Lagi-Lagi Tentang Kanal

Si cantik Eceng Gondok
Sumber gambar: http://wikipedia.org
Dulu, eceng gondok pernah memenuhi kanal dekat rumah. Bunganya cantik. Warnanya ungu. Tetapi ia cepat sekali berkembang biak dan menjadi berbahaya. Untungnya tak lama setelah menyebar cukup luas pemerintah berhasil mengeluarkan eceng gondok yang memenuhi permukaan kanal.

Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.


Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
  • Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
  • Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
  • Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
  • Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
  • Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
  • Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.


Ia bisa memenuhi permukaan air
Sumber gambar: http://wikipedia.org
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat seperti kadmium (Cd), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan chrom (Cr). Selain itu ia dapat menyerap residu pestisida.

Sekarang, permasalahan kanal di Makassar bukan lagi eceng gondok melainkan sampah yang ada di mana-mana. Foto-foto kanal bisa dilihat di tulisan 3 Hal di Wajah Makassar Tercinta dan Ooh Kanalku.

Ada satu sisi kanal yang agak sering saya lewati, yaitu di jalan Mongisidi Baru. Dari sepanjang jalan Daeng Tata hingga pasar Terong yang pernah saya susuri, kanal di dekat pintu air di jalan inilah yang paling kotor. Jika beberapa waktu yang lalu sempat terlihat lebih bersih, baru-baru ini tampak amat kotor kembali. Sepertinya warga di sekitarnya tak punya komitmen untuk menjaga kebersihan kanal. Heran juga ada orang-orang yang tak suka lingkungannya bersih.

Foto-fotonya bisa dilihat sebagai berikut:

Kanal di pintu air Jl. Mongisidi Baru
Atas: satu hari sebelum idul fitri
Bawah: 6 hari sebelum batas pendaftaran calon gubernur Sulawesi Selatan


Kanal, di pintu air jalan Mongisidi Baru pada 24 Oktober 2012,
kembali menjadi amat kotor
Beberapa hari yang lalu, saya melalui daerah Antang, ada bagian kanal di sana yang sudah ditumbuhi eceng gondok. Bila tak segera diatasi tumbuhan ini bisa sampai ke Rappocini - daerah tempat saya bermukim padahal letak Antang dan Rappocini cukup jauh. 

Yah, mudah-mudahan ini mendapat perhatian dari segala pihak yang berwenang.



Makassar, 12 November 2012
Catatan:

Tentang eceng gondok diperoleh dari: http://wikipedia.org

Silakan juga dibaca:





Share :

4 Komentar di "Lagi-Lagi Tentang Kanal "

  1. Di kampung gue ada sbuah rawa yg dipenuhi ama enceng gondok, dan warga skitar udah bisa memanfaatkannya sbg mata pencaharian. Dibikin kerajinan, tas, tikar, topi dll... ;-)

    ReplyDelete
  2. Budaya buang sampah pada 'tempatnya' :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha ... iya mereka menjadikannya TEMPAT SAMPAH :D

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^