Pendar-Pendar Cahaya dari Balik Sampah

Pendar-Pendar Cahaya dari Balik Sampah ini merupakan lanjutan dari tulisan berjudul Perjalanan Mencari Bank Sampah di Makassar. Sama seperti tulisan sebelumnya, tulisan ini dulu tayang di Blogdetik yang blognya sudah almarhum makanya saya pindahkan ke sini. Supaya cerita tentang bank sampah Pelita Harapan dan founder-nya yang inspiratif tetap abadi.

Seorang perempuan mengenakan daster, dari sebuah rumah yang letaknya tak sampai 10 meter dari tempat kami berdiri tergopoh-gopoh mendekati kami. Saya taksir usianya mendekati 50 tahun. Perempuan itu menyalami saya. Ibu Husmiana namanya, sekretaris Bank Sampah Pelita Harapan.

“Saya Suka menulis di internet, Bu. Saya ke sini setelah mendapat informasi di internet tentang bank sampah ini,” saya menyapa bu Husmiana.

Bu Husmiana mengajak saya masuk ke rumah yang dinding pagarnya ditempeli spanduk tata cara menjadi nasabah bank sampah. Di rumah itu ia memanggil seorang perempuan muda. “Di sini pencatatan administrasinya disimpan,” kata ibu Husmiana.

Ngobrol tentang Bank Sampah Pelita Harapan
Setumpuk buku rekening bank sampah dan sejumlah buku catatan administrasi lainnya diletakkan di atas meja di depan kami. Saya tertegun. Cara warga di sini melayani orang yang datang mencari tahu tentang bank unik ini baik sekali. Padahal bisa saja mereka menjelaskan dengan sambil lalu, tidak perlu sampai seperti ini. Baik sekali mereka.

Ibu Husmiana menceritakan, pada tahun 2009 wilayahnya meraih predikat juara 2 dalam ajang Makassar Green and Clean. Waktu itu warga sudah memilah-milah sampahnya. Belum ada bank sampah seperti sekarang. Bank sampah terbentuk pada tahun 2011.

Yang mendukung pada waktu itu adalah Yayasan Peduli Negeri (YPN) dan Forum Kampung Bersih dan Hijau (Forkasih).

Tata cara jadi nasabah Bank Sampah pelita Harapan
Pada awalnya hanya ada 6 orang nasabah yang berasal dari kader – masyarakat setempat. Saat ini sudah ada 177 nasabah dari berbagai golongan dan berbagai wilayah. Termasuk nasabah dari perusahaan seperti pabrik terigu Berdikari dan Hotel Boulevard.

Bagaimana persyaratan untuk buka rekening? Cukup dengan membawa sampah, biarpun 1 kilo gram. Di bank ini ada 2 sistem: simpan-pinjam dan sampah tukar beras. Tetapi bisa pula bila nilai rekeningnya diuangkan sejumlah yang tertera pada buku rekening.

Saat ini masyarakat sudah mengetahui nilai sosial dan nilai ekonomi dari bank sampah dan sampah itu sendiri. Ketua RT tidak lagi perlu payah-payah berteriak memanggil warganya untuk bekerja bakti karena warga jadi punya kesadaran sendiri untuk mengelola sampahnya. Bahkan kalau ada yang lupa memasukkan sampahnya ke dalam rumah, jangan heran kalau sampah itu bisa raib diambil orang. “Kalau ada yang kehilangan sampah, ada mi itu yang pagi-pagi teriak-teriak: ‘Sampahku dicuri orang!’,” kata Bu Husmiana.  Sungguh menggelikan. Kalau di wilayah lain, orang senang saja bila sampahnya diambil orang, di sini tidak demikian. Karena kehilangan sampah juga berarti kehilangan sejumlah uang.

Makassar, 9 Desember 2014

*Bersambung ke tulisan berikutnya*

Mall Sampah: Solusi Masalah Sampah Jaman Now

Keterangan: gambar paling atas berasal dari Pixabay.com. Gambar-gambar lainnya dokumentasi pribadi.

Update:
Saya kira nasabah bank sampah Pelita Harapan sudah jauh bertambah banyak dalam selang waktu 3 tahun lebih. Tidak seperti dulu, sekarang bank sampah sudah menjadi salah satu program pemerintah Kota Makassar, di mana setidaknya di setiap kelurahan ada satu bank sampah. Saya beruntung menjadi salah satu orang yang menyaksikan pelopor bank sampah di kota ini – bank sampah Pelita Harapan yang sudah bersinar sendiri sejak lama, sebelum bank-bank sampah lainnya bermunculan di kota ini.



Share :

3 Komentar di "Pendar-Pendar Cahaya dari Balik Sampah"

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^