Secara global, keadaan bumi
ini menuju krisis. Paru-paru dunia berkurang, polusi dalam berbagai bentuk
meningkat, efek rumah kaca menyebabkan pemanasan global. Persediaan sumber
energi dari fosil juga berkurang sementara penerapan energi alternatif yang
terbarukan belum ready to use dari segi kuantitas dan harga bagi
masyarakat kebanyakan. Memang sudah ada tapi baru segelintir yang menikmatinya.
Tanpa tsunami dan badai
topan haiyan pun, secara perlahan tapi pasti manusia telah mendatangkan bencana
bagi dirinya sendiri. Perilaku tak menjaga lingkungan banyak dilakukan. Banjir, tanah
longsor, kekurangan air, pendangkalan kanal dan sungai, terjadi bersamaan dengan ledakan jumlah penduduk,
kemiskinan, serta wabah penyakit menjadi ancaman besar bagi kenyamanan hidup
umat manusia.
Hidup di bumi makin
terasa tak nyamannya, terlebih lagi buat orang-orang kebanyakan. Bagi mereka yang
bisa membeli atau mencicil rumah di lingkungan yang asri, dengan developer pecinta
“properti hijau” misalnya, masih bisa merasakan hidup nyaman. Namun tak
demikian dengan kebanyakan orang Indonesia yang harus rela berdesak-desakan
dalam petak-petak sempit atau rumah-rumah sederhana yang dibangun oleh developer
nakal yang tidak memperhatikan mutu bangunan, estetika, aliran udara dalam
rumah, dan kelestarian lingkungan. Belum lagi kekurangan produksi energi listrik di banyak wilayah melengkapi kesulitan masyarakat.
Sumber: www.webclassy.com |
Banyak orang baru
menyesal begitu cicilan rumahnya lunas setelah beberapa material yang membangun rumah
menunjukkan kebobrokannya. Kayu yang dimakan rayap lah, mutu pengerjaan yang
asal-asalan lah, dan sebagainya, padahal rumah baru juga ditempati dalam hitungan
bulan. Bagaimana bisa berhemat, ongkos perbaikan kemudian ditanggung sendiri
sementara pihak developer tidak peduli protes sang empunya rumah.
Terlalu banyak masalah
di negeri ini. Kenyamanan seperti menjadi barang yang teramat mahal. Pemerintah
harus bekerja keras bila memang bekerja untuk rakyat. Usaha Kementerian Pekerjaan
Umum (PU) mengeluarkan produk-produk berkualitas melalui PUSLITBANGKIM (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman) patut diacungi jempol. PUSLITBANGKIM telah
melakukan berbagai penelitian di bidang pemukiman, pengembangan teknologi
bangunan, dan lingkungan permukiman, standarisasi, pengujian, dan lain-lain.
Berbagai produk keluarannya
dimanfaatkan dalam pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat kebanyakan. PUSLITBANGKIM menunjukkan profesionalismenya
dengan terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepentingan
sama seperti perguruan tinggi, organisasi-organisasi penelitian dan
pengembangan lainnya baik swasta maupun pemerintah yang ada di dalam dan luar
negeri.
Maisonet. Sumber: http://puskim.pu.go.id/ |
Khusus dalam bidang
pemukiman, berikut produk-produk teknologi
terapan yang dikeluarkan oleh PUSLITBANGKIM PU, yang berwawasan lingkungan
dan memperhatikan aspek kesehatan:
- MAISONET. Merupakan solusi teknologi desain rumah sederhana di perkotaan dengan ketersediaan lahan yang sangat terbatas. Penataan kawasan kumuh dapat menggunakan tipe rumah MAISONET.
- Rumah MAISONET dengan konstruksi kayu jenis LVL (Laminated Veneer Lumber). Pembangunan rumah dengan konsep lahan dan bahan bangunan terbatas, tetapi tetap mengupayakan rumah yang layak huni dan terjangkau.
- Hose (Honai Sehat) adalah rancangan model honai (rumah adat Papua) sehat yang merupakan transformasi dari Homese[i] dengan memperkenalkan teknik yang lebih modern dan hunian yang lebih sehat. Dengan adanya transisi Homese menjadi Hose diharapkan masyarakat dapat dengan mudah mencontoh secara bertahap dalam membangun honai yang sehat.
- Model Bentuk dan Konfigurasi Perumahan dan Permukiman Perkotaan Rendah Emisi CO2. Hasilnya adalah 4 Alternatif rancangan Perumahan Gunung, lingkungan RW-08 dan RW-09, Cirebon.
- Penerapan Model Penataan Kembali Kawasan Kumuh melalui Kewaspadaan Masyarakat. Perencanaan dan perancangan serta teknologi dan konstruksi rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dengan berasaskan keandalan, yaitu aspek-aspek keselamatan, dan keamanan untuk penghuni rusunawa. Teknologinya dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat/lokal melalui proses pembelajaran dari tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman di bidang teknologi konstruksi “C-Plus”
Maisonet LVL. Sumber: http://puskim.pu.go.id/ |
Rumah adalah muara bagi
setiap individu sebelum beraktivitas. Ia memang seharunya dibuat nyaman untuk
semua penghuninya agar menghasilkan produktifitas yang tinggi. Bukan hanya
nyaman dan sehat, rumah yang baik adalah rumah yang hemat energi, PU perlu memperhatikan
aspek ini. Ini penting sekali mengingat saat ini cadangan energi fosil (minyak
bumi) berkurang drastis sementara sumber energi altenatif belum bisa digunakan masyarakat
secara luas.
Berdasarkan informasi
yang saya dapatkan dalam buku Rumah Hemat Energi karya Rakyan Tantular, rumah hemat
energi sebaiknya memperhatikan tiga hal sebagai berikut:
1. Pemanfaatan tapak dan
lokasi.
Tapak dan lokasi
mempengaruhi desain rumah terhadap arah edar matahari dan arah angin. Ini
mempengaruhi disain dan konstruksi. Ini berpengaruh pada faktor ekonomi. Rumah
yang hemat energi sebaiknya hemat dalam biaya pembangunannya, tentu saja tetap
memperhatikan kualitas bahan yang digunakan.
Tapak merupakan lahan
tempat rumah berdiri. Apakah itu landai, curam, berbukit, atau datar. Kondisi
tanahnya berawa, berpasir, atau berbatu. Daerah cekungan misalnya, rawan
tergenang. Tanah berbatu dan berawa membutuhkan konstruksi khusus yang tidak
murah.
Lokasi di daerah dataran
tinggi atau pegunungan memiliki kecepatan angin yang cukup kencang namun
suhunya cukup dingin. Udara di lembah pegunungan mengalami pergerakan. Pada
siang hari angin bergerak dari bawah ke atas. Sebaliknya, pada malam hari angin
bergerak dari atas turun ke bawah.
2. Pemanfaatan udara
alami
- Udara alami yang mengalir lancar dapat dirasakan sejuk oleh penghuni rumah sehingga pendigin ruang tak diperlukan lagi. Ini membutuhkan teknis tersendiri seperti:
- Organisasi ruang yang memperhatikan aliran udara, jangan sampai terhalang atau terperangkap.
- Letak jendela, lubang ventilasi, dan pintu sebaiknya memperhatikan arah angin. Aliran udara sebaiknya tidak dibelokkan oleh dinding tetapi diteruskan masuk ke dalam rumah dan dikeluarkan lagi secara lancar.
- Bentuk dan bahan penutup atap. Bentuk, ketinggian, dan bahan penutup atap mempengaruhi panas yang terjadi di dalam rumah. Semakin besar ruang antara atap dan plafon, semakin sejuk ruang yang berada di bawahnya.
- Penggunaan plafon. Loteng (ruang antara atap dan plafon) merupakan filter untuk meredam panas. Plafon juga berfungsi sebagai penyerap suara, reflektor suara, dan komponen yang mempercantik rumah.
- Lorong udara (shaft) pada rumah-rumah di Indonesia berfungsi sebagai ventilasi vertikal dan alat pencahayaan alami (skylight).
- Penggunaan ventilator otomatis. Merupakan alat dengan prinsip kerja turbin yang bekerja alami untuk mempersejuk ruang.
Pemantulan sinar matahari pada atap/kanopi. Sumber: buku Rumah Irit Energi (oleh Rakyan Tantular) |
3. Pemanfaatan cahaya
alami.
- Penangkapan cahaya matahari dapat dilakukan secara langsung (melalui bukaan) maupun tidak langsung (melalui pantulan). Untuk itu perlu diperhatikan:
- Orientasi bangunan perlu dipertimbangkan untuk “bersahabat” dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah.
- Organisasi ruang diperlukan untuk menentukan ruang mana yang perlu atau tidak perlu mendapatkan banyak sinar matahari di waktu siang.
- Letak jendela dan pintu sebaiknya tidak langsung menghadap ke arah edar matahari agar tidak menyilaukan mata dan menimbulkan radiasi panas yang berlebih.
- Bentuk atap dan kanopi mempengaruhi pemantulan cahaya matahari. Pemantulan cahaya matahari yang berulang kali mengurangi radiasi panas dan menurunkan efek menyilaukan.
- Penggunaan material dan warna mempengaruhi banyak/sedikitnya cahaya matahari yang diserap/dipantulkan.
Mengingat keadaan global
saat ini yang menuju krisis, termasuk krisis energi, PU perlu berkoordinasi dengan pemerintah yang
mempunyai wewenang terkait dengan urgensi untuk berhemat energi, hidup lebih sehat,
dan menjaga kelestarian lingkungan dalam menyampaikannya kepada masyarakat
(termasuk para developer) melalui pembuatan rumah-rumah yang nyaman.
Masyarakat Indonesia perlu terus diedukasi agar semakin cerdas dan menyadari
pentingnya menghargai dirinya sebagai bagian dari alam dan masyarakat dunia.
Ini tentu saja akan berdampak kepada kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa mendatang.
Makassar, 15
November 2013
Referensi:
- http://puskim.pu.go.id/
- Rakyan Tantular[ii], 2209, Rumah Irit Energi, Esensi (penerbit Erlangga), Jakarta.
[i] Homese (Honai Menuju Sehat) adalah salah satu model rancangan honai
(rumah adat Papua) yang ditawarkan dengan menggunakan pendekatan budaya lokal,
seperti arsitektur vernakular (arsitektur yang terbentuk dari proses yang
berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan
kebudayaan di tempat asalnya), bahan bangunan, teknik membangun, kesehatan
dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan iklim. Model Homese diharapkan
dapat merupakan tahap transisi menuju honai sehat.
[ii] Arsitektur dan pemerhati
lingkungan. Mendapatkan gelar Master pada bidang Kajian Lingkungan Universitas
Indonesia pada tahun 2004 dengan penelitian mengenai perubahan kualitas
lingkungan pemukiman kota Depok.
Share :
tanteeee panjang amat yee..
ReplyDeleteserasa kuliah geologi dan arsitektur nih, tapi asik juga tuh kalo punya rumah seperti itu, ngirit listrik hehe
Panjang ya? Koq rasanya masih ada yang kurang yaa :)
Deletembak menguasai sekali materinya ya
ReplyDeleteTidak juga sampai menguasai sekali koq mbak Lid. Sy cuma berusaha mempelajarinya
Deleteya ampun mbk,,,,encer tenan kalo nulis ya hehe
ReplyDeleteWaah biasa saja mbak Han .. jadi malu saya ^_^
Deletebermanfaat, nih...
ReplyDeleteMakasih dah mampir ya Hen :)
Deleteseperti biasa, mbak niar selalu menyuguhkan artikel yang bahasanya berat, hehe :D
ReplyDeletetapi saya setuju dengan penghematan energi, karena memang sekarang banyak orang yg boros energi
Ah bahasa saya tidak berat koq ... :)
DeleteIya .. ini masa pemborosan :)
Mbak Niar hebat ya bisa menulis beragam tema dengan baik. (y)
ReplyDeleteSy berusaha saja mbak Susi :)
Deletewah hebat banget yah,, tema nya luar biasa,, kenyamanan dengan hemat energi mungkin itu salah satu cara mengurangi pemanasan global
ReplyDeleteMudah2an mbak :)
DeleteWow...niarrrrr...ini makalah kuliah siapa dipindahin..puanjuang dan komplete bangetttttt... luar biasa deh dirimu
ReplyDeleteMakalah kuliah mah lebih formal lagi mbak Ade ... ini tulisan biasa koq :)
Deletesemoga lebih banyak orang yg sadar akan pentingnya hemat energi ya mb.. :)
ReplyDeleteSemoga mbak ...
Delete"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat dari ulah tangan-tangan manusia ... " (Al-Ayah)
ReplyDeleteBisnis properti, Bu? :-)
Hahaha kenapa komen pas di postingan ttg properti lg yaa :D
DeleteSemalem mau ngerjain nggak sempet. Hiks, lewat deh
ReplyDeleteYaa sayang mbak ...
Delete