Pelajaran Tentang CINTA


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.

Tentunya ada cinta yang mengantarai kehadiran tiga buah hati dalam pernikahan kami. Saat ini empat belas tahun sudah berlalu sejak ikrar mitsaqan ghalizha (perjanjian agung/ perjanjian yang teramat berat, salah satu sebutan untuk pernikahan). Telah empat belas tahun pula saya tak hentinya belajar tentang cinta yang lebih besar. Bukan sekadar cinta kepada laki-laki yang menjadi imam saya. Tetapi juga cinta yang jauh lebih besar, yang melingkupi pernikahan ini  dengan berbagai maknanya termasuk di dalamnya melindungi dan menghidupkan pernikahan.

Lalu cinta yang tidak hanya menghadirkan tiga buah hati yang luar biasa, yang hadir setelah perjuangan yang tidak mudah karena mulanya ada masalah ketidaksuburan pada saya dan suami. Ada berbagai makna cinta menyusul keberadaan mereka. Seperti cinta yang membuat saya bertahan memberikan ASI semaksimal mungkin kepada ketiganya, cinta yang ingin memenuhi segala aspek tumbuh kembang mereka. Juga cinta yang membuat saya menyadari bahwa berurusan dengan mereka bukanlah semata urusan dunia tetapi juga akhirat. Bahwa mereka bertiga adalah partner saya dalam menggapai ridha Ilahi.


Sumber: displaypicturex.blogspot.com
Saya dan suami, harus bersinergi dengan anak-anak kami untuk menjadi manusia yang lebih berkualitas di sini, di dunia ini. Juga nanti, di alam sana. Cinta menyadarkan saya bahwa saya bukan hanya guru yang pertama dan utama bagi anak-anak tetapi sebaliknya, saya juga murid bagi mereka.

Sebagai murid?
Terdengar anehkah?

Sama sekali tak aneh, Kawan. Anak-anak adalah guru saya tentang ketulusan. Mereka juga adalah guru saya dalam belajar bersabar. Anak-anak begitu tulus dalam kebergantungan mereka terhadap orangtua mereka. Anak-anak begitu sabar walau mereka senantiasa merengek atau menangis. Dan saya percaya, masih banyak lagi hal yang akan mereka ajarkan kepada saya.

Membingungkankah? Tidak, jika Anda menyelami anak-anak Anda. Eh, kalau Anda masih lajang, wajar bila Anda bingung membaca ini.

Empat belas tahun terakhir, saya benar-benar belajar tentang banyak makna CINTA. Sampai saya tiba pada kesimpulan bahwa cinta itu memang mempersyaratkan pemberian, bukan penerimaan. Tetapi pemberian itu kelak akan kembali kepada kita dalam bentuk yang tak kasatmata. Yaitu akan menjadikan kita sebagai kecintaan-NYA. Cinta itu kebutuhan diri kita sendiri, bukan semata-mata pengorbanan untuk selain kita.

Ada pembahasan yang menarik tentang CINTA di buku Titik Ba karya Ahmad Thoha Faz:

Cinta merupakan alasan dan cetak biru penciptaan manusia dan alam semesta beserta seluruh isinya. Dua nama Tuhan, ar-Rahman dan ar-Rahim yang keduanya mengacu pada makna cinta atau kasih sayang, merangkum makna seluruh nama agung-Nya (asmaul husna). Dijadikan-Nya sebagai pola dasar penciptaan alam dan segenap makhluk.

Konsep-konsep yang tak mudah dilukiskan secara tepat, namun mengajak kita untuk mengalaminya secara langsung termasuk ke dalam ranah CINTA: diri sejati, spiritualitas, kearifan, keindahan, moralitas, imajinasi, intuisi, panggilan jiwa, keingintahuan yang murni, dan lain-lain.

Sebuah contoh mengenai kedahsyatan cinta diberikan dalam buku ini: hamil selama sembilan bulan mungkin tak tertanggungkan seorang calon ibu andaikan tak ada CINTA dalam hatinya. Calon ibu mungkin akan memilih adopsi apalagi teknologi telah membuktikan dan menjanjikan aborsi makin aman. Kelahiran adalah sebuah peristiwa yang tidak mengakhiri kesusahan ibu. Ia justru mengawali kesusahan lain yang lebih panjang.

Sumber: www.twitter.com
Yup, saya pernah cerita tentang itu di tulisan Menanti yang Terasa Tapi Tak Terlihat. Bahwa hamil itu tak nyaman karena membawa-bawa “benda asing” di dalam tubuh selama sembilan bulan. Adanya benda asing yang ada di dalam tubuh meski kecil sekali pun, tubuh tentu bereaksi, mengeluarkan sinyal-sinyal ketaknyamanan. Tetapi atas nama cinta, kehamilan bisa menjadi nikmat.

Dikatakan pula dalam buku ini bahwa hubungan antara ibu – anak adalah paradoks yang tragis. Hal ini memerlukan cinta yang sangat dalam dari sisi ibu. Ironisnya, pada setiap cinta yang diberikan, ibu membantu anak tumbuh untuk anak menjadi mandiri lalu jauh dari ibunya. Dengan CINTA, anak manusia tumbuh sempurna. “Boleh jadi bayi-bayi yang selama delapan belas bulan pertama tidak mendapatkan kasih sayang akan tumbuh menjadi psikopat, tidak mampu mencintai dan tidak butuh kasih sayang,” tegas Abraham Maslow.

Itu benar adanya, kehilangan cinta ibu bisa membuat anak kehilangan rasa CINTA dalam hatinya. Saya pernah menuliskan kisah seorang pemulung berkarakter bejat dan kasar yang disapa Kebo pada tulisan berjudul Antara Menjadi Bening dan Kerak Kopi. Kebo terpisah dari ibunya sejak usia 6 tahun, ia sendiri yang lari meninggalkan orangtua dan rumahnya lalu berpindah-pindah tempat. Ia tinggal bersama orang-orang yang tak mengajarkannya cinta tulus orangtua. Tak ada rekan sesama pemulung yang menyukainya hingga akhirnya sejumlah pemulung berkomplot menangkap dan membakarnya. Kebo mati terbakar. Mengenaskan.

Apa yang saya pelajari tentang cinta membawa saya kepada pemahaman bahwa walaupun sejatinya cinta adalah memberi, efek CINTA pasti berbalik kepada saya. Saya tak merasa sedang berkorban dalam membesarkan anak-anak karena membesarkan mereka adalah kewajiban saya, tak layak ada kata berkorban dalam pemenuhan sebuah kewajiban. Satu hal, apa yang saya berikan dari hati, insya Allah akan sampai ke dalam hati mereka, menyuburkan CINTA dalam hati mereka yang kapan saja rasa cinta itu bisa mereka sirami ke dalam hati saya. Dan yang pasti: sekecil apapun itu, Allah pasti mengganjarnya dengan pahala.

Rupanya Ahmad Thoha Faz pun membenarkan pemahaman saya itu dalam bukunya: di dalam cinta, tandas Fromm, paradoks terjadi bahwa dua wujud menjadi satu namun masih dua. Akibatnya, kebaikan apapun yang kita berikan kepada orang lain dengan penuh cinta maka kebaikan itu sesungguhnya berpulang kepada kita (QS. 45:15). Sebaliknya apabila kita pelit memberikan kebaikan kepada orang lain pada hakikatnya kita hanya pelit kepada diri kita sendiri (QS. 47: 38).

Lalu, apakah saya menjadi sangat ahli tentang cinta? Tidak, kawan. Saya masih terus belajar, mungkin selamanya karena cinta itu sedemikian misterius, luas, dan abstrak.

Bagaimana denganmu kawan, sampai mana pelajaranmu tentang CINTA?

Makassar, 9 Mei 2013

Postingan ini disertakan dalam  #8MingguNgeblog Anging Mammiri

Silakan juga disimak:



Share :

34 Komentar di "Pelajaran Tentang CINTA"

  1. hmm.. remidial ka kak :( harus lebih banyak belajar. haha :D

    ReplyDelete
  2. Cinta membuat manusia penuh semangat, kasih sayang, optimis dan hal-hal positif lainnya. tak heran jika Rhoma Irama mengatakan bahwa hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga ya mbak.

    Terima kasih artikelnya yang bermanfaat
    Salam dari Galaxy

    ReplyDelete
  3. setuju mba, pada anak ayu banyak belajar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, sama siapa saja kita perlu belajar ya, juga pada anak2 kita :)

      Delete
  4. Sepertinya sebelum menikah, sama artinya belum banyak belajar tentang cinta :') jadi terharu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm ... cinta yang beda kali ya kalo belum nikah :)

      Delete
  5. Sebuah pemikiran yang baru. Seorang anak bisa menjadi guru dalam belajar ketulusan dan kesabaran. Tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seharusnya kita bisa belajar dari siapa saja kan, dan dari mana saja :)

      Delete
  6. Sy gak bingung dg 14 tahun itu memberi... Saya hanya sedang mengambil cermin bunda, sambil meyakinkan diri bahwa saya suatu saat jg bisa... Entah kapan. Trima kasih atas penguatan tak langsungnya. Salam sayang dari seorang anak yang lama tak beribu. Kisshug

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam sayang juga buat dirimu. Terharu membaca komen ini. My kisshug for you too ^__^

      Delete
  7. Ingin belajar lebih banyak tentang cinta. Tapi saya belum ambil mata kuliah itu kak niar, hehe...sepertinya SKS nya sangat tinggi, apalagi tanggung jawabnya :D

    Selama manusia hidup, ia akan terus belajar dan belajar mencari cinta, hingga ia merasa tentram dan dekat dengan Sang Pemilik Cinta.

    ReplyDelete
  8. Tulisan yang sangat bermanfaat. Betapa besar pengaruh positif dari rasa cinta. Iri sama kebahagiaan keluarganya mbak. Semoga saya bisa mengikuti kelak.hehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin keadaan saya tidak seperti yang mbak Shaela pikirkan. Biasa2 saja. Ini tulisan ttg pemahaman saya. Sehari2nya saya manusia biasa saja :)

      Tapip rasa cinta memang efeknya luar biasa ...

      Delete
  9. luar biasa....kadang memang kita adalh murid yg butuh bimbingan malah dr anak2 ya bun heheh

    ReplyDelete
  10. Sampai mana pelajaran saya tentang cinta? Hiks..hiks... masih terus belajar dan belajar tak pernah ada kata lulus.
    Bagi saya banyak syarat dari sebuah kata CINTA. ia mensyaratkan kesabaran yang tak terbatas, penerimaan, keikhlasan untuk memberi, dan masih banyak lagi. terkadang malu mengaku dan mengucap cinta karena sikap terkadang bertolak belakang dengan ucapan.
    Tapi memang benar CINTA pun memberi banyak hal yang terkadang kasat mata. kebahagiaan yang tak akan pernah kita rasakan tanpa cinta. bagaimana mungkin sekedar senyum tulus dibibit mungilnya membuatku turut tersenyum bahagia. bagaimana mungkin sekedar kecupan lembut kedua buah hatiku membuatku kembali bersemangat menjalani hari. bagaimana mungkin pijitan tangan mungilnya di kepalaku sudah bisa mengusir rasa pusing yang mendera. Bagaimana mungkin dengan mengingat wajah-wajah polos mereka saja aku bisa menangis terharu sekaligus tersenyum bahagia. semua pasti karena cinta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua karena cinta ya mbak :)
      Subhanallah ...

      Delete
  11. Motivasi Cinta,..terima kasih telah berbagi. Salam.

    ReplyDelete
  12. bagiku cinta itu adalah sebuah anugerah yg tak ternilai harganya, ia datang memberi kedamaian di hati dan hidupku melalui belaian lembut ibu dan bapakku, melalui senyuman manis istri tersayangku, dan melalui canda tawa anak-anakku.

    ReplyDelete
  13. Mbak Niar, suka banget dengan kupasan tentang cintanya :)

    ReplyDelete
  14. Hmm..mendalam sekali mbak ulasan ttg CINTAnya.. Salam kenal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal mbak .. sesuai pembelajaran saya saja mbak. Terimakasih ya :)

      Delete
  15. saya harus bnyak blajar lg untuk memaknai cinta

    ReplyDelete
  16. Kadang Saya kurang bersabar terhadap anak. Makasih ilmunya Mbak semoga Saya bisa lebih belajar pada anak Saya, terutama belajar bersabar dari ketergantungannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga masih harus banyak belajar bersabar mbak. Masih banyak kekurangan dalam menghadapi anak, juga masih kurang sabar. Terimakasih juga sudah membaca ...

      Delete
  17. kak Niar...mata saya sampai berkaca-kaca baca tulisan yg ini...
    yup, benar, CINTA itu misterius, luas dan abstrak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, saya jadi membaca kembali tulisan lama ini ^_^

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^