Ada
banyak alasan mengapa kami: saya, suami, dan ketiga anak saya masih tinggal
bersama kedua orangtua saya. Salah satunya adalah, karena di antara
saudara-saudara, hanya saya yang tinggal di Makassar sementara kedua orangtua
saya sudah sepuh, ayah saya
berusia 72 tahun, ibu
saya 69 tahun sementara tak ada seorang pun yang tinggal bersama dan membantu
mereka sehari-harinya. Adik perempuan saya bermukim di Sorowako yang letaknya
di perbatasan Sulawesi Selatan - Sulawesi Tengah – Sulawesi Tenggara sementara
adik laki-laki saya tinggal di Bontang – Kalimantan Timur.
Ayah sedang sibuk mengurus tanaman |
Sepanjang
kami tinggal bersama, terasa betul betapa saling membutuhkannya kami. Kami
membutuhkan tempat bernaung dan kasih sayang kakek-nenek terhadap anak-anak
kami sementara kami bisa membantu mereka terkait berbagai hal yang membutuhkan
mobilitas seperti belanja bulanan, kemudahan
transaksi terkait layanan perbankan,
dan lain-lain, kapan pun mereka membutuhkan. Secara pribadi, saya bisa mengasuh
ketiga anak kami sekaligus berbakti kepada mereka.
Ruang tengah, tempat kami bersantai dan menerima tamu dari kalangan keluarga. Ini foto ayah beserta sepupu dan tante (kakak dari ayah) |
Ruang makan keluarga |
Saya
pun selama ini kembali belajar banyak mengenai hubungan antara saya dan
orangtua, saya melihat dan memahami hal-hal yang sebelumnya belum pernah saya
lihat dan pahami mengenai mereka yang mana tidak mungkin saya lihat/pahami jika
kami tinggal terpisah dan kesemuanya membuat saya semakin yakin bahwa tinggal
bersama mereka sekarang ini adalah keputusan yang tepat.
Rumah
seluas sekitar 210 meter persegi ini dibangun sejak tahun 1982. Sebenarnya
belum benar-benar selesai, namun sudah cukup memadai saat kami menempatinya
tahun 1989. Saat itu dinding belum dicat, masih berkapur, plafon belum
terpasang, sekeliling rumah masih dipagari daun beluntas, PAM dan listrik belum
masuk. Alhamdulillah, dengan gigih kedua orangtua saya yang hanya pegawai kecil
akhirnya bisa merampungkannya menjadi rumah berhalaman asri yang nyaman.
Beberapa tanaman yang tumbuh di pekarangan |
Nyata
sekali, rayap sudah mulai doyan pada rumah ini. Jejaknya mulai terlihat di
sudut-sudut ruangan. Air hujan pun sudah mulai “menyukainya”. Titik-titik air
merembes di beberapa tempat saat hujan deras.
Entah di bagian mana yang rusak karena ayah yang selalu berusaha memperbaikinya
sudah mengecek dan berusaha memperbaikinya tetapi kembali lagi bocor menyerang.
Dua orang tukang pun sudah pernah dipekerjakan untuk memperbaiki bagian rangka
rumah yang rusak oleh rayap sekaligus seng yang bocor. Tetapi air kembali masuk
melalui celah-celah di langit-langit kala musim hujan.
Kepadatan
kota Makassar sepertinya berbanding lurus dengan memburuknya sistem drainase di
kota ini. Dewasa ini setiap tahunnya, mesti ada daerah yang tergenang banjir
kala hujan turun dalam debet yang besar. Hanya rahmat Allah saja yang selama
ini menyelamatkan kota ini dari bencana banjir berkepanjangan karena berkat
Maha Kasih-Nya, hujan deras tak pernah turun hingga lebih dari dua jam lamanya
tanpa henti. Sering terpikir, seandainya Allah hendak menguji dan Dia
menurunkan hujan lebat selama seminggu berturut-turut, habislah kami. Na’udzu
billah. Semoga Ia melindungi kami dari hal demikian.
Jl. Inspeksi Kanal, Rappocini, salah satu tempat bermain favorit anak-anak |
Sampah. Entah sengaja di buang ke sana atau tertiup angin. |
Papan biru itu bertuliskan: Mari ki' jaga kebersihan kanal ta' (Mari kita jaga kebersihan kanal kita) |
Saat hujan, air di kanal cepat sekali meluap. Sedang tak hujan saja sudah setinggi itu. |
Got samping rumah (temboknya yang sebelah kanan) mentok sampai di ujung bambu itu |
Seperti
juga di lokasi lain, banjir menjadi masalah di lingkungan kami. Di jalan
Rappocini Raya suatu ketika pernah terlihat bagai sungai setelah hujan deras
sekitar dua jam. Kendaraan yang melintas harus melalui “sungai dadakan”
setinggi mata kaki. Harus hati-hati kalau tak mau tercebur ke got. Ini karena
air di kanal cepat sekali meluap.
Air masuk melalui celah-celah di lantai |
Saluran
air kami mentok di tetangga belakang rumah, tak ada jalur menuju kanal. Lima
bulan yang lalu, atas bantuan sebuah PNPM[ii],
diadakan penggalian gorong-gorong sehingga got di depan rumah kami punya akses
ke kanal melalui got depan rumah. Namun rupanya got dari situ yang ke arah
kanal ukurannya kecil sehingga tidak mampu menampung aliran air ketika hujan
deras. Ditambah makin kurangnya daerah resapan air karena tanah kosong sudah
berkurang dan adanya pendangkalan kanal maka tetap saja banjir masuk ke rumah
kami.
Ayah
dan ibu saya hanya pensiunan swasta kecil sekarang tak bisa berbuat banyak
karena tak menerima dana pensiun tiap bulan seperti halnya PNS. Kami -
anak-anaknya juga tak bisa membantu banyak karena kami sendiri belum sampai
pada tahap kebebasan finansial. Rumah ini butuh
banyak perbaikan. Bulan Februari lalu misalnya, instalasi perpipaan diganti
dengan yang baru karena sudah tak memadai lagi. Jalur pipa yang berada di dalam
dinding diganti menjadi berada di luar rumah. Ini pun butuh biaya tentunya.
Penggantian instalasi perpipaan beberapa waktu lalu |
Pipa yang sebelumnya ada di dalam tembok, sekarang ditaruh di luar. Bahannya pun bukan dari logam lagi, tapi dari sejenis plastik yang kuat. |
Beberapa kerusakan |
Kondisi
rumah ini menjadi salah satu kekhawatiran saya. Kasihan kedua orangtua yang
sudah sepuh setiap tahunnya mengalami ini. Sementara saya tak bisa berbuat
banyak. Ah, andai ada solusi yang bisa saya wujudkan untuk membahagiakan mereka terkait hal ini.
Mungkinkah?
Makassar, 22 Mei 2012
Tulisan
ini diikutkan kompetisi blog sebuah bank
[i]
Sumber: artikel berjudul “Makassar Butuh Bantuan APBN untuk Keruk Kanal” di https://makassar.antaranews.com/berita/36609/makassar-butuh-bantuan-apbn-untuk-keruk-kanal
[ii]
PNPM adalah sebuah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis
pemberdayaan masyarakat.
Share :
semoga sukses lombanya kk
ReplyDeletesalam buat pace n mace ta :)
Terimakasih Icha :)
ReplyDeleteAamiin.
saya kadang malah kepikiran ingin tinggal di rumah orang tua saja mbak agar bisa menemani hari tua mereka, namun pekerjaan suami mengharuskan kami sekeluarga harus tinggal di batam dan berjauhan dari orang tua di jawa.
ReplyDeleteTapi saya yakin ketika Allah menempatkan kami sekeluarga di batam, saya yakin ini pasti jalan yang terbaik yang sudah di pilihkan Tuhan untuk Kami.Dengan begini kami jadi tahu betapa berharganya keberadaan sodara-sodara dan orang tua....eh, maaf ya mbak, kok saya malah jadi curhat nih...:)
semoga kontesnya menang ya mbak...salam untuk keluarga mbak niar.
Jalan hidup beda2 ya mbak. DUlu waktu saya masih di Pekanbaru, ibu saya katanya sampai nangis2 karena rumah sepi. Anak2nya tak ada di Makassar :)
DeleteBenar, yang kita jalani sekarang, itulah yang terbaik. Saya yakin orangtua mbak tetap bahagia meski mbak sekeluarga tak atu kota.
Terimakasih ya .. :)
Semoga menang ya kontesnya Mbak Niar...
ReplyDeleteWah rumahnya sudah lama dong ya, 30 taun hihi @_@
Iya ya Na, baru ngeh baca komen Una. Sudah 30 tahun @_@
Deletejadi pengen main kerumah bunda :D
ReplyDeletesukses lombanya
Siapa tahu suatu saat nanti bisa ke Makassar ya :)
DeleteTerimakasih Rian :)
Semoga sucses ya :)
ReplyDeleteAchh tinggal dengan orangtua berarti bisa 'lebih' membahagiakan mereka :)
*Intip DLnya achh...
Iya mbak :) terimakasih. Ayo ikutan umminya Yunda-Hamasah ^^
DeleteAku sepakat dengan Yunda Hamasah dan dirimu Niar.... berkesempatan untuk tinggal bersama orang tua disaat mereka telah lanjut usia, adalah kesempatan emas.... untuk menunjukkan bakti kita pada mereka disaat waktu masih ada...
ReplyDeletesukses untuk kompetisinya yaaa...
Aamiin. Terimakasih sudah mampir kak :)
DeleteSANGAT BERGUNA INFONYA, please kunjungan balik Bro! -Rudyanto Lay
ReplyDeleteTerimakasih :)
Deletewah, menang nih.... Jawarannya blogger, hehe....
ReplyDeleteAamiin terimakasih mbak :)
Delete