Antara Menjadi Bening dan Kerak Kopi


“Manusia ibarat gelas kosong. Dituang kopi isinya menghitam, dituang air jadi beninglah ia. Tetapi segelap apapun gelas kopi itu ia akan terus bening jika terus menerus dituang air putih, begitu pun sebaliknya.” Hm ... setujukah? Kemukakan pendapatmu dalam sebuah postingan ya ...

Itulah tema giveaway yang diselenggarakan oleh NF – inisial dari seorang blogger bernama Nufadhilah. Hm ... sebuah tantangan yang menarikC. Saking menariknya, saya posting mendekati deadline J (apa hubungannya yak?). Ok NF ... I’ll try.

☼☼☼

Ada tayangan reality show[i] yang memuat kisah seorang mantan narapidana yang bertobat. Sebut saja namanya Yan. Ia dulu preman kampung. Sok jago yang suka petantang-petenteng, menakut-nakuti orang agar memberinya setoran. Banyak orang yang telah dibuatnya rugi hingga menderita.

Penjara membuatnya belajar banyak tentang kehidupan hingga akhirnya ia keluar dari penjara membawa tekad, ingin bertobat, ingin berubah, dan ingin meminta maaf kepada orang-orang yang telah ia sakiti.


Butuh nyali sekuat baja untuk meminta maaf. Pun bukan hal yang mudah. Yan tahu diri, ia bersedia menerima perlakuan orang-orang itu. Makanya ia pasrah saja ketika permintaannya ditolak oleh seseorang yang masih menaruh dendam padanya, mau dipukul pun ia rela asal bisa menebus kesalahan yang sebenarnya tak mungkin tertebus.

Seorang bapak yang menjadi buntung kakinya gara-gara ulah Yan di masa lampau ternyata bijaksana. Dengan lapang hati, ia sudi memaafkan Yan. Tak kuasa Yan menahan air mata haru yang mengalir di pipinya. Ia tak menyangka bakal dimaafkan oleh bapak itu.

Yan ingat, pernah memperkosa seorang perempuan – anak pemilik sebuah lapak. Ia meneguhkan niatnya mendatangi perempuan itu. Beruntung perempuan itu masih tinggal di rumah yang dulu. Di sana ia disambut seorang bocah perempuan berusia sekitar 6 – 7 tahun yang berkaki buntung. Sang bocah memanggil perempuan yang ia tuju, Yan menunggu dengan harap-harap cemas. Berharap beroleh maaf, cemas bila tak diterima. Karena ia menyadari kelakuannya dulu sungguh teramat bejad.

Perempuan itu muncul. Berdebar jantung Yan mengutarakan permohonan maafnya. Perempuan itu menangis. Setelah terdiam beberapa jenak ia mengatakan bahwa bocah perempuan berkaki buntung tadi adalah anak hasil perbuatan Yan terhadapnya.

Allah, Yan tergugu, panjang. Dari bibirnya terlontar penyesalan. Lalu ia menyatakan ingin mendampingi perempuan itu mengasuh anak mereka. Perempuan itu bersedia. Allah sungguh Maha Adil. Kelakuan Yan membuntungkan kaki seorang bapak yang teramat sabar dibalas-Nya dengan hadirnya bocah perempuan berkaki buntung pula sebagai darah daging Yan.

Ibarat gelas berisi kopi yang teramat hitam, seperti itulah dulunya Yan sebelum dipenjara. Lalu ada air bening yang terus mengisi gelas itu. Banyak. Hingga akhirnya kopi tak berwujud. Tinggallah kebeningan air di sana, yang membuat seorang Yan siap menjalani lembaran baru kehidupannya sebagai seseorang yang bervisi jernih.

☼☼☼

Sumber gambar: http://ukhti27.blogspot.com

Nama panggilannya Kebo[ii]. Ia pemulung yang tinggal di sebuah bilik sempit di belakang mal Taman Anggrek bersama pemulung-pemulung lain tetangganya. Suatu hari di tahun 2001, ia ditemukan tewas terbakar. Pelakunya adalah sekelompok pemulung yang jenuh dengan ulah bengis Kebo yang terkenal suka nabok dan mabuk.

Kebo kasar dan bejat. Hari-harinya diwarnai ulah garang dan amoral. Saat-saat terakhir hidupnya di dunia ditandai dengan perbuatan amoral yang dilakukannya di biliknya bersama dua PSK. Saat kemarahan menguasai dirinya, ia membakar bilik tersebut yang tentu saja berakibat pada merambatnya api ke bilik-bilik lain di perkampungan pemulung itu.

Usia 6 tahun ia lari dari rumahnya di kampung Dongkal setelah mencuri ayam milik orangtuanya yang kemudian dijualnya untuk ongkos ke Jakarta. Ia kemudian hidup berpindah-pindah dan tak pernah bertemu orangtuanya lagi. Kebo tumbuh menjadi pribadi yang beringas. Ia suka menyiksa istrinya hingga berdarah-darah, main perempuan bahkan di depan istrinya, pencemburu yang tega memotong jari telunjuknya sendiri, dan suka mengancam menyakiti orangtua dan saudara istrinya apabila ditinggalkan.

Tak ada yang bersedih pasca kematiannya. Istrinya sendiri pun tidak. Tak ada yang mengenangnya. Tragis memang. Ibarat gelas berisi kopi. Gelas Kebo akhirnya berisi kerak kopi. Kerak itu tak bisa keluar meski dituang air bening sebanyak apapun. Kebo yang malang.


☼☼☼

Mengutip tausiyah ustadz Maulana di salah satu stasiun TV baru-baru ini: “Bertobat artinya ‘kembali’. Manusia itu berjalan menuju akhirat. Jalan itu lurus. Kapan melenceng, kembalilah,” semoga kita menjadi orang-orang yang selalu “kembali” tanpa menjadi seperti Kebo. Juga tidak perlu menjadi seperti Yan yang menjalani hidup sebagai narapidana dulu sebelum bertobat.

Semoga kita tetap menjadi seperti apa adanya kita sekarang, tidak menjadi lebih buruk. Tetapi selalu ingat untuk “kembali” ketika khilaf telah melenceng dari jalan yang lurus.

Makassar, 30 Juli 2012

Tulisan ini diikutkan pada giveaway Persahabatan NF.


Silakan juga dibaca:









[i] Tayang di RCTI selepas waktu sahur pada Ramadhan 2011.
[ii] Kisah tentang Kebo dimuat dalam artikel Hikayat Kebo di buku Jurnalisme Sastrawi, terbitan Kepustakan Populer Gramedia, tahun 2008.


Share :

24 Komentar di "Antara Menjadi Bening dan Kerak Kopi"

  1. Teringat kembali sebuah quote: Life is about how to make right choice. Jadi menjadi bening atau pun kerak, sebenarnya Allah memberikan kita pilihan untuk mengambilnya...happy ever affer or just fun for momentum

    Semoga sukses ngontesnya Mbak:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Manusia adalah makhluk "yang berkehendak bebas" mbak Rie. Ia punya kesadaran sendiri dalam memilih ...
      Terimakasih :)

      Delete
  2. wah... ini suatu sudut pandang lain dalam mendefinisikan materi GAnya mbak NF.. :)

    apalagi yang kerak kopi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap. Mudah2an tidak ada samanya ya ... :)
      Ikutan jugakah?

      Delete
  3. Semoga gelas kotorku terus diisi dengan air bening zam-zam =)

    ReplyDelete
  4. ihiyy mba niar ikutan GA, hmm gaya penulis senior memang lain ya dalam menyampaikan materi, berisi banget :)

    kita bisa mengambil ibrah dari Yan dan Kebo, dan orang yang bijak adalah orang yg bisa belajar dari kesalahan orang lain tanpa melakukan kesalahan itu sendiri

    btw, Ust. Maulana itu yang mana sih mba? :D

    okaayy, di cateett, makasih ya mba

    'xoxo'

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ihiyyy ... saya tertantang dengan soal "gelas" itu :)
      Hei, dirimu salah mengatakan diriku penulis senior lho. Kalo penulis senior, diriku setara dengan Asma Nadia karena umur kami tdk beda jauh. Tapi kan nyatanya tidak. Saya baru aktif setahun lebih lho. Hanya dalam hal umur mungkin saya tergolong "senior" dibanding blogger2 lainnya :)

      Ust. Maulana, ndak kenal? Itu lho, ustadz top yang asal Makassar, yang punya gerakan andal: melempar-lempar selendang .... masa ndak kenal?

      Makasih yaa .. moga diriku beruntung :)

      Delete
    2. eh iya lupa kalau itu namanya Ust. Maulana, abis jarang ngikutin sih, pertama kali liat beliau ceramah itu waktu di Racing - Makassar, ada kakak ipar yg bawain rekaman and kita nonton rame2 di laptop hehe

      btw mba, koq quote singkat tentang Sahabatnya ga ada? harusnya ada dan di taruh di bawa banner :D

      Delete
    3. Haduh, saya baru liat komen yang ini .... maap telat ya ... tapi saya sudah taruh di komen blognya kan

      Delete
  5. merinding baca kisah yang di tulis mbak niar, salut untuk orang-orang yang berusaha kembali ke jalan lurus setelah melewati pergulatan hidup yang cukup panjang.

    sukses ngontesnya ya mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mami Zidane. Perjuangan yang amat berat dan mereka berhasil menjadi pemenang.

      terimakasih ya mbak :)

      Delete
  6. Cerita sehari-hari yg ada di sekeliling kita, tapi kadang luput kita maknai.

    Semoga bisa mencadi pencerahan & bahan introspeksi diri.

    Salam kenal tuk semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar. Seringkali peristiwa bermakna berlalu begitu saja di sekitar kita. Padahal ada banyak pelajaran di dalamnya.

      Salam kenal. Terimakasih sudah mampir ke lapak saya :)

      Delete
  7. hidup itu pilihan, terserah anda mau pilih menjadi bening atau kerak kopi...karena segala sesuatu kelak di akhirat akan ditanggung sendiri-sendiri, dan semua kan ada penempatan-nya masing masing sesuai hukum ALLAH..karena telah diturunkan Nabi yang terakhir dengan kitab Al Qur'an-nya..maka ALLAH tidak pernah memaksa siapapun hamba-NYA untuk selalu berada di jalan-NYA, namun ALLAH tidak pernah tinggal diam, IA kan membalas sesuai dengan pilihan hidup masing-masing hamba-NYA..dan janji ALLAH itu adalah hal yang pasti...salam Ramadhan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, benar. Kita sendiri yang memilih jalan kita.

      Mudah2an kita selalu memilih jalan yang diridhai Sang Pemilik Hidup ya pak :)

      Salam Ramadhan

      Delete
  8. semoga kita selalu ingat utk bertobat ya..

    ReplyDelete
  9. walau hitam tapi kan nikmat juga...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe .. nikmat kalo kopi beneran mas Rawins. Lha kalo keraknya? :)

      Delete
  10. Kisahnya bisa diambil jadi pelajaran.. Semoga kita juga selalu bertobat.

    ReplyDelete
  11. lebih baik bekas hitam dari pada bekas putih.
    Tulisannya mantap seperti biasanya...pokonya Mugniar mode on dehh...
    Semoga sukses GAnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mugniar mode on? Hahay .. bisa saja mbak Niken ini ;)

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^