Super Didi: Ketika Ketulusan Seorang Ayah Memenangkan Semuanya

Sepenggal adegan dalam film Super Didi mengingatkan saya pada sebuah kisah nyata, ketika seorang kepala keluarga harus menjaga ibundanya di rumah sakit lalu tahu-tahu dia didepak dari pekerjaannya. Salah satu adegan dalam film itu menggambarkan kegalauan seorang ayah ketika dia harus menjaga putrinya dan dead line pekerjaan sedang menuntutnya bekerja keras sehingga tiba-tiba saja salah seorang putrinya masuk rumah sakit.

Arka atau Didi (sebutan untuk ayah oleh putri-putrinya) menjadi luar biasa galau dan merasa lalai karena kesibukan membuatnya tak memperhatikan putrinya. Dia pun mengatakan bahwa dirinya rela meninggalkan project bernilai miliaran rupiah yang sedang dikerjakannya demi buah hatinya.

Super Didi

Sebenarnya film Super Didi rilis 6 tahun lalu tapi saya baru saja menontonnya di aplikasi Disney Hotstar. Angle ceritanya menarik dan tidak biasa sebab menceritakan ketulusan si tokoh utama (Didi) dan beberapa kawannya sebagai ayah yang sangat peduli pada anak mereka.

Dihubungkan dengan kisah anak yang ingin berbakti pada ibunya sebenarnya agak tidak nyambung ya tapi ada kemiripannya dalam hal keinginan berkorban, melepas sesuatu untuk yang lain untuk keluarga yang mana bukan merupakan keputusan mudah. Bayangkan, antara karier dan keluarga!

Mungkin ada yang bertanya-tanya ke mana sosok ibu dalam film Super Didi?

Dalam film Super Didi diceritakan, Wina – si ibu yang oleh kedua putrinya disapa dengan “Muti” berangkat ke luar negeri untuk sebuah keperluan yang juga atas persetujuan suaminya. Awalnya saya merasa agak konyol sih ya penyebab kepergiannya ke luar negeri namun kemudian saya memahami bahwa itulah bentuk kepedulian Didi dan Muti terhadap sahabat mereka.

Pada akhirnya, nantinya pasangan suami-istri sahabat Muti memetik pelajaran dari kehidupan keluarga Didi-Muti yang alur klimaksnya terjadi pada saat putri mereka pentas pada acara sekolah. Nyaris saja mereka berdua tak bisa hadir karena sejumlah masalah justru bermunculan menjelang hari pelaksanaan pentas.

Lalu bagaimana dengan bantuan keluarga besar dan asisten seperti pada kebanyakan orang?

Dalam keluarga Didi-Muti, ada juga bantuan keluarga besar, yaitu kedua orang tua Muti tapi keduanya tak bisa terlalu diharapkan. Ada juga asisten rumah tangga namun tentunya urusan pengasuhan dan pendidikan anak tak bisa diserahkan sepenuhnya kepada ART. Si ART yang ceriwis malah mengingatkan tuannya, “Anak itu dipegang sama orang tuanya sendiri!”

Hal seperti ini ada di kehidupan nyata. Tak selamanya pasangan suami istri bisa bergantung kepada orang tua mereka dalam hal pengasuhan anak.

Ketulusan ayah

Ketika orang tua tak bisa menggantikan posisi mereka, pasutri itu harus siap menanganinya sendiri sebagaimana Didi yang mengupayakan antar-jemput kedua putrinya, menemani bermain dan belajar, menjalin rambut ala kepangan si tokoh animasi Elsa, menemani putrinya nonton film Elsa, hingga menjadi Buto Ijo – partner dalam latihan pementasan putrinya di tengah-tengah kesibukan kantornya.

Satu hal yang patut dipuji, film ini menyuguhkan tentang kesadaran mengenai betapa pentingnya peran ayah bagi buah hati mereka dan kepedulian untuk mengakomodasi keinginan istri.

Saya suka film ini. Saya suka!

Adegan klimaks – pementasan drama beserta adegan Didi saat berada di rumah sakit merupakan dua adegan favorit saya. Bukan berarti saya tak menyukai adegan lain, saya menyukainya, sebagai rangkaian cerita yang menarik. Secara keseluruhan cerita, film ini bagus sekali.

Apalagi ada bagain-bagian tertentu yang dikemas ala komedi, seperti ketika Didi mewakili istrinya untuk menghadiri arisan perkumpulan yoga dengan mengenakan kostum retro lengkap dengan wig berwarna pirang lalu dia bertemu dengan atasan di kantornya di sana.

Juga ketika kawan-kawan Didi Arka dari grup PEMBAJAK (perkumpulan bapak jaga anak) muncul. Salut, film yang berdasarkan kisah nyata ini menampilkan grup “Pembajak” yang masih menjadi kontroversi bagi sebagian orang. Yang mana ketika ibu tak ada, ayah bersedia tampil dengan penuh cinta.

Saya jadi ingat sebuah tulisan singkat di Quora. Seorang bapak muda mengatakan (yang kurang lebih bunyinya seperti ini): tidak tepat istilah “membantu istri” dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak karena anak itu kan anak bersama, bukan anak istri saja. Maksudnya adalah bahwa merupakan peran bersama dalam mengurusi pekerjaan rumah dan mengasuh anak karena sesungguhnya pasutri itu satu tim.

Begitu pulalah pesan dalam film Super Didi ini. Yaitu bahwa peran ibu dan ayah itu setara. Mereka merupakan tim yang seharusnya solid dan mampu mengomunikasikan dengan baik permasalahan dan tantangan yang muncul, alih-alih saling menyalahkan.

Juga bahwa ketika berada dalam persimpangan, konsekuensi dari setiap keputusan pasti ada. Jika bisa dikomunikasikan dengan baik dan mendapatkan win-win solution sebagaimana kegalauan Arka yang terpecahkan dengan mengerjakan project dari rumahnya maka jalanilah.

Peran ayah

Jika tidak? Ah ya, dalam film ini hasilnya win-win solution tapi jika Anda sedang berada dalam posisi tak menemukannya dengan mudah maka …

Bersandarlah pada kehendak Tuhan. Umat Islam diajarkan untuk melakukan shalat istikharah ketika dihadapkan pada 2 pilihan yang sama-sama berat memutuskannya.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (Q.S. Al-Baqarah: 216).

Sampai di sini mengingatkan saya akan tawaran bagus yang datang kepada saya dan harus saya sikapi dengan baik. Suami menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada saya. Saya mengatakan padanya bahwa saya butuh menegakkan shalat istikharah terlebih dulu sebelum memutuskan sebab kalau Allah yang berkehendak maka apapun tantangannya, in syaa Allah kami bisa hadapi dengan baik dan akan memberikan kebermanfaatan yang luas, serta baik untuk keluarga kami.

“Ya, petunjuk Allah pasti benar,” timpal suami saya.

Well, butuh informasi mengenai film keluarga yang mencerahkan sekaligus menghibur? Tonton SUPER DIDI.

Makassar, 13 Mei 2022



Share :

2 Komentar di "Super Didi: Ketika Ketulusan Seorang Ayah Memenangkan Semuanya"

  1. Hemm ini yang sering aku rasakan, sebagai anak perempuan disayang itu pastinya hal berharga banget. Bukan ibu malah ayah rasanya yang paling dekat, cuma gak ada hari ayahnya. Kalau ada banyak yang mau kuungkapkan ke pria hebat satu ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hari Ayah ada, Mbak ... 12 November, mulai diperingati tahun 2006.

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^