Indonesia, the Sparkling Colourful Paradise


Zamrud khatulistiwa ini kini tak begitu hijau lagi. Titik-titik api di mana-mana telah memudarkan warna hijaunya. Untungnya masih banyak warna yang berkilau di seantero wilayah yang terletak antara 6° LU — 11° LS dan antara 95° BT — 141° BT yang cakupan daratannya 18.954 kilometer persegi, sedangkan luas lautan sesuai dengan batas teritorial 3.257.357 kilometer persegi ini.

Tengoklah kemilau yang terserak di negeri yang memiliki 17.508 pulau yang terbagi ke dalam 34 provinsi ini kawan, begitu mempesona dalam kekayaan warnanya. Saya yakin, tak ada negara di dunia ini yang mengalahkan Indonesia! Kalian lihatkan warna-warni apa itu … ?

Warna-Warni Bahasa Daerah

Indonesia memiliki 750 bahasa daerah. Ada yang hanya dipakai oleh belasan, puluhan, hingga seratusan penutur! Di Sulawesi Selatan saat ini ada 4 suku besar: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Keempatnya bertutur dengan bahasa daerah berbeda, tak saling mengerti satu sama lain.


"Apabila pemerintah sudah berdagang, maka binasalah tanaman, binasalah negeri,
serta rakyat banyak, dan muncullah seratus empat puluh jenis petaka."
(pesan moral masyarakat adat Kajang, Sulawesi Selatan dalam aksara Lontarak)
Sumber: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31082126.pdf
Ayah dan suami saya sama-sama bersuku Bugis tapi dialeknya berbeda. Orangtua dari ayah saya berasal dari 2 wilayah kabupaten berbeda: Wajo dan Soppeng. Sekilas dialek Bugisnya kedengaran sama. Sama-sama memiliki alunan yang khas tetapi tidak. Ada perbedaan antara keduanya.

Sementara orangtua dari suami saya berasal dari 2 wilayah yang berbeda dialek Bugisnya: Sidrap dan Pinrang. Dialek Bugis asal mertua saya malah berbeda jauh dengan dialek dari daerah asal ayah saya. Uniknya, di kampung ibu mertua saya – Malimpung yang terletak di kabupaten Pinrang, menggunakan bahasa Malimpung yang amat berbeda dengan bahasa Bugis. Penutur bahasa Malimpung ini terbatas, sepertinya tidak sampai 1000 orang. Di provinsi Luwu Utara, Sulawesi Selatan ada suku Dongi yang menggunakan bahasa Dongi secara eksklusif.

Ibu saya berasal dari Gorontalo. Bahasa ibunya disebut bahasa Gorontalo. Yang unik, di kampung asal opa saya menggunakan bahasa Suwawa yang berbeda jauh dari bahasa Gorontalo. Penuturnya hanyalah orang-orang yang berasal dari kecamatan Suwawa. Itu baru dalam lingkup keluarga saya. Belum lagi di suku-suku lain dan pulau-pulau lain.

Warna-Warni Kuliner

Nasu bale, pindang ikan khas Bugis, Sulawesi Selatan
Indonesia kaya dengan macam-macam masakan soto. Ada soto ayam, soto Betawi, soto Lamongan, ada pula coto Makassar. Ada aneka masakan nasi seperti nasi kuning, nasi goreng, dan nasi uduk. Nasi goreng dan nasi kuning ada dalam berbagai versi. Ada aneka masakan ikan, baik digoreng, direbus, maupun dibakar. Jenis masakan pindang ikan (ikan yang direbus) terdapat di berbagai daerah di Indonesia, tapi dalam berbagai variasi. Juga aneka masakan ayam, daging sapi, udang, kerang, tahu, tempe, dan telur. Ada aneka sambal baik sambal mentah maupun sambal yang ditumis. Semuanya tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Warna-Warni Bentuk Rumah Daerah

Rumah adat Bugis yang biasa disebut bola aju, berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu, memiliki keunikan tersendiri. Tidak sama dengan rumah panggung di daerah lain (seperti di Sumatera dan Kalimantan). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tambahan di samping bangunan utama dan bagian depan (orang bugis menyebutnya lego-lego, kira-kira artinya teras).

Bagian - bagian dari rumah bugis adalah : rakkeang (bagian di atas langit – langit, biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen), ale bola (bagian tengah rumah yang ditempati. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah/ posi’ bola), dan awa bola (bagian di bawah/kolong rumah, antara lantai rumah dengan tanah).

Menariknya, rumah bugis ini dapat didirikan tanpa perlu satu paku pun. Semuanya murni menggunakan kayu yang diikat satu sama lain dengan menggunakan rotan atau bambu atau menggunakan sejenis pasak dari kayu. Dan uniknya lagi adalah rumah ini dapat dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain. Seandainya tidak dibatasi aturan, kita bisa memilih mau tinggal di mana. Misalnya bulan ini tinggal di dekat sungai, bulan depan di dekat masjid, bulan berikutnya di dekat pasar J.

Itu baru kekhasan rumah adat di satu daerah, belum lagi di daerah-daerah lain. Ada rumah Krong Bade di Aceh, rumah Bolon di Sumatera Utara, rumah Gadang di Sumatera Barat, rumah Dolohupa di Gorontalo, dan lain-lain.
Rumah tradisional Bugis
Danau Matano, Sorowako, kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Amboi, kelihatan kan betapa “sparkling”-nya Indonesia. Itu belum seberapa berkilau. Simak pula kemilau-kemilau berikut:
  1. Warna-warni budaya tulis (aksara Hanacaraka di Jawa, aksara Lontarak di Bugis/Makassar)
  2. Warna-warni seni rupa daerah (seni patung dari Bali, seni membatik dari Jawa, ukir-ukiran Toraja, dan lain-lain)
  3. Warna-warni seni bertutur daerah (wayang, pantun, ca’e bak jamboe dari Aceh, pakkacaping dan sinrilik dari Sulawesi Selatan, tuja’I dari Gorontalo)
  4. Warna-warni seni teater daerah (ubrug dari Pandeglang, lenong dari Betawi, ludruk dari Jawa Timur, ketoprak dari Yogyakarta, dan sebagainya)
  5. Warna-warni senjata tradisional (keris dari Jawa dan Sumatera dalam beragam bentuk, badik dari Makassar, golok dari Betawi, dan lain-lain)
  6. Warna-warni upacara adat (aneka upacar adat pernikahan, tujuh bulanan, dan kematian dari Sabang sampai Merauke)
  7. Warna-warni baju daerah (satu daerah bisa memiliki beberapa jenis pakaian adat, tergantung dari waktu dan acara. Misalnya pakaian bundo kanduang dari Sumatera Barat, baju bodo dari Bugis/Makassar, wolimomo dari Gorontalo, dan lain-lain)
  8. Warna-warni dalam pengakomodasian budaya Cina (di Indonesia, beberapa daerah mengakomodasi warganya yang keturunan Tionghoa dalam perayaan Cap Go Meh setiap tahunnya. Salah satunya adalah Makassar. Pada hari Cap Go Meh ada pawai menyusuri jalan-jalan protokol kota Makassar yang diikuti berbagai elemen masyarakat seperti penduduk asli Sulawesi Selatan, komunitas, hingga perusahaan).
  9. Warna-warni kekayaan alam (semua orang tahu bahwa Indonesia memiliki aneka kekayaan alam, baik di daerah pantai, gunung, danau, sungai, di kota, maupun di desa. Misalnya saja di Luwu Timur, Sulawesi Selatan terdapat danau Matano yang merupakan danau terdalam di Indonesia, sekaligus terdalam kesepuluh di seluruh dunia).
  10. Warna-warni masyarakat adat terasing (di Indoenesia masih banyak tersebar masyarakat adat yang terasing dari kehidupan modern. Mereka hidup selaras dengan alam dan masih menjaga hutan seperti masyarakat Kajang di Bulukumba, Sulawesi Selatan, orang Baduy di Jawa Barat, orang Sakai di Riau, dan lain-lain).
  11. Warna-warni lagu daerah (keanekaragaman bahasa tentu saja menciptakan keanekaragaman lagu daerah. Ada banyak lagu daerah yang dimiliki Indonesia seperti Anging Mammiri, Pakarena, dan Sulawesi Pa’rasanganta, dari Sulawesi Selatan, Hulondalo Lipu'u, Bulalo Lo Limutu, dan Wanu Mamo Leleyangi dari Gorontalo, Apuse dan Yamko Rambe Yamko dari Papua)
  12. Warna-warni tarian (tari legong, tari kecak, tari pendet dari bali, tari perang, tari gareng lameng dari NTT, tari bosara, tari kipas, ganrang bulo, tari pakarena dari Sulawesi Selatan, dan lain-lain)

Perayaan Cap Go Meh di Makassar,
Februari 2012
Perayaan Cap Go Meh di Makassar, Februari 2012

Berkilau sekali kan negeri ini? Jadi, amat layak kan jika saya menyematkan tag line:  Indonesia, the Sparkling Colourful Paradise?

Kalong di "kota kalong" Watan Soppeng,
kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
Kompleks makam kuno di Soppeng, Sulawesi Selatan

Kemilau warna-warni surgawi yang dimiliki Indonesia adalah modal besar. Butuh usaha yang besar dalam hal penghargaan dan pelestarian dari warganya sendiri. Di sinilah semangat nasionalisme diperlukan. Salah seorang komentator pada tulisan saya yang berjudul Blogger Asean Bisa Menggerakkan! Menanggapi mengenai semangat nasionalisme yang bisa dibangkitkan melalui tulisan di blog. Ia mengatakan: “Semangat nasionalisme harus dikalahkan dengan semangat Jihad”. Membaca komentar ini menerbitkan tanda tanya di benak saya, "Ada ya orang yang beranggapan, semangat nasionalisme itu tak penting?" Saya menjawab komentar ini dengan, “Semua ada waktu dan tempat yang tepat.”

Perayaan Cap Go Meh
di Makassar,
Februari 2012
Menyedihkan bila klaim bangsa lain jatuh terhadap produk budaya kita. Namun bagaimana kita bisa merebutnya kembali atau mempertahankannya bila tak punya rasa nasionalisme? Yang kita perlukan dalam kerjasama ASEAN menuju komunitas ASEAN sebelum solidaritas dengan sesama anggota ASEAN adalah nasionalisme dulu, bukan semangat jihad! Kita mesti memposisikan jenis semangat yang dibutuhkan pada tempat dan waktunya.

Nasionalisme membuat kita merasa menjadi bagian dari suku kita, kemudian menjadi bagian dari bangsa kita. Rasa ini membuat kita merasa menjadi bagian dari rumah kita dan merasa memiliki rumah tersebut. Lalu membuat kita bangga memperkenalkan kekayaan bangsa/rumah kita. Kemudian, membuat kita mau dan mampu melestarikan kekayaan bangsa kita. Dengan nasionalisme, kita bisa melihat betapa kemilaunya bangsa ini. Kalau kita tak melihat itu, dan menghargainya, bagaimana kita bisa berharap dihargai oleh bangsa lain?

Menjelang abad ke-21, pemerintah kita menyepakati agar ASEAN mengembangkan suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas ASEAN yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. 

Kue kerawang, kue kering khas dari Gorontalo
Untuk merealisasikan harapan tersebut, maka dituangkanlah dalam Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 dan diperkuat dengan mengesahkan Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) yang terdiri dari tiga pilar utama, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community). Salah satu sasaran yang ingin dicapai melalui pilar ASCC adalah memperkokoh rasa ke-kita-an (sense of we-ness atau we feeling) dan solidaritas sesama warga ASEAN.

ASEAN Committee on Culture and Information – COCI dalam perjalanannya telah mengembangkan berbagai bentuk program pertukaran informasi dan kebudayan, seperti penyelenggaraan pameran, pementasan seni dan budaya, seminar dan workshops, pertukaran tenaga ahli, kerjasama penelitian serta memproduksi bahan publikasi bersama tentang karakteristik kebudayaan masing masing negara, yang kesemuanya ditujukan agar masyarakat ASEAN dapat lebih saling mengenal dan saling memiliki rasa solidaritas.

Semoga semua proses yang dilakukan memang mampu meningkatkan solidaritas di antara sesama anggota ASEAN. Dengan demikian kelak tak ada lagi saling caplok antara sesama anggota ASEAN. Juga dapat saling mendukung dalam mengatasi masalah kemiskinan, kesetaraan dan pembangunan manusia. Serta saling dukung dalam meminimalisir dampak sosial dari integrasi ekonomi dengan cara membangun suatu dasar sumber daya manusia yang kompetitif; memperkuat penatalaksanaan lingkungan hidup yang hijau, bersih lestari dan berkelanjutan; serta  memperkokoh identitas budaya menuju suatu Komunitas ASEAN yang selalu saling bersinergi.

Makassar, 28 Agustus 2013


Referensi:
  • http://www.sumber-ilmupengetahuan.com/2013/04/letak-astronomis-geologis-dan-geografis.html
  • http://1ndonezia.blogspot.com/2013/03/jumlah-provinsi-di-indonesia-yang.html
  • http://bahasa.kompasiana.com/2013/02/05/hilangnya-suara-suara-indah-indonesia-531530.html
  • https://www.facebook.com/media/set/?set=a.286359378062175.74333.282297235135056&type=3
  • http://wikimapia.org/11633453/id/Rumah-Adat-Dulohupa
  • http://repostkaskus.blogspot.com/2012/01/10-seni-teater-tradisional-indonesia.html
  • http://laskarpelangianakbangsa.blogspot.com/2012/03/nama-33-provinsi-di-indonesia-tarian.html
  • File KERJASAMA FUNGSIONAL ASEAN.rtf, di-download dari www.kemlu.go.id



Share :

16 Komentar di "Indonesia, the Sparkling Colourful Paradise"

  1. wuihhhh mantap sekali kak, kenapa dak ad gambar rumah gadang tah kak, biar z yg kasih en ad fotoku dst, biar bs nampang en numpang terkenal di blogtah, hehehehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kali ini yang dari Sulawesi dulu yang nampang hehehe

      Delete
  2. Indonesia memang indah dan kaya akan seni dan budayanya.

    Salam wiata

    ReplyDelete
  3. Mbak Niar katanya jumlah pulau di Indonesia nggak 17058 lagi ya. Sudah berkurang karena dulu kemungkinan salah menghitungnya. Itu yang pernah sy baca. Menyusut jauh hingga ribuan. Ah entahlah tapi sayang sekali seandainya betul-betul berkurang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah saya gak update ya ... iya sih bisa saja mbak.

      Delete
  4. sama halnya dengan ditempat saya, meski sama-sama berbahasa jawa, beda kabupaten saja dialek dan kosa kata sudah berbeda. Yang repot jika tinggal di perbatasan kabupaten, dialek mereka kebanyakan tercampur.
    Intulah Indonesia dengan segala keberagamannya namun tetap saja memberikan keindahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indonesia benar2 kaya ya pak Pakies. Yakin saya, tidak ada negara sekaya kita

      Delete
  5. kekayaan budaya indonesia aja udah bgini.. gmn se asean yah wuih..

    ReplyDelete
  6. Mbakkkk...saya minggir neh kalau sama tulisan Mbak niar.

    Semoga sukses Mbak, so sparkling neh ulasannya

    ReplyDelete
  7. semoga indonesia terus berwarna-warni. ^_^

    ReplyDelete
  8. tergiur kue kerawangnya
    ngebayangin gimanaaaa bikin bunganya itu
    pasti pusing deh

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^