk usaha memberantas TB. Salah satu contohnya adalah Forum Stop TB Partnership.

Forum Stop TB Partnership adalah sebuahkelompok kemitraan yang terdiri dari berbagai organisasi maupun perorangan yang bersepakat membantu mengatasi masalah TB. Tujuan utamanya adalah berkontribusi mendukung pemerintah dalam pengendalian TB di wilayahnya.

Forum ini terbuka bagi siapa saja yang memiliki komitmen dan kepedulian terhadap masalah TB, sifatnya tidak mengikat namun penuh rasa tanggung jawab akan kebersamaan dengan mitra lainnya. Setiap anggota yang berkomitmen untuk bergabung dikelompokkan menjadi 9 kelompok organisasi, yaitu: pemerintah, organisasi masyarakat madani/civil society organization (organisasi berbasis masyarakat dan organisasi berbasis agama), mitra internasional, swasta, akademisi, institusi pelayanan kesehatan, ikatan profesi, perorangan, dan mahasiswa.

Sumber: www.everydayhealth.com

*Dukungan dari keluarga dekat dan pengawas menelan obat (PMO)

Pengobatan penyakit TB butuh konsistensi yang teguh karena berlangsung lama (antara 6 – 12 bulan atau lebih sesuai saran dokter). Fase intensif pemberian obat adalah 2 atau 3 bulan pertama, dilajutkan dengan fase lanjutan (3 atau 4 bulan berikutnya), maka dari itu diperlukan PMO agar pasien patuh berobat sampai sembuh.

Pengobatan harus diberikan secara teratur dan terkendali agar tidak terjadi kebal OAT (obat anti TB), karena kegagalan pengobatan sesuai petunjuk dokter akan membuat proses penyembuhan menjadi semakin sulit dan mahal. Bahkan
Pusat Pelayanan Penyakit Paru dan Pernapasan (Jakarta Respiratory Centre) PPTI menjalankan kegiatan penyuluhan kepada kader pengawas menelan obat (PMO) guna memastikan PMO benar-benar tahu dan menjalankan tugasnya.

Keluarga pun perlu memberi dukungan dengan menyemangati penderita sehingga optimis dengan proses penyembuhan yang diupayakan. Tentunya diiringi dengan upaya membentengi diri sendiri agar tak tertular kuman TB.

*Dukungan dari dalam diri si penderita

Yang paling penting adalah dukungan dari penderita TB. Tak ada gunanya semua bentuk dukungan dari luar kalau dari dalam diri si penderita kurang merespon dengan baik pelaksanaan upaya menuju kesembuhan.

Dalam kisah AD di atas, ia mengupayakan kesembuhannya dengan berpikir positif dan menuangkan segala pikiran dan perasaannya ke dalam tulisan.

Walau belum populer di Indonesia, terapi menulis ternyata sudah banyak dijalankan di barat. Dr. Dito Anurogo merangkum beberapa penelitian mengenai menulis dan kesehatan di buku Sembuh dan Sukses dengan Terapi Menulis.

Di antaranya menurut Baikie dan Wilhelm (2005). Mereka memaparkan manfaat jangka panjang menulis dengan metode expressive writing dalam memperbaiki berbagai masalah kesehatan, seperti: meningkatkan dan memperbaiki suasana hati, memperbaiki fungsi imun, memperbaiki fungsi paru-paru (terkhusus penderita asma), mengurangi ketegangan yang berkaitan dengan harus kembali ke dokter, mengurangi jumlah hari harus dirawat di rumah sakit, memperbaiki kesehatan psikologis, dan lain-lain.


Senada dengan hal tersebut, James W. Pennebaker, seorang pionir riset tentang kekuatan kata-kata menemukan bahwa kekuatan kata-kata merupakan strategi membantu diri sendiri untuk melakukan penyesuaian dengan stres. Ia berhasil membuktikan adanya peningkatan kesehatan, fungsi organ, kekebalan tubuh, aktivitas hormonal, dan penurunan stres pada orang-orang yang menulis tentang peristiwa yang berarti atau traumatis.

Di samping menulis bisa juga proses penyembuhan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang disukai misalnya dengan melakukan hobi yang disenangi.

Penderita harus sekuat mungkin mengupayakan segala sikap positif yang mendukung proses penyembuhan seperti: keinginan sembuh, pantang menyerah, mengusahakan perasaannya agar selalu nyaman, kekuatan harapan, dan berdo’a agar kesembuhan bisa segera diraih.

Bila penderita mampu mengupayakan sikap-sikap positif, ia sendiri mampu mengontrol dirinya untuk disiplin minum obat, tak perlu orang lain sebagai PMO. Segalanya mungkin bila mau berusaha, begitu pula kesembuhan, mungkin adanya. Yakinlah, TB bisa sembuh!

Makassar, 30 April 2014

Tulisan ini diikutkan Lomba Blog TB Seri ke-3 (TB Bisa Sembuh)

Referensi:
  • AD. Rusmianto, 2012, Sembuh dari Penyakit TB Paru, Jonru dan Dr. Dito Anurogo, Sembuh dan Sukses dengan Terapi Menulis, cetakan pertama, Indie Publishing Depok.
  • http://blog.tbindonesia.or.id/
  • http://www.stoptbindonesia.org/2013/12/factsheet.html
  • http://www.stoptbindonesia.org/2013/11/jrc-ppti-adakan-penyuluhan-kepada-kader.html
  • Dr. Dito Anurogo, 2012, Terapi Menulis dari Segi Kesehatan, Jonru dan Anurogo, Dito, Dr., Sembuh dan Sukses dengan Terapi Menulis, cetakan pertama, Indie Publishing Depok.



Share :

8 Komentar di "Yakinlah, TB Bisa Sembuh!"

  1. penderita TB memang perlu mendapat support dari keluarga untuk menyembuhkan diri, dan pemerintah juga sudah memberikan fasilitas obat yg gratis...
    btw- waktu acara ASUS..aku ketemu dengan suami ta'...katanya mewakili bu Mugniar, cuman sayang saya tak sempat foto bersama, ....
    keep happy blogging always..salam :-)

    ReplyDelete
  2. harus semangat dan yakin ya kalau penderita TB bakalan sembuh,,yang penting sudah berusaha untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan badan serta lingkungan,,, :)

    ReplyDelete
  3. Keren euyy...banyak referensinya :)

    ReplyDelete
  4. apa kabar mak?
    bener bgt mak, TB bisa disembuhkan dan dorongan dari lingkungan sekitar memang sangat membantu...

    mampir jg dipostingan baruku ya mak, mgkn berkenan hehe
    http://mieagoblog.blogspot.com/2014/04/culinary-tourism-of-banda-aceh.html

    ReplyDelete
  5. masih semangat mak ikutan serial 3 hehe.,. semoga sukses yaaa

    ReplyDelete
  6. Aku TB kelenjar dan aku sembuh! ^^
    meski bosan minum obat 1 tahun lebih

    ReplyDelete
  7. membaca buku memang menarik, menambah wawasan. bisa jadi inspirasi berantas TB...

    ReplyDelete
  8. Nih mak saya punya solusi untuk menyembuhkan TB silakan kunjungi saja blog saya dan mak akan menemukan solusi untuk menyembuhkan penyakit TB.
    Makasih semoga bermanfaat mak.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^