Jalan-Jalan Siang di Festival F8 - Antimainstream memang. Orang-orang ke Festival F8 saat sore hari, saya dan anak-anak datangnya siang hari. Soalnya di tahun-tahun lalu (2016 – 2018), pengalaman malam hari di F8 saya merasa tak nyaman dengan banyaknya orang. Memang bukan tipe penyuka keramaian sih ya, saya lebih suka datang di siang hari atau sore hari.
Di tahun-tahun lalu itu beberapa kali saya datang sore dan pulang usai shalat maghrib tapi kali ini saya menghindari pulang usai maghrib berhubung Makassar makin macet, apalagi di daerah sekitar Anjungan Pantai Losari, tempat pelaksanaan Festival F8 dilangsungkan.
Jadilah Sabtu, 10
September siang itu saya beserta anak tengah dan anak bungsu pergi ke lokasi
Festival F8. Seingat saya jelang zuhur biasanya sudah cukup banyak booth dan
peserta festival yang buka namun tidak hari itu, kebanyakan booth masih
tutup jadi kami jalan-jalan saja, menyusuri anjungan dari arah utara ke selatan
dan berakhir di Masjid Amirul Mukminin.
Booth Dinas Pariwisata Makassar
buka, saya meminta brosur-brosur yang dipajang. Ada 4 brosur yang membahas
hal-hal menarik tentang Makassar yaitu Explore Makassar Sejarah, Explore
the Historical Tourism in Makassar, Explore Makassar Culinary Tours,
dan Explore the Traditional Dance in Makassar.
Hal menarik lainnya adalah
adanya dinding panjang yang memuat nama-nama jalan di Makassar yang berasal
dari nama-nama orang. Sebuah pengetahuan baru bagi saya. Banyak di antara
nama-nama itu yang tak saya ketahui asalnya. Saya menyempatkan memotret
beberapa menggunakan HP Athifah karena HP saya tiba-tiba saja mati dan tidak
mau menyala lagi.
Hari ini jadi petualangan unik bagi kami. Bagi saya, pengalaman ini juga membuktikan bila kami memang sebuah tim. Entah mengapa HP saya itu tiba-tiba mati. Setiap dinyalakan hanya megap-megap sebentar lalu mati lagi. Bagaimana kami pulang kalau HP mati terus seperti ini? Aplikasi ojol kan di situ, begitu pula e-wallet.
Entah berapa kali saya dan
Athifah mencoba menyalakan HP namun gagal terus. Untungnya masih ada kuota di
HP anak gadis, setelah itu install aplikasi ojol kuning lalu kami order
dan pulang. Sepanjang perjalanan HP saya masih ngadat. Berkali-kali coba
dinyalakan, tetap saja kembali ke layar hitam.
Mencari jalan keluar jadi
tantangan tersendiri pula. Dilihat sepintas, semua jalan di depan masjid ke
arah Jalan Penghibur tertutup. Untungnya salah satu penghalang tidak menutup
rapat, masih ada celah terbuka sehingga saya dan anak-anak bisa melaluinya.
Sesampainya di rumah, HP saya
serahkan ke suami setelah menceritakan tentang HP yang tiba-tiba mati,
"Coba nyalakan barangkali dia mau menyala kalau kita' yang
nyalakan."
Hanya sebentar di tangannya – tanpa perlu menekan tombol on/off, si Papa mengembalikan HP kepada saya dan mengatakan dengan ringan, "Menyala ini. Apa masalahnya?"
Lhoo? Kenapa bisa, ya padahal kan belum
saya nyalakan tadi karena memang HP ini selalu berujung layar hitam setiap kali
dinyalakan alias mati lagi. 🥴
Makassar, 11 September 2022
Share :
Wah kok pas siangnya, belum ada apa-apa ya kan tapi seru juga liat proses penataan panggung. Acaranya ramai banget ya hari itu, enggak kira-kira kalau banyak yang membicarakan. Eh, speechless sama ponselnya bisa gitu, ya. Terima kasih informasinya!
ReplyDeleteWow! Semarang. Saya jadi ingat cerpen 'Kolonel Menembak Seto Dan Membuat Pikun Istrinya Sendiri'. Hehe. Btw, asik juga.
ReplyDelete