Tak Akan Terlupakan: MIWF 15 Juni 2012 di Pagi Hari

Fort Rotterdam tampak depan, lokasi MIWF 2012
Ternyata yang disetujui para kurator untuk diamanahkan kepada saya pada ajang Makassar International Writers Festival 2012 ini adalah Diskusi (Panel) Buku, bersama Rampa Maega (penulis novel Landurundun, asal Toraja), dan dimoderatori oleh Khrisna Pabichara (penulis 13 buku, yang terbaru berjudul Kisah Sepatu Dahlan yang menceritakan perjalanan hidup Dahlan Iskan, menteri negara BUMN itu).


Mengapa semula saya mengira ini launcing buku? Sebab e-mail saya pada awalnya kepada panitia adalah keinginan untuk berpartisipasi dalam launching buku. Balasan yang masuk begitu “abu-abu” bahasanya. Tak menerima tetapi tak menolak pula. Hanya menyinggung Sibilangngang Parseng (dalam bahasa Makassar berarti “seratus persen”) yang menghadirkan penulis-penulis lokal Makassar atau Sulawesi Selatan.


Gedung tempat diskusi buku
Gedung-gedung tua peninggalan kompeni
Saya membalas e-mail itu dan meminta penjelasan tetapi tak ditanggapi hingga saya melupakannya, menganggap saya ditolak untuk berpartisipasi dalam launching buku. Kurang dari dua minggu sebelum MIWF 2012 dibuka, saya menerima e-mail dari panitia yang isinya menyatakan bahwa para kurator telah menetapkan jadwal untuk saya pada hari Jum’at 15 Juni 2012 pukul 9.00 – 11.00.

“Alhamdulillah, launching buku jadi,” begitu pikir saya.

Maka saya membuat maklumat, sudah tentu dengan harapan teman-teman yang berdomisili di Makassar bisa datang. Lalu saya kalang-kabut mengumpulkan uang dan menghubungi penerbit buku (Leutika Prio) untuk memesan buku LAKON FRAGMENTARIS. Kesempatan kan, menjual buku di ajang ini.


Melihat nama Khrisna Pabichara, terbit gugup di hati saya. Baru-baru ini saya ikut lomba Kisah Inspirasi Sepatu sehubungan dengan launching buku Kisah Sepatu Dahlan. Melalui browsing internet, saya mendapatkan informasi ia telah menulis 13 buku. Sebelum menulis buku tentang Dahlan Iskan, ia mendatangi kota-kota di mana Dahlan pernah berada. “Wow, saya yang orang sangat biasa-biasa ini dimoderatori seorang Khrisna Pabichara?”

Mengingat belum pernah menghadiri acara lauching buku, saya bertanya kepada teman-teman di dua grup menulis yang saya ikuti, meminta masukan apa saja yang harus saya persiapkan dan lakukan di acara seperti itu. Alhamdulillah, saya menerima saran-saran yang berarti dari mereka.

Makan waktu beberapa hari hingga akhirnya saya menyadari bahwa segmen acara saya bertajuk Diskusi Buku Sibilangngang Parseng bukannya launching buku. Tak terpikir pula untuk meralatnya, waktu pun terasa demikian sempitnya karena saya berkutat dengan permintaan untuk mempercepat pencetakan dan pengiriman buku yang saya pesan sementara itu internet tiba-tiba bertingkah, lambatnya minta ampun. Alhamdulillah pihak Leutika sangat kooperatif meladeni saya dan bersedia mengusahakan buku-buku pesanan saya tiba pada tanggal 12.

Tanggal 15 Juni, pukul 9 lewat.

Khrisna Pabichara dan Rampa Maega
“Pak Khrisna, Saya Mugniar,” sapa saya pada seseorang yang menuliskan nama ‘Khrisna Pabichara’ di daftar isian registrasi di meja panitia.

Seorang laki-laki yang duduk di dekat kami segera menengadah dan menjabat erat tangan Khrisna erat. Rupanya ialah Rampa Maega yang sudah sejak tadi berada di situ.

Sosok hangat Khrisna mencairkan kegugupan saya. Kami bertiga dan seorang penulis bernama Fauzan Mukrim yang meluncurkan novelnya yang berjudul River’s Note dalam MIWF ini berbincang seputar buku-buku kami dan dunia penulisan.

Acara baru dimulai pukul 10, karena menunggu peserta. Diskusi ini paralel dengan acara lain. Selain itu beberapa orang yang sedianya datang tiba-tiba batal bertandang karena kesibukan yang tak bisa ditunda. Namun the show must go on ...

Seperti masukan teman-teman saya para penulis hebat itu, pertanyaan yang dilontarkan adalah seputar proses kreatif penulisan, dari mana ide muncul, dan apa isi buku.

Peserta diskusi buku
Saya menjelaskan, ide tulisan-tulisan saya bersumber dari sekeliling saya. Tentang pengalaman dengan anak-anak dan renungan-renungan saya. Misalnya saja, saat saya tersentuh saat mendengarkan pengalaman seorang pengelola panti asuhan yang menampung puluhan anak di rumahnya dan berjuang mengasuh mereka atau pada saat bertemu dengan tukang pos yang baik hati.

Atau tentang pergulatan pikiran dan hati selama sekian menit saat anak saya Affiq pulang mengaji dalam keadaan menangis setelah dipukul kawannya. Alhamdulillah saya senantiasa mendapatkan ide menulis karena salah satu tujuan saya ngeblog adalah “mendokumentasikan hidup dan renungan ke dalam blog”.

Rampa Maega menulis novel dalam setting Toraja. Ia mengumpulkan bahan mengenai cerita-cerita rakyat Toraja, di antaranya yang ia ingat melalui dongeng yang disampaikan ayahnya ketika ia masih kecil dan mengadaptasinya ke dalam bentuk novel. Saya sempat lihat nama seorang penulis terkenal - Tasaro sebagai editor bukunya. Kemarin, seorang kawan berkata Tasaro pernah menyebut nama Rampa Maega sebagai ‘saudara’-nya karena banyak membantunya dalam menerbitkan buku.

Yang berbaju hitam itu Fauzan Mukrim, seorang penulis.
River - sumber inspirasi Fauzan Mukrim
Seperti saya yang berlatar pendidikan akademis eksakta, begitu pula halnya dengan Rampa Maega. Ia lulusan jurusan Kimia dari universitas Satya Wacana.

Khrisna Pabichara rupanya sudah 7 tahun menggantungkan hidup melalui profesinya sebagai penulis. Tak hanya menulis, ia pun kerap menjadi editor profesional. Ia menceritakan mengapa pada akhirnya ia memilih menjadi penulis padahal dulu karirnya menjanjikan di sebuah bank. Dengan menulis, ia lebih mendapatkan ketenangan batin.

Memang, untuk orang yang sudah kadung jatuh cinta pada dunia menulis, menulis itu kebutuhan jiwa. Rampa Maega mengatakannya hal yang senada. Saya mengatakan, “Menulis itu refreshing bagi saya. Jika tak bisa menulis, saya pasti stres.”

Begitulah pengalaman yang tak akan terlupakan ini. Berpartisipasi dalam MIWF 2012 sungguh merupakan kesempatan emas yang sangat berarti bagi saya mengingat saya baru aktif menulis di tahun 2011. Saya ini orang baru dalam dunia menulis, belum ada apa-apanya.

Terimakasih para kurator dan panitia MIWF 2012. Sukses untuk acaranya yang akan berakhir beberapa jam lagi. Semoga MIWF berikut berlangsung dengan lebih dahsyat lagi.

Makassar, 17 Juni 2012

Silakan dibaca juga:





Share :

21 Komentar di "Tak Akan Terlupakan: MIWF 15 Juni 2012 di Pagi Hari"

  1. OoO pak khrisna yang moderatorx ya k'...
    Tadi pagi saya ikut workshop creative writing di graha pena. Sy dtngx agak awal... n di lobby ada 2 org pria yg menunggu, salah satux pak khrisna (saya ga tau itu dia). Sempat berbincang sedikit dgn beliau. Orgx ramah, dan selama workshop dia berbagi pengalamanx dlm menulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya saya nda bisa datang Nu :|
      Iya, orangnya ramah :)

      Delete
  2. Tentunya ini pengalaman yang berharga ya mbak, bisa bersanding dengan dua penulis buku, apalagi sekelas dengan Pak Khrisna.
    Saya ingat dulu saat mbak Izzatul Jannah pernah diundang ke Aceh, mengisi seminar tentang membaca. Panitia meminta saya untuk menjadi pembicara pendamping beliau selain satu orang lagi seorang ahli baca cepat yang bekerja di perpustakaan daerah di Aceh.
    Sempat gugup mbak dengan nama besar mbak Izzatul. Tapi ya, kuterima saja, buat pembelajaran dan pendewasaan diri, hehee
    Sukses terus ya mbak :)

    ReplyDelete
  3. pasti ketagihan deh pengen launching buku lagi ;P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mesti cepat2 bikin buku solo lagi ya mbak? Waduh ... yang ini saja masih belum tahu bagaimana :D

      Delete
  4. Beruntung sekali kak mugniar bisa bertemu langsung dengan para penulis terkenal. Bisa diskusi bersama darimana mendapatkan inspirasi menulis lagi. Sungguh pengalaman berharga yang tak akan terlupakan itu kak. Ternyata inspirasi bisa datang dari sekeliling kita ya. Yang ane salut rela meninggalkan pekerjaan di sebuah bank demi terjun dalam dunia tulis menulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul. Sementara banyak orang pingin kerja di bank, pak Khrisna malah memilih mundur :)

      Delete
  5. Asik nih mbak bisa bertemu dengan penulis2 terkenal hehhee...
    Semoga mbak Niar nanti juga bisa jadi penulis hebat :)

    ReplyDelete
  6. enak ya jadi orang kota
    bisa banyak ikutan acara gituan
    di tengah hutan begini cuman bisa bengong doang kalo ada yg cerita
    haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walau di tengah hutan, kan dapat duit mas Rawins, bisa membahagiakan anak-istri :)

      Delete
  7. keren banget mba dapat pengalaman bertemu penulis2 'senior', nanti di share yaa kiat2 menulis dari mereka dan mba sendiri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm .. kita apa ya ... kalau saya sih bilanga: apa yang ada di kepala dan di hati ditulis saja. Editingnya belakangan :)

      Delete
    2. Haduh typo ... :0 "kiat" dan "bilang" maksudnya :)

      Delete
  8. Saya selalu jatuh cinta kalau ketemu penulis ternyata mereka ramah luar biasa :)
    Jadi pengin ketemu ama penulis2 keren itu. Ama mbak Mugniar juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah terimakasih dah mampir ke mari mbak. Saya juga pingin bertemu mbak Yanti ... kapan yaaa :)

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^