Menikah Berarti Menuju ke Balik Tembok Itu!

            Seorang pemuda lajang yang masih di awal tahun pertama kuliah, menuliskan status “Menikah dengan ...” di status hubungannya di Face Book. Begitu pula dengan status kekasihnya, tertulis menikah dengan sang pemuda. Sambil geleng-geleng kepala, tergumam dalam hati, “Kamu tidak tahu Nak, seberat apa ternyata yang namanya pernikahan. Menikah itu tidak seringan mengucapkannya dan menuliskannya”. Itulah makanya di dalam al-Qur’an ia disebut ‘mitsaqan ghalizha’, yang berarti ‘perjanjian yang sangat berat’. Karena peminangan adalah salah satu bentuk pengagungan kepada Allah SWT. Kita mengagungkan Allah dengan menghalalkan karunia kecintaan kepada lawan jenis melalui pernikahan[i].
            Menikah berarti menuju tembok tinggi, di mana kita sama sekali tidak tahu apa yang ada di baliknya. Setelah akad, kita dibukakan ‘pintu’ untuk menuju balik tembok itu. Setelah itu, seiring berjalannya waktu kita akan sering terpesona, terhenyak, ataupun terpuruk dengan kalimat, “Ooo seperti ini ya rasanya menikah?”. Itu makanya ada pasangan yang hanya betah bertahan selama setahun padahal mereka sudah saling mengenal lebih dari lima tahun.
            Di balik tembok itu ada beragam rasa. Ada manis, ada asin, ada asam, bahkan ada pahit. Di balik tembok itu ada suka dan ada pula duka. Dukanya bisa berbanding lurus dengan suka, atau ‘pergerakan’ dukanya eksponensial terhadap suka. Tetapi bisa jadi pergerakan suka yang eksponensial terhadap duka karena pasangan yang menjalani pernikahan ini ikhlas bersikap abai terhadap duka yang mengemuka. Melalui tembok itu berarti menantang iblis karena iblis sangat suka mengganggu keharmonisan rumah tangga sepasang insan. Karena iblis sangat tak suka ada rumah tangga yang memiliki pondasi iman dan takwa yang kuat, sehat jasmani lagi ruhani, yang bisa menghasilkan keturunan yang tangguh sehingga berhasil mengemban misi khalifatul fil ‘ardh yang sesungguhnya.
            Bahtera rumah tangga yang berlayar di balik tembok itu tidak hanya mendapat laut yang tenang tetapi juga ombak yang memabukkan, bahkan badai yang bisa mematikan. Bukan mematikan badan, tetapi mematikan hati penumpangnya. Di balik tembok itu setiap saat ada ujian yang bisa datang dari mana saja. Yang terberat adalah mereka saling menguji satu sama lain dengan egoisme mereka masing-masing. Dan jika ingin memenangkan pertarungan dunia-akhirat, mereka harus senantiasa kembali kepada niat semula: ibadah. Dalam ibadah ada sabar, syukur,  dan ikhlas. Di balik tembok itu, Allah janjikan beragam pahala, mulai dari pahala sedekah hingga pahala jihad. Subhanallah. Namun jika tak pandai-pandai berlayar, ancaman neraka-Nya menyerta.
            Oleh karenanya, berbekallah menuju tembok itu! Ada puluhan bahkan ratusan rumah tangga di sekitar. Ada puluhan, bahkan ratusan buku yang membahas mengenai pernikahan. Ada televisi, juga internet. Ada munajat yang bisa dipinta kepada Sang Pemilik Hidup. Demikian pun kala bahtera sudah berlayar, bekal haruslah terus ditambah. Jangan sampai bahtera itu karam, jangan sampai penumpangnya kelaparan. Jika dua insan sama ikhlas, genggaman tangan mereka akan sangat kuat. Jiwa mereka bersatu. Jangankan ombak yang memabukkan atau badai yang mematikan, bahkan iblis yang laknat pun tak bisa mengalahkan mereka. Jikalau badai teramat sangat dahsyat (yang berarti iblis menggoda dengan cara yang teramat sangat jahat). Sebisa mungkin janganlah berbalik kembali. Karena itu berarti harus membobol tembok yang sudah tertutup di belakang, dan pasti akan ada kerusakan dan kepiluan. Maka jelas ada noda tertoreh pada catatan amal kelak di yaumil akhir.
Makassar, 21 Apil 2011

Renungan buatku yang telah memasuki usia 12 tahun pernikahan. Dan buat siapa saja yang bersedia ikut merenung bersamaku. Mudah-mudahan keberkahan di anugerahkan oleh-NYA, Sang RahmanirRahim, di dunia dan akhirat.



[i] Mohammad Fauzil Adhim, “Kupinang Engkau dengan Hamdalah”, Mitra Pustaka, 1998.


Share :

25 Komentar di "Menikah Berarti Menuju ke Balik Tembok Itu!"

  1. Banyak yang mengira pernikahan sekedar, menghalalkan hubungan biologis...padahal anggapan seperti ini bahkan tidak mencapai bau dari pernikan itu sendiri. Menikah sejatinya jauh lebih dalam dari pada itu..menikah berarti terjun ke kedalaman tak terhingga dari penyatuan sejati dua hamba..demi mancapai gelar 'HambaKU'. seorang 'sahabat' pernah, mengatakan 'mencintai berarti engkau siap berubah, tanpa mengharapkan ia akan berubah'..yang berarti siap mengalah..tanpa perlu terkalahkan..siap menang tanpa merasa menang...menikha berarti dua pribadi menyatu di kesejatian dimensi kehambaan kepada Sang Pemilik Segala Maha....

    ReplyDelete
  2. Sipp dah :)apalagi kalau menyatunya bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat (baca: surga). Subhanallah ...

    ReplyDelete
  3. Izin share ya,kk :)
    Berhubung teman-teman fb saya (yg kebanyakan ABG) itu banyak yang relationship statusnya "married to... blablabla"

    hehehe

    ReplyDelete
  4. Dengan senang hati dik Andy Hardiyanti ...
    Wah, saya tidak mengira ternyata yang punya status 'nikah' padahal belum ternyata banyak jg ya? Ck ck ck ck ....

    Perbanyak bekal dululah ...
    Trust me : a marriage isn't easy as you mention it. Beban tanggung jawabnya masya Allah berat. Di situ pun batas antara haram dan halal.
    Hati-hati menjalananinya bahkan menulis status! (Orang yang nikah sdh malah sering nulis 'lajang' atau ngaku lajang) Ck Ck Ck

    ReplyDelete
  5. Wow... nice article k'...
    Izin share juga.....
    Menikah memang bukan perkara yang gampang (itu yg dikatakan oleh Ibu saya). So... jgn asal pilih suami gara2 takut jadi perawan tua...

    Banyak teman2 sy yang menikah muda, buru2 menikah karena MBA, buru2 menikah krn takut ga laku... tp smua itu tidak b'tahan lama krn niatx blm lurus. Banyak yg ditinggal pergi sama suamix, di cerai, ataupun dimadu.

    Naudzubillah.... Semoga Allah memberikanku jodoh yang terbaik menurutNya.

    ReplyDelete
  6. Meskipun Saya tidak tahu apa itu pernikahan dan apa itu pacaran, tetapi Saya kok merasa bahwa masa-masa pendekatan lebih menyenangkan dibandingkan setelah berhasil menikah. Mungkin ini menunjukkan bahwa perjuangan yang dilakukan untuk meraih sesuatu jauh lebih berarti dibandingkan ketika kita berhasil mendapatkannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. :D mungkin kalau tujuan akhir ny adalah menikah akan seperti itu kejadianny mb'.....tp jika tujuan kita adalah ibadah insyaallah kebaikan akan menyertai....dan tujuan akhirny adalah bersama di surga....bukan hanya berhasil menikah....karna berhasil menikah itu bukan akhir...tp baru awal dri dimulainy suatu perjuagan yg sebenarny....hehehe....

      Delete
  7. nice post..menjadi renungan untuk saya juga bun yg blom menikah....

    ReplyDelete
  8. @Nunu:
    Amin Ya Rabb.
    Betul, jangan peduli apa kata orang. Kalau memang orang yang tepat belum datang, jangan asal 'embat'. Kalau jd perawan tua pun toh tak apa, insya Allah di surga-Nya ada jodoh yang sesuai.

    Kalau pun lama tak bertemu soul mate tak apa. Toh melajang bukannya aib.

    Mudah2an Nu, insya Allah, tetaplah berbaik sangka pada-NYA ^^

    ReplyDelete
  9. @Tukang Pos:
    Apalagi jika perjuangannya diridhai-Nya yah ^^
    Makasih sudah berkunjung

    ReplyDelete
  10. @Meutia Rahmah:

    Terimakasih sudah berkunjung Meutia.
    Sipp, bekalnya mulai dari sekarang dikumpulkan supaya besok2 tidak terkaget2 ^^

    ReplyDelete
  11. waaahhh jadi cenat cenut bacanya...syukron bunda, jadi referensi buat saya yang belum menikah^_^

    ReplyDelete
  12. Renungan yang mengingatkan. Keren.

    ReplyDelete
  13. izin share bun...renungan untuk saya yang 'belum berani' mnegambil keputusan untuk menikah...
    salam kenal ^_^

    ReplyDelete
  14. @Phuji, Usman, dan Tia:

    Terimakasih sudah membaca ^^
    Silakan Tia ^^

    ReplyDelete
  15. wow,,, hati di kala bingung kaya gini
    thanx

    ReplyDelete
  16. @Mohan King:
    Wow .. bingungnya kenapa ? ^^

    ReplyDelete
  17. assalamu'alaikum niar..
    Tulisan yang bagus banget... by the way hebatnya masih bisa menulis terus,.. di bungsu ada yg mengasuh ya? masih sempat niar menulis..
    salam utk pasukan kecil di rumah..

    ReplyDelete
  18. Wa 'alaikum Salam Wr. Wb.
    Hei Indah ... senangnya dikunjungin Indah.
    Tidak ada Indah, tidak ada asisten yang membantu.
    Alhamdulillah masih bisa menulis ...
    Terimakasih ya, sun sayang juga buat Dzaki dan adik2nya :)

    ReplyDelete
  19. izin share ke fb ya Bunda... ^______^

    ReplyDelete
  20. @Emje:
    Silakan .. dengan senang hati ^__^

    ReplyDelete
  21. Nge-klik link postingan kk yg ini. Ternyata sy sdh pernah membbacax n berkomentar. gpp ya kak komentar 2x.
    Subhanallah membaca tulisan kk yg kedua kalinya ini membuat sy merinding dan meneteskan air mata.

    *)baru dihayati tulisanx k' :)

    ReplyDelete
  22. subhanallah...bermanfaat. krn pernikahan itu membutuhkan knowledge and skills:)

    ReplyDelete
  23. Tulisannya bagus bundaa �� bermanfaat sekali.. keep sharing ya bunnd .. berkah dan sehat selalu.. amin

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^