Yang Tersisih, Yang Mengharumkan Nama Bangsa


Farid Satria, salah seorang pembicara dalam Tedx Makassar
Sumber gambar: Halaman facebook Tedx Makassar
Sesekali saya menunduk, menuliskan ke dalam buku catatan saya mengenai penampil terakhir, Farid Satria dari Pagolo Football Club di ajang Tedx Makassar[i] pada Sabtu kemarin.

“Pagolo Football Club beranggotakan orang-orang dengan HIV/Aids - ODHA, mantan pecandu narkoba, dan orang miskin kota,” Farid menjelaskan tentang klub di Makassar, tempatnya bergabung. Alasan mereka memilih sepakbola adalah untuk mematahkan stigma bahwa sepakbola hanya untuk orang yang bertubuh sehat, tanpa masa lalu narkoba atau aids.

“Apa yang ada di pikiran Anda ketika mendengar tentang ODHA? Apakah Anda membayangkan orang dengan tubuh kurus kering yang hanya tinggal tulang dan dosa? Yang hanya tinggal menunggu miscall dari Mungkar?” Farid tersenyum saat menuturkan tentang stigma ODHA yang banyak hinggap di pikiran orang-orang. Saya ikut tersenyum, membenarkan apa yang dikatakannya.

Saya masih menunduk menekuni buku catatan saya ketika sebuah pengakuan Farid yang dituturkannya dengan lugas membuat saya tersentak seketika sehingga langsung menegakkan kepala dan menatap wajahnya dengan mata membelalak. Farid mengakui dirinya sebagai ODHA dan mantan pecandu narkoba!

IIDN berfoto bersama Farid
Foto: Zulfadli Sultan
Saya yakin bukan hanya saya yang bereaksi seperti itu. Farid memperhatikan ekspresi para audiensnya. “Wow,” ujarnya ringan. Ia pasti sudah biasa mendapatkan reaksi seperti itu. “Untung hanya ‘wow’ ya. Bukannya ‘jadi saya harus bilang wow, gitu?’...,” kelakar Farid, mencairkan suasana. Saya tersenyum.

Lalu mengalirlah kisah dari mulut Farid, tentang pengalamannya sebagai ODHA yang berjuang mematahkan stigma umum yang berlaku selama ini tentang ODHA. Mengenai perjuangannya membawa nama Indonesia melalui pertandingan sepakbola di Mexico bulan Oktober lalu.

Farid bersama tim Pagolo FC berkompetisi dengan 7 provinsi lain mengikuti League of Change 2012 – turnamen nasional sepakbola untuk komunitas termarjinalkan – yang diselenggarakan di Bandung. Tim Pagolo FC berhasil meraih urutan ketiga dalam liga ini.

League of Change juga menjadi ajang penyaringan pesepakbola kaum marjinal yang mewakili Indonesia dalam Homeless World Cup (HWC) di Mexico. HWC diselenggarakan dengan semangat sepakbola untuk lifeskill dan kesehatan, sepakbola untuk edukasi pencegahan HIV/AIDS, penyalahgunaan narkotika dan permasalahan sosial lainnya. Perjalanan panjang pun dilalui Farid hingga akhirnya terpilih mewakili Indonesia bersama rekan-rekannya dari berbagai provinsi.

Farid pun menunaikan nazarnya bermain sepakbola selama 24 jam. “Apakah virus di tubuh Saya menghambat Saya? Tentu tidak,” tandas Farid. Ya, ia berhasil melaksanakan nazarnya, bersepakbola selama 24 jam!

Farid nyaris batal berangkat karena tak ada dana. Awalnya estimasi dana yang dibutuhkan tim Indonesia untuk sampai ke Mexico adalah 500 juta rupiah. Maka digalanglah dana melalui aksi “Rp. 1000 untuk semua”. Harapannya bila 500.000 orang Indonesia bersedia menyumbangkan 1000 rupiah, dana tersebut bisa diperoleh.

Lalu mengalirlah sumbangan masyarakat hingga terkumpul sampai 83 juta rupiah. Dengan tambahan yang berhasil diperoleh dari sponsor, 325 juta rupiah berhasil mereka kantongi. Tim Indonesia pun berangkat dengan semangat membara, membawa “garuda” di dada. “Sampai sekarang Saya merasa terharu kalau mengingat ini. Tidak menyangka orang seperti Saya bisa membawa nama negara,” ujar Farid dengan mata berkaca-kaca.

Tim Indonesia yang berlaga di HWC 2012
Sumber gambar: http://simamaung.com

Babak demi babak mereka lalui hingga tiba babak semi final. Namun mereka harus menyerah kepada tim tuan rumah Mexico dengan skor 6 – 9. Sebuah prestasi luar biasa mereka torehkan di sejarah HWC karena dalam keikutsertaan yang kedua kalinya dalam tahun ini, tim Indonesia berhasil memperbaiki kedudukan di peringkat keempat. Tahun lalu, Indonesia meraih peringkat keenam.

Hebatnya lagi, di antara seluruh tim yang bertanding skuad Indonesia adalah satu-satunya yang membawa gabungan dari kalangan miskin, mantan pencandu narkoba, dan pengidap HIV/AIDS. Tim yang diorganisir oleh lembaga swadaya masyarakat nirlaba Rumah Cemara ini juga mendapatkan predikat “tim yang membawa insipirasi”, sementara pelatih mereka - Bonsu Hasibuan meraih predikat “pelatih terbaik”.

Tim Indonesia mendapatkan banyak pujian dari penonton maupun panitia yang diterima setelah pertandingan melawan Meksiko berakhir. Misalnya saja ada pemain Meksiko yang memuji permainan tim ini. Ada pula panitia yang mengaku tergugah setelah melihat permainan tim Indonesia di lapangan. 

Sebuah film pendek diputar. Film itu menayangkan aktivitas tim Indonesia di samping pertandingan. Juga memperlihatkan ekspresi mereka. Ada tawa, ada pula tangis haru. Sebuah kalimat dalam bahasa Inggris yang menyentak dan membuat malu hati pemilik lebih dari 80 pasang mata yang menyaksikan tertera di akhir film. Kalimat itu bermakna : “Ini yang mereka lakukan untuk Indonesia. Bagaimana dengan Anda?”

Dari 8 pembicara dalam ajang Tedx Makassar, Farid adalah klimaks. Ialah yang mendapatkan aplaus paling banyak dan paling lama dari hadirin yang menatapnya haru. Terlebih setelah ia mengakhiri presentasinya dengan untaian kaliman berikut:

“Tidak ada manusia yang ingin dilahirkan sebagai penyalahguna narkoba yang bermuara kepada HIV positif. Itu adalah masa lalu yang harus dijalani.
Saya tidak akan berhenti membanggakan Indonesia.
Saya yakin, cahaya yang terang terkadang berasal dari tempat yang gelap. Virus di tubuh Kami tidak akan membunuh semangat Kami.”


***

HIV/Aids hingga kini masih menjadi masalah yang butuh perhatian besar. Situasi di Indonesia sendiri menunjukkan trend epidemi AIDS yang terus menunjukkan peningkatan baik secara jumlah maupun luas wilayah sebaran. Berdasarkan laporan per Juni 2012 yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan, angka kasus kumulatif yang dilaporkan untuk HIV mencapai 86.762 kasus dengan 32.103 kasus diantaranya adalah kasus AIDS. Dari kasus AIDS tersebut, didapati bahwa ada kasus pada 21.707 laki-laki dan 8.970 kasus pada perempuan. Laporan kasus ini pun telah ditemui di semua wilayah propinsi di Indonesia.

Sumber:
http://www.odhaberhaksehat.org
Dari sebuah wawancara yang saya baca di website http://www.odhaberhaksehat.org/, masih ada kasus diskriminasi terhadap ODHA. Misalnya saja stigma dan diskriminasi terhadap HIV di tempat kerja itu merupakan salah satu penghalang keberhasilan program AIDS. Selama orang terinfeksi HIV masih dikeluarkan dari tempat kerjanya: baik secara kebijakan maupun insidental, maka orang akan takut untuk memeriksakan dirinya dan tes HIV. karena takut jika nanti hasilnya positif HIV maka dia akan dipecat.

Contoh lainnya UU Narkotika yang masih represif sekali terhadap pengguna narkotika. Pengguna narkotika yang seharusnya diberikan ruang perawatan untuk memulihkan dirinya malah dipenjara. Di dalam penjara, karena memang masalah ketergantungannya ini tidak diselesaikan, dia akan tetap memakai narkotika. hal ini sangat berpotensi terhadap penularan HIV sebab sudah jamak kita ketahui jika di dalam penjara pun narkotika masih mudah didapatkan. Hal-hal ini yang luput menjadi perhatian dari program pemerintah.

Di artikel lain disebutkan bahwa peringatan Hari Aids Sedunia yang kerap meminta testimoni ODHA pada kenyataannya hanyalah untuk menunjukkan sisi betapa kelamnya kehidupan si nara sumber sebelum tahu dirinya terinfeksi HIV sampai dengan betapa menyesal serta kepasrahan diri seorang ODHA yang layaknya hendak menanti ajal. ODHA diharapkan memberikan kesaksian mendayu-dayu layaknya cerita Oh Mama Oh Papa (sebuah rubrik di sebuah majalah perempuan) sehingga asumsi yang berkembang di masyarakat adalah HIV penyakit orang dengan perilaku yang sering dikatakan menyimpang (pengguna narkotika, pekerja seks dan LGBT), penyakit yang tidak ada obatnya karena kutukan sampai dengan terkena HIV sama dengan mati.

Sungguh stigma yang sulit dihilangkan secara tuntas. Kita tak bisa juga menyalahkan orang-orang yang masih keukeuh dengan stigma seperti ini. Bukan hanya terhadap ODHA saja stigma semacam itu melekat. Untuk banyak hal, pola pikir dan stigma masyarakat umum memang sulit diubah misalnya saja terhadap mantan pembunuh, mantan pelacur, mantan koruptor, atau terhadap penyandang disabilitas.

Kita patut bersyukur, sosialisasi yang giat dilakukan dari ODHA dan para simpatisan kasus aids sebenarnya telah mematahkan stigma itu kepada banyak orang lainnya. Saya misalnya, walaupun jujur saya sempat tersentak akan pengakuan Farid karena memang saya tak pernah sekali pun bertemu dengan ODHA (dahsyatnya kabar tentang aids bisa saja menjadikan siapa pun tersentak mendengar pengakuan Farid). Tapi saya tak pernah memandang ODHA rendah. Saya justru salut dengan semangat orang seperti Farid. Menurut saya, ODHA sama sekali bukan momok yang menakutkan.

Saya melihat kesadaran ODHA akan maut sudah demikian nyata. Tak sama seperti orang selain ODHA. Kesadaran ini justru dijadikan ODHA sebagai potensi untuk menjadi lebih baik, untuk menjalani hidup dengan lebih berkualitas. Sementara orang selain ODHA tetap dengan kelalaian mereka mengabaikan kematian yang sebenarnya bisa menjemput siapa saja, kapan saja. 

Karena sejatinya maut mengintai siapa saja, bukan hanya ODHA. Banyak kejadian di sekitar kita, orang-orang yang segar-bugar tiba-tiba saja pergi untuk selamanya. Saya pun masih sering abai akan maut padahal saya tahu pasti adanya. Saya tak tahu kapan malaikat maut akan menjemput padahal sebenarnya saya tahu bisa saja bulan depan, besok, atau bahkan beberapa menit lagi.

Makassar, 9 Desember 2012


Tulisan ini diikutkan dalam Kontes Menulis ODHA Berhak Sehat 1


Sumber fakta dan data:
  • Presentasi Farid Satria pada Tedx Makassar di Museum Kota, jalan Balaikota No. 11 Makassar pada tanggal 8 Desember 2012
  • http://www.odhaberhaksehat.org/
  • http://olahraga.kompas.com/read/2012/09/21/21305869/Dana.Cukup.Tim.Indonesia.Berangkat
  • http://olahraga.kompas.com/read/2012/10/14/06300561/Terhenti.di.Semifinal.Indonesia.Pulang.dengan.Kepala.Tegak
  • http://olahraga.kompas.com/read/2012/10/15/07411846/Laga.Terakhir.Indonesia.di.Piala.Dunia
  • http://bola.okezone.com/read/2012/09/07/51/686339/kurang-biaya-farid-terancam-tak-ikut-piala-dunia
  • http://simamaung.com/peringkat-4-dunia-indonesia-toreh-sejarah-baru-di-hwc/
  • Halaman Facebook Tedx Makassar


Silakan dibaca juga:








[i] Tedx Makassar adalah sebuah program acara lokal, diadakan secara swadaya untuk mengajak orang berbagi ide yang layak disebarkan. Selengkapnya tentang Tedx Makassar bisa dilihat di http://tedxmakassar.com


Share :

52 Komentar di "Yang Tersisih, Yang Mengharumkan Nama Bangsa"

  1. Kompetisi untuk kaum termarginalkan, maksudnya..sesama penderita?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sesama homeless - tunawisma mbak. Nah kalo dari Indonesia ada orang2 mantan narkoba dan ODHA juga di timnya.

      Delete
  2. saya nonton liputan Mexico di tv beberapa hari lalu....juga dibahas mengenai beberapa atlit Indonesianya...

    semoga semua jadi tersadar ya, dan yg terpenting bisa menurunkan angka kesakitan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tim kita sudah tampil cemerlang di sana mbak Monda. Mudah2an menggugah banyak orang

      Delete
  3. Menggugah kesadaran kita bersama bahwa segala kekurangan sejatinya mempunyai kelebihan juga. Pun, sebaliknya. Great post mbak? salam:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mas Ibrahim. Dan bahwa kekurangan sebenarnya bisa dikonversi menjadi kelebihan. Terimakasih :)

      Delete
  4. belum semua masyarakat bisa menerima baik orang-orang dengan masalah ODHA. Kalo saya pribadi sih nggak masalah, apalagi jika yang bersangkutan telah merubah gaya hidup dan m\bisa memberikan inspirasi keteladanan untuk orang lain.
    Selamat untuk kesuksesan tim Indonesia di Mexico

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya belum semua Pak. Sya kira memang tak bisa dipaksakan semuanya menerima, itu resiko. Seperti yang saya tulis bahwa thd mantan pelacur misalnya atau mantan koruptor, akan tetap ada stigma negatif yang melekat dalam diri mereka dari beberapa orang. Yang penting kan usaha mereka sendiri untuk hidup lebih berkualitas ya ketimbang memikirkan orang2 negatif itu.

      Setidaknya masih ada koq orang2 yang positif yang bisa mereka ajak berbagi.

      Delete
  5. Farid tetap seangat ya dengan keadaannya justru bisa mengharumkan anma bangsa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Subhanallah iya mbak. Saya kagum dan terharu sekali. Banyak orang yang kagum dan terharu pula di acara itu.

      Delete
  6. Menumbuhkan semangat hidup ini yang penting dan tidak bergumul dalam penyesalan lalu membunuh mimpinya. Tulisanya keren!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar teh, alhamdulillah Farid orang yang semangat :) Terimakasih ya dah mampir

      Delete
  7. terharu mbak aku bacanya
    seharusnya kita tidak boleh mengucilkan org2 tsb
    ini malah si Farid dan teman2nya mampu mengharumkan nama Indonesia, harusnya kita bangga
    kita harus sama2 merangkul mereka bukan malah menjauhi
    nice post :)
    trima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, dan mereka berangkat atas usaha sendiri lho dan dukungan sponsor. Hebat ya. Kita harus bangga pada mereka ...

      Delete
  8. Sangat inspiratif, terimakasih atas postingan yg bermanfaat.

    Salam kenal.

    ReplyDelete
  9. tulisannya keren bangetttttt.... informasinya padat... dan inspiratif... semoga menang ya Niar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah yang bener mbak Ade? *kembangkempis* Makasiiih ya mbaaak :)

      Delete
  10. masih banyak Farid-Farid lainnya..namun mereka tidak sejantan Farid yang satu ini,,yang mau mengaku sebagai ODHA,
    namun hal ini janganlah membuat kita terlena..karena HIV bisa menyerang siapa saja...dan tidak tertutup kemungkinan salah satu anggota keluarga kita yang tercinta bisa tertular pula...oleh karena itu...kembali ke jalan agama yang benar adalah satu-satunya solusi untuk membenahi moral yang mulai semakin tergerogoti oleh dekadensi zaman ...salam :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Farid sudah membobol banyak benteng untuk mengakui dirinya ODHA.

      Salam pak, terimakasih :)

      Delete
  11. Inspiratif kak... sayang ga bisa ikut... T_T

    ReplyDelete
  12. terkadang sosialisanya yg terasa kurang mbak.. sy pernah juga kenal dg penderita ODHA (dia sdh almarhum skrg). Tp krn kurangnya sosialisasi, sehingga di awal2 jujur aja sy sempet ngeri & takut2 berdekatan dg penderita ODHA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, kitanya saja yang belum tahu informasinya ya :) Inna lillah, semoga almarhum mendapat tempat yang baik di sana ...

      Delete
  13. its absolutely wow.
    banyak org pernah jatuh tapi tak banyak yg bisa bangkit dan menatap dunia dengan jiwa yg baru, ya bunda. ikut acara positif seperti ini pasti ajang wisata hati yang luar biasa. bikin qt tdk lupa melihat cermin diri.

    ReplyDelete
  14. Wow. Tulisannya panjang dan kereeeen.
    Good luck mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak Ecky ^__^
      *dibaca tuntas gak ya?* :D

      Delete
  15. Jgn membenci kekurangan, tp cintai kekurangan, dgn kita mencintai kekurangan, kekurangan itu akan jd suatu kelebihan.

    ReplyDelete
  16. salah satu artikel unggulan yang saya baca bu...!
    mantap!

    ReplyDelete
  17. Aku juga tersentak dengan kata-kata dan prestasi Farid dan teman-teman mbak.

    Yah cahaya terang memang lebih terlihat ketika gelap.
    Tuisan mbak Niar juga kere ^^d

    ReplyDelete
    Replies
    1. Edit : keren maksudnya mbak..... ketinggalan satu huruf aja jadi beda arti ya mbak.... Maaf :)

      Delete
    2. Mereka luar biasa ya mbak Nufus? Ahahah gpp, typo :D

      Delete
  18. :)
    semoga bisa menumbuhkan kepedulian dan keinginan untuk lebih mengetahui tentang AIDS dan cara memperlakukan ODHA :)

    semoga berhasil dengan lombanya bu...
    makin keren aja nulisnya XD XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga aamiin. Aih Miss U, membuatku kembang-kempis lagi nih ^__^

      Delete
  19. ODHA sebenarnya juga punya kesempatan mengembangkan diri seperti orang lain pada umum nya ya mbak, justru mereka butuh dukungan dan suntikan semangat dari orang sekitarnya agar bisa terus melangkah dengan tegar ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya. Dan sebenarnya kita semua butuh suntikan semangat saat sedang mengalami masalah ya mbak :)

      Delete
  20. syukurlah melalui olah raga terutama sepak bola, menjadi ajang unjuk prestasi dan bisa membangkitkan lagi kepercayaan yang katanya kaum termajinalkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar. Farid benar2 mematahkan stigma negatif ttg ODHA. Olahraga sepakbola kan benar2 butuh fisik prima.

      Delete
  21. Replies
    1. Siapa? Saya? Ah jadi malu *ditimpuk tomat*
      Farid dong maksudnya ya? Iya keren, alhamdulillah ^__^

      Delete
  22. SUMBER INSPIRASI MBk.

    wah baru tahu saya nich mbak.
    maksh sudah berbagi pengalaman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sy jg baru tahu lho Annur. Terimakasih juga sudah membaca ya :)

      Delete
  23. wah,bener bener keren ya, malu saya kalo sampe gak termotivasi ...

    makasih lho mba atas artikelnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar mas Stumon. Kisah ini membuat kita malu hati ya. Terimakasih juga sudah membaca :)

      Delete
  24. kagetka juga kak bacai. semangatna itu orang di.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^