Cara Kita Stop Pneumonia pada Anak

Cara Kita Stop Pneumonia pada Anak Kisah Sakitnya Ibu Mertua di Bulan Ramadan 2019 menambahkan satu catatan penting mengenai jenis penyakit yang perlu diwaspadai dalam keluarga kami. Saat itu beliau divonis pneumonia ringan namun tak semakna dengan kata “ringan” dalam nama penyakitnya, gejala penyakit ini sungguh tak ringan. Suami yang menjaga ibundanya di rumah sakit menceritakan, pada suatu hari ibunya kesakitan dan mengatakan sakitnya terasa dari dada hingga tembus ke punggung. Baru kali itu ibu mertua mengerang-erang dengan suara yang jelas. Padahal beliau biasanya sangat sabar. Suami saya bilang, saat itu dia sulit tidur semalaman karena menunggui ibunya yang kesakitan.

 

Cara STOP Pneumonia


Gejala Pneumonia

 

Nyeri dada adalah salah satu gejala yang dirasakan oleh penderita pneumonia. Itulah yang dirasakan oleh ibu mertua saya, rasa sakit yang teramat sangat pada dadanya hingga tembus ke belakang. Selain itu, beliau batuk-batuk, sesak napas, napasnya pendek-pendek dan cepat.

Terbayangkankah seperti apa rasanya penyakit ini jika diderita oleh bayi?

 

Mertua pneumonia
Sepenggal postingan blog ketika mertua sakit.

Seorang kerabat menceritakan kepada saya tentang bayi dari kerabatnya yang terlahir prematur. Saat bayi itu masih sangat muda, dia didiagnosa pneumonia. Hingga kini, belum lagi usianya menginjak 5 tahun, entah sudah berapa kali masuk-keluar rumah sakit karena penyakit itu.

Stoppneumonia.id menyebutkan gejala pneumonia pada anak yang harus diwaspadai orang tua adalah sebagai berikut:

• Demam.

• Batuk, baik kering maupun batuk berdahak.

• Sult bernapas. Umumnya anak tetap akan merasakan kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat.

• Bernapas dengan tempo cepat.

• Nyeri pada perut yang bisa terjadi karena usaha anak yang terlalu keras untuk bernapas secara normal.

• Muntah-muntah.

• Rasa nyeri pada bagian dada.

• Penurunan aktivitas.

• Kehilangan nafsu makan.

• Pada kondisi yang lebih parah, warna bibir dan kuku anak akan membiru.

 

Apa Itu Pneumonia

 

Pada hari Kamis, 12 November lalu saya mengikuti webinar bertajuk Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020. Dalam presentasinya, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si menjelaskan mengenai pneumonia dan bagaimana mencegah serta mengatasi sakit berat dan kematian akibat pneumonia.

Pneumonia adalah radang paru yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur yang ada di mana-mana yang masuk ke saluran pernapasan, mulai dari hidung, saluran pernapasan hingga paru-paru bayi/balita dan menimbulkan demam, batuk, pilek, atau sesak napas.

Jika kekebalan tubuh bayi/balita rendah, paru-paru bisa rusak sehingga fungsinya terganggu. Hal ini menyebabkan napas menjadi sesak/cepat karena oksigen berkurang dan bisa menimbulkan sakit berat bahkan meninggal, terutama yang memiliki berat lahir rendah atau memiliki penyakit kronis.

 

Cynthia Lamusu

Cynthia Lamusu tampil untuk berbagi cerita mengenai kekhawatiran akan pneumonia karena kedua bayi kembarnya lahir prematur pada usia kehamilan 33 pekan. Sebagaimana diketahui, bayi lahir prematur itu kondisi organ-organ tubuhnya belum berkembang baik sebagaimana bayi yang lahir cukup bulan.

Cynthia Lamusu merupakan salah satu nara sumber pada event yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Kesehatan, Organisasi Aksi Solidaritas Kabinet Kerja (OASE Kabinet Kerja), PT. Pfeizer Indonesia, dan Save The Children ini.

Mengetahui angka kematian bayi dengan pneumonia cukup tinggi, Cynthia dan suaminya Surya Saputra sempat merasakan hidup seakan mengendarai roller coaster. Semua cara mengantisipasi timbulnya ancaman terhadap bayi prematur dilakukan. Alhamdulillah masa-masa menegangkan itu terlewati.

 

Tingginya Angka Kematian Bayi dan Balita Akibat Pneumonia

 

Ternyata angka kematian bayi dan balita akibat pneumonia tinggi, lho. PBB sudah serius menyuarakan penanganannya sejak tahun 2016. Prof. Soedjatmiko memaparkan data dari Subdit Surveilans ISPA, Kemkes RI 2020 yang menunjukkan tingginya angka bayi dan balita yang mengidap pneumonia (lihat gambar di bawah).


Data Pneumonia pada anak

Untuk data tahun 2020 saja sudah 443 orang bayi dan balita yang meninggal. Diduga kemungkinan ada yang terpapar covid-19. Mengapa? Karena kejadian infeksi covid pada anak di Indonesia tergolong tinggi di banding negara-negara lain di dunia, yaitu 9,1%.

Host acara, Dokter Lula Kamal mengatakan bahwa terjadi kematian >800.000 bayi dan balita per tahun atau >2.000 per hari di seluruh dunia. Menjadi mengkhawatirkan karena angka ini lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kematian bayi dan balita akibat penyakit lain seperti diare, malaria, dan demam berdarah.

Kabar baiknya, Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang memiliki perkembangan yang baik dalam mengatasi pneumonia. Sebuah usaha yang signifikan karena Indonesia termasuk dalam 30 negara yang memiliki beban pneumonia tinggi di dunia. Dengan kata lain, pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia.

 

Penyebab Bayi dan Balita Menderita Pneumonia

 

Yang menyebabkan bayi/balita menderita /pneumonia adalah ketika kekebalan tubuhnya rendah, si bayi/balita terpapar virus, bakteri, atau jamur melalui udara, asap rokok, atau asap/debu dalam rumah.

Kekebalan tubuh rendah bisa saja disebabkan oleh ASI yang hanya sedikit diperoleh dari ibu, gizi kurang, imunisasi tak lengkap, berat lahir rendah (bayi prematur umumnya lahir dengan berat badan rendah), atau penyakit kronis seperti HIV dan lain-lain.

 

Cara Mencegah Pneumonia pada Bayi dan Balita

 

Bagaimana cara mencegah pneumonia pada bayi dan balita dibahas dalam webinar Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020.

 

Hj Wury Ma'ruf AMin

Tokoh-tokoh yang hadir secara daring, yaitu Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin, Menteri Kesehatan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, CEO Save The Children Indonesia, Prof. Soedjatmiko, Atiqah Hasiholan, Cynthia Lamusu, dan Surya Saputra menyampaikan banyak insight terkait pencegahan pneumonia pada anak. Saya meramunya dengan sumber-sumber lain menjadi:

 

1. Menyediakan Lingkungan yang Sehat Bagi Bayi dan Balita

 

1.1. Jangan merokok.

 

Orang tua dari bayi/balita jangan merokok. Setidaknya dua ayah yang diminta testimoninya pada acara daring yang disaksikan oleh ratusan orang ini mengakui diri mereka sebagai perokok. Mereka berkisah mengenai anak-anak mereka yang sembuh dari pneumonia.

 

Bahaya rokok


Tahun 2014 pernah ramai dibahas, setelah dari sebuah forum online, seseorang dengan akun 05072013 mengisahkan putrinya meninggal dunia pada usia 1 tahun 10 hari akibat pneumonia akut karena ayahnya seorang perokok meskipun merokoknya di luar rumah.

Pada tahun 2019 lalu, seorang ibu mengunggah di akun Facebook perihal bayinya yang mengidap bronkopneumonia yang Bisa Berakibat Kematian

Dokter Arifianto, Sp.A mengatakan – sebagaimana dilansir DetikHealth bahwa asap rokok efeknya sampai 10 meter. Walaupun merokoknya di luar rumah tetap ada risiko asap masuk ke dalam. Mengapa?

Karena residu racun rokok yang menempel di baju maupun benda, gorden, seprai, dan sebagainya menjadikan orang yang terpapar toksin dari rokok melalui benda disebut sebagai third hand smoker. Risiko third hand smoker sama seperti second hand smoker (perokok pasif).

"Tetap saja (berisiko) biar merokok di kantor atau di perjalanan tetapi baru masuk rumah langsung peluk, gendong, atau cium anak tanpa mandi, bersih-bersih dan sikat gigi dahulu," ungkap dokter lulusan Universitas Indonesia tersebut.

Pada Berita Kedokteran Masyarakat berjudul Kebiasaan Merokok Keluarga Serumah dan Kejadian Pneumonia pada Balita di Bantul yang terbit tahun 2017 diperoleh korelasi antara kebiasaan merokok keluarga serumah dengan kejadian pneumonia di Kabupaten Bantul.

 

1.2. Kurangi kebiasaan mencium bayi dan balita.

 

Kebiasaan kita orang Indonesia nih. Jika berkunjung ke sebuah rumah yang ada bayi atau balitanya, langsung main peluk dan cium. Jika sedang dalam kondisi batuk atau pilek, jangan sekali-kali melakukannya.

Kalau sedang tidak batuak atau pilek pun. Kalau dari luar, jangan sampai ada residu asap rokok yang melekat pada diri dan pakaian kita.



Video lengkapnya, di channel Save The Children


1.3. Memperhatikan kesehatan bayi dan balita.

 

Kartu Menuju Sehat yang diberikan ketika memeriksakan bayi setiap mendapatkan vaksin bisa menjadi pegangan untuk kondisi kesehatan umum bayi dan balita. Memperhatikan makanan dan minuman apa yang selayaknya dikonsumsi bayi juga menjadi perhatian penting.

Bahwa bayi sebaiknya hanya mengonsumsi ASI saja sejak lahir hingga berusia 6 bulan. Hal ini disebut dengan ASI eksklusif. Dalam buku Mengenal ASI Eksklusif yang ditulis oleh Dr. Utami Roesli, SpA., MBA., CIMI disebutkan bahwa komposisi ASI adalah lebih dari 200 unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih.

 

Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” – sehingga tidak mungkin ditiru buatan manusia.

 

Selanjutnya, mengenai MPASI (makanan pendamping ASI) berkualitas untuk bayi di atas 6 bulan hingga berusia 5 tahun juga perlu diperhatikan, termasuk bagaimana imunisasi dan vitaminnya.

 

1.4. Menjalankan pola hidup bersih.

 

Masa pandemi covid-19 ini mengingatkan kita semua tentang pelaksanaan pola hidup bersih. Sebenarnya bukan hanya di saat pandemi pun kebiasaan mencuci tangan penting untuk dilakukan, apalagi sebelum menyentuh bayi dan balita.

Cynthia Lamusu menceritakan bagaimana dia dan sang suami – Surya Saputra begitu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya ketika bayi kembar mereka Bima dan Tatjana yang terlahir prematur pulang ke rumah.

Cynthia membatasi diri bertemu orang lain dengan, ia tidak ingin dijenguk hingga bayi-bayinya berusia 6 bulan. Air purifier dipergunakan untuk memperbaiki kualitas udara di sekitar mereka.

 

2. Mendukung Kampanye Stop Pneumonia

 

Save The Children menyelenggarakan Festival Anak Sehat Indonesia sebagai bagian dari perayaan Hari Pneumonia Dunia yang jatuh pada tanggal 12 November. Sejak tahun 2019, Save The Children giat melakukan kampanye Stop Pneumonia juga mengedukasi terkait dengan perubahan perilaku masyarakat, bekerja sama dengan berbagai pihak.


Selina Patta Sumbung

 

Selina Patta Sumbung – CEO Save The Children Indonesia mengatakan bahwa pneumonia yang dijuluki sebagai the forgotten killer of children merupakan pembunuh balita nomor 1 di dunia. Di Indonesia, penyakit yang menyerang paru-paru ini menduduki dua besar, bersama dengan diare.

Program kerja dari Save The Children International diteruskan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik di Indonesia. Yayasan Sayangi Tunas Cilik adalah LSM independent yang bekerja sebagai mitra pemerintah dalam memastikan hak anak terpenuhi dan memastikan bahwa kepentingan anak dijunjung tinggi oleh semua pemangku kebijakan.

Stop Pneumonia adalah kampanye terintegrasi yang menyasar perubahan perilaku guna mengatasi pneumonia pada anak ke masyarakat luas, sosialisasi kepada para pemangku kepentingan, mobilisasi sosial, dan kampanye parenting untuk menguatkan peran ayah di dalam keluarga.

Berikut ini pesan-pesan Kampanye STOP PNEUMONIA:

S – ASI eksklusif selama 6 bulan menyusui ditambah pemberian MPASI sampai usia 2 tahun.

T – Tuntaskan imunisasi untuk anak.

O – Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.

P – Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih – sehat.

 

Mengapa Kita Semua Perlu Terlibat dalam Kampanye Stop Pneumonia?

 

Karena pneumonia menjadi salah satu penyakit pembunuh utama bayi dan balita di negara kita maka mau tidak mau dibutuhkan peran banyak pihak untuk terlibat. Pemerintah tentunya melakukan bagiannya, demikian pula para petugas kesehatan. LSM seperti Save The Children juga telah melakukan bagiannya.

Maka masyarakat pun perlu menjalani peran masing-masing, minimal mengetahui informasi terkait penyakit ini dan cara pencegahannya, serta mengedukasi dan menerapkannya di dalam lingkungan keluarga sendiri. Media sosial bisa menjadi cara untuk lebih menyerbarluaskan informasi ini.


Para peserta webinar STOP Pneumonia

Mengapa kita semua perlu terlibat dalam kampanye Stop Pneumonia, adalah karena ke depannya, ketika Indonesia mengalami bonus demografi, harapannya penduduk usia produktif kita sehat jiwa dan raga.  

Bonus demografi adalah bonus yang diperoleh suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya (fan page FB BKKBN).

Penyakit berbahaya bisa berakibat buruk pada kualitas generasi penerus kita. Bukan hanya kesehatan, intelektual pun bisa terpengaruh, berikut ekonomi dan sosial. Maka perlu gerakan bersama agar pengendalian bisa dilaksanakan sebaik mungkin. Agar tercipta generasi penerus yang sehat.

Tentunya kita berharap meletakkan harapan akan masa depan bangsa ini kepada generasi penerus bangsa yang sehat jiwa dan raganya, kan?

Makassar, 23 November 2020

 

 

Tambahan referensi:

  • ·       http://stoppneumonia.id/, diakses 15 November 2020, pukul 10:48.
  • ·       https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2534413/terpapar-residu-asap-rokok-ayahnya-bayi-ini-meninggal-kena-pneumonia, diakses 15 November 2020, pukul 10:48.
  • ·         https://media.neliti.com/media/publications/163809-ID-kebiasaan-merokok-keluarga-serumah-dan-k.pdf, diakses 15 November 2020 pukul 14:44.
  • ·        https://health.grid.id/read/351652409/ayah-perokok-berat-bayinya-terkena-imbasnya-sakit-bronkop.neumonia-yang-bisa-berakibat-kematian?page=all, diakses 15 November 2020 pukul 15:00.
  • ·        https://www.mugniar.com/2010/12/komposisi-asi-lengkap-dan-terbaik-bagi.html.
  • https://www.mugniar.com/2019/06/kisah-sakitnya-ibu-mertua-di-bulan-ramadan.html



Share :

109 Komentar di "Cara Kita Stop Pneumonia pada Anak "

  1. Menyeramkan penyakit pneumonia pada anak2 ini. Terkadang ga kelihatan gelajanya eh tau2 si anak sudah terjangkit. Orang tua mesti menjaga asupan bergizi, pola makan, gaya hidup yang baik. Jangan lupa vaksin lengkap pada anak mesti diperhatikan. Berhati2 sama orang yang batuk, bersin dan benda2 pribadi itu penting ya, juga udara..mudah lewat itu penularannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, penularannya kewat droplet juga, Banyak orang yang sembarangan kalau batuk dan bersin.

      Delete
  2. Sebenernya dengan adanya virus Corona ini, kita semua sudah harus terbiasa dengan menggunakan prosedur kesehatan yang aman.

    Coba bayangin, kita kan sama aja dengan menghindari droplet jika menggunakan masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun terus menerus.

    Pneumonia dan TB gejala hampir sama dengan covid 19

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya, Mbak Tanti ... seharusnya demikian ya ... pada kenyataannya banyak yang mengabaikan :(

      Delete
  3. pneumonia pada anak memang harus terus menerus di edukasi kepada masyarakat ya agar semakin banyak juga masyarakat yang peduli dengan bahayanya pneunomia pada anak.. bagaimana cara agar anak tidak berdampak pneumonia memang sebagai orangtua harus teredukasi tentang ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mak. Orang tua harus dapat wawasan tentang pneumonia.

      Delete
  4. benar sekali ya mbak niar, pneumonia ini penyakit yg sangat mematikan tapi bisa dicegah dan diobati
    makanya juga butuh kerjasama banyak pihak ya mbak, untuk STOP Pneumonia ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, karena bukan tanggung jawab pemerintah saja atau Save The Children saja ya Mbak.

      Delete
  5. Penumonia emang terkenal sebagai penyakit yang berbahaya. Apalagi untuk anak-anak yang orang tuanya perokok aktif. Thanks for sharing this awesome article....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali, Mas. Terima kasih sudah membaca.

      Delete
  6. banyak yang meremehkan pneumonia ya mbak, padahal dia termasuk salah satu penyakit berbahaya apalagi trend merokok di indonesia tu sudah pada tahap mengkhawatirkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah, Mbak WInda .. semoga saja semakin banyak yang bisa terjangkau wawasannya dengan acara seperti ini ya.

      Delete
  7. Stop kebiasaan mencium bayi dan balita ini penting banget, reminder juga buat saya. Kalaupun gemas, ya minimal sudah mandi, ganti pakaian, intinya sih memastikan diri dalam keadaan bersih, baru deh uyel uyel si bayi/balita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betuuul. Jangan baru datang langsungpeluk erat ya.

      Delete
  8. Pneumonia walau ringan tetap aja penampakan gejalanya udah serem, ya. Pingin deh, ngusir para perokok biar ga bikin bayi jadi korban.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, iya Mbak Farida. seperti yang dialami ibu mertua saya itu.

      Delete
  9. Kasihan sebenernya balita yang orang tuanya perokok berat, otomatis terhirup asap rokoknya juga. Semoga para orangtua yang masih merokok segera sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu berbahaya utk anak mereka

    ReplyDelete
  10. Aduh serem ya mba pneumonia ini. Anak-anak teman saya banyak yang kena. Kan saya jadi khawatir ya. Jadi sebagai orang tua, aku suka baca-baca juga tentang pneumonia dan penanganannya. Soalnya kadang sumber jamur atau virusnya atau bakterinya bisa darimana aja. Apalagi pneumonia ini bisa menular ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, menular lewat droplet, Mbak. Bisa dari mana saja penyebabnya.

      Delete
  11. Trima kasih infonya mbak. Penyakit ini cukup mengancam bayi dan balita ya, salah satunya dipicu asap rokok

    ReplyDelete
  12. semoga dengan pola hidup sekarang ini yang lebih aware dengan kesehatan dan kebersihan, kasus pneumonia khususnya utk anak2 semakin menurun..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semoga pola hidup "protokol kesehatan" saat ini bisa mmperbaiki ya.

      Delete
  13. Sekilas mirip penyakit TBC ya. Dan banyak kejadian bayi penderita TBC justru tanpa gejala, yang terlihat hanya badan kurus saja. Dan penyakit pneumonia mengingatkan kita akan perlunya udara yang bersih, termasuk bersih dari asap rokok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gejalanya mirip ya dengan TBC.
      Betul, berhubungan dengan kebersihan.

      Delete
  14. Pneumonia itu bahaya bener emang buat bayi. Tapi sedihnya masih banyak yang anggap remeh :(

    ReplyDelete
  15. Setuju, penumonia memang perlu dihentikan, apalagi pada anak anak yang lebih lemah daya tahannya dibanding orang dewasa. kalau basmi penumonia, otomatis basmi rokok juga ya, karena saling berkaitan

    ReplyDelete
  16. Masalah mencium bayi dan balita ini..bikin kezel. Enggak cuma berpotensi menularkan pneumonia tapi juga penyakit lainnya. Belum lagi asap rokok dan polusi udara lainnya. Duh, memang kampanye STOP Pneumonia ini mesti digaungkan untuk kesehatan generasi mendatang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi kalo ciumnya pakai mulut bukannya hidung. Banyak deh kuman yang mungkin mampir.

      Delete
  17. Sekali lagi memang ASI asupan paling terbaik untuk bayi yang baru lahir, dan memang bayi lebih baik berada dilingkungan yang sehat karna memang masih rentan banget. Aku salut banget sama cyntia lamusu berjuang keras mengasuh anak kembarnya yang terlahir prematur, sekarang anak'anaknya sehat semua.

    ReplyDelete
  18. jadi kuatir sama pneumonia ini, kebetulan sebentar lagi punya baby :( terimakasih infonya sangar membantu untuk melakukan pencegahan dini. salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, salam kenal. Terima kasih sudah membaca.

      Delete
  19. Saya jadi kepikiran, bayi-bayi yang di rumahnya selalu terpapar asap rokok dari orang dewasa.
    Dulu anak saya pernah tertular TB dari orang dewasa di luar rumah, itupun sudah membuat saya down. Sedih sekali rasanya. Apalagi kalau sempat pneumonia. Pasti sedih sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah, sedihnya ya, Mbak. Semoga setelah ujian itu anaknya sehat terus.

      Delete
  20. Sekarang batuk pilek udah gak bisa dianggap remeh, ya. Kita gak gak tau kan batpilnya karena gejala penyakit apa. Apalagi kalau dekat dengan bayi. Mendingan menjauh dulu, deh. Sampai kita benar-benar sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia, jangan sampai mengira batuk biasa saja terus tidak waspada.

      Delete
  21. Sedih ya banyak bayi yang menderita pneunomia. Asap rokok ini sering nempel di baju. Aku paling nggak suka asap rokok, jadi meski orang merokok udah jauh di luar rumah, tetep aja asapnya masuk ke rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, saya tidak suka asap rokok, Mbak. Biarpun agak jauh,terganggu rasanya.

      Delete
  22. Reminder nih, bahkan menghirup nikotin di baju ayahnya juga bisa sebagai pemicu anak mengalami pneumonia ya Mbak. Noted. Perlu saya share ke adik yg suaminya msh berat ninggalin rokok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah perlu tuh.
      Eh adiknya suami saya juga perokok. 🤭

      Delete
  23. Aku baru tau kalo 13 november itu hari pneumonia. Ada anak dari temanku kena pneumonia sejak bayi memang karena ayah bayi itu perokok sih. Ternyata related banget ya sama gaya hidup

    ReplyDelete
  24. Ternyata ya mencium bayi terlalu sering gitu berpengaruh juga ya tp memang pernah sempat dengar berita kalau ada bayi yang dicium orang dewasa terus sakit karena tertular virus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan sampai kitanya bawa virus, Mbak. Kasihan bayi yang dicium, kan peka.

      Delete
  25. Saya pernah ketakutan juga Intan kena Pneumomia mbak. Tp beruntung setelah cek up ternyata dia baik2 saja. Peran keluarga jg penting dlm mencegah pneumonia ini ya mbaa

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah di rumah gak ada yang merokok, tapi suka gemes sama tamu yang datang ke rumah asal main cium aja sama anak bayi. Semoga hal ini menjadi pembelajaran buat kita untuk mencegah pneumonia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga jadi pembelajaran buat banyak orang.

      Delete
  27. Ternyata seram sekali yaa, kak Niar...pneumonia ini.
    Bahkan harus super protektif ketika bayi baru lahir, gak asal bolehin penjenguk mencium atau memegang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pneumonia diidap bisa sejak bayi ternyata...aku pikir hanya orang sepuh saja.
      Kasihan yaa, kak..kalau bayi sudah terkena penyakit berat seperti pneumonia ini...

      Delete
    2. Iya Mbak Len, kasihan ada yang sejak bayi sakitnya.

      Delete
    3. Tingkat kesembuhan kalau untuk bayi, besarkah kak Niar?
      Suka langsung mellow kalau lihat aak-anak sakit.

      Delete
  28. Gejala pneumonia membayangkannya saja sudah mengerikan apalagi merasakan. Orang dewasa merasakan sakit bisa memberitahu tapi kalau bayi hanya bisa menangis. Pentingnya jaga kebersihan tempat maupun pakaian yang dipakai. Untuk itu aku berusaha agar anak jauh dari jangkauan asap rokok.

    ReplyDelete
  29. Memang lingkungan rumah sangat mempengaruhi kondisi kesehatan anak ya bund, dan aku setuju kalau jenguk bayi gak usah cium cium bayi karena kadang bayi sangat rentan sama bakteri dan virus yang dibawa orang dewasa.

    ReplyDelete
  30. Iya kebiasaan cium bayi ini yang masih sering dilakukan, semoga setelah pandemi ktia berhebtu menciumi bayi dan balita orang agar mereka lebih sehat yaa

    ReplyDelete
  31. Pneumonia memang sangat berbahaya bagi bayi. terbayang ya kalau di kampung-kampung zaman dulu (entah sekarang), kalau ada yang punya bayi lalu ada kenduri/syukuran yang dihadiri bapak2 dan...pasti ada yang merokok dong.

    ReplyDelete
  32. Pneumonia memang tidak boleh dianggap enteng ya mba dan kita harus tau ciri- cirinya biar bisa segera ditangani

    ReplyDelete
  33. Wah, mengerikan data-data yang ditampilkan pada penyakit pneumonia yang terjadi pada balita. Biang kerok utama memang asap rokok. Ini perlu jadi larangan terbesar bagi suami atau ayah perokok kalau mendekati anaknya.

    ReplyDelete
  34. Buat orang tua sesak napas karena pneumonia menyakitkan, tak terbayang itu yang mengalami bayi dan anak-anak. Orang berpikir merokok di luar ruangan sudah aman buat orang lain. Masalahnya ada residu yang bisa menempel di mana-mana. Kalau menempel di pakaian, lalu ia menggendong anaknya, ya terkena anakanya. :( Teringat ada teman yang perokok, sewaktu hamil ia enggan berhenti merokok. Saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. :(

    ReplyDelete
  35. Sedih banget ya ternyata angka kematian anak akibat Pneumonia cukup tinggi, dan ternyata mencium bayi terlalu sering juga berpengaruh ya.

    ReplyDelete
  36. Pneumonia ini emang paling banyak menyerang bayi dan balita ya Mbak. Eh tapi saya juga baru tahu kalau bisa menyerang orang dewasa. Nyatanya ibu mertua mbak bisa kena. Emang kita harus ikut menggalakkan kampanye STOP Pneumonia ini. Bagus sekali programnya ya

    ReplyDelete
  37. Bude sy kena pneumonia wafat..gmn yang enak2 ya duh ga kebayang pasti tersiksa kalau sampai anak2 terkena penyakit ini. Makanya hati2 ya kita menjaga pengaruh yang dapat menyebabkan pneumonia pada anak

    ReplyDelete
  38. saya baru tahu kalau penyakit ini ternyata sangat berbahaya ya dan jumlahnya banyak. saya paling gemas kalau ada orang tua yang merokok padahal ada anak kecl sekitarnya, hal ini perlu penyuluhan juga bagi orangtua agar tidak merokok dekat anak-anaknya, atau membiarkan sembarang orang mencium anak-anaknya sembarangan

    ReplyDelete
  39. Jadi nambah wawasan ttg pneumonia pada anak nih baca artikelnya. Nice share kak

    ReplyDelete
  40. Penyakit pneumonia itu aku bacanya tadi sakit nyeri di dada ya mbak, aku kalau mikir banter pasti nyeri di dada. Semoga aja gak pneumonia Aamiin apalagi kalau penyakit ganas ini kena bayi Ya Allah jgn sampai pada anak saya, jauhkan dari asap rokok bener2 bahaya ya

    ReplyDelete
  41. Orang dewasa kena pneumonia aja ga enak, apalagi anak-anak ya. Kebayang nyeri di dada. Kalo aku dulu kenanya Asma. Bener-bener harus dihindari deh asap rokok Itu

    ReplyDelete
  42. Ternyata kebiasaan mencium bayi atau balita justru bisa menjadi sumber anak kecil terkena Pneumonia. Padahal saya kalau ketemu anak balita, bawaannya mau uyel-uyel mulu, gemesss banget. Mulai sekarang, hrs menjaga sikap lebih baik lagi, at least menahan diri utk tdk mwnciumi balita.

    ReplyDelete
  43. Serem ya mak pneumonia pada anak. Huhu. Tentunya aku ikut dukung juga kampanye ini! Semoga semakin berkurang pneumonia pada pasien anak ya maaaak.. Aamiin

    ReplyDelete
  44. Jangankan yang pnemonia. Saya yang punya asma saja sangat sensitif pada asap rokok. Tercium sedikit, wah, bisa langsung batuk tak terkendali.
    Mudah-mudahan kita semua dilindungi dari kerusakan yang ditimbulkan oleh rokok. Aamin.

    ReplyDelete
  45. Yaa Allah, gak berani bayangin Mbak, gimana kalo anak-anak ngalamin penyakit pneumonia gitu. Duh yaa Allah.

    ReplyDelete
  46. Dengan menerapkan cara pencegahan pneumonia ini sebenarnya kita tidak hanya sedang mencegah penyakit itu sendiri, namun bisa juga menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan generasi-generasi yang berkualitas dari rumah kita.

    ReplyDelete
  47. Dulu penyakit ini dikenal Ama paru2 basah kan yaaa. Mematikan di zaman dulu, tapi ternyata sampai skrpun masih ada aja bayi yg meninggal Krn ini :(.

    Aku ngebayangin bayi yg susah bernapas Krn pneumonia, ikut sesak rasanya mba. Ga tega :(. Semoga yaa semua ibu2 sadar akan pentingnya vaksin, supaya anak mereka ga terpapar penyakit berbahaya seperti ini.

    ReplyDelete
  48. Sedih ya mbak kalau si kecil kena sakit apapun apalgi sakit berat speti pneumonia ini wah pasti tersiksa sekali rasanya. Makanya saya sering protes keras kalau ada orang dewasa merokok dekat anak2 ..kasihan dampak jangka panjang ke sianak..

    ReplyDelete
  49. Mencium bayi ketika berkunjung memang sudah menjadi kebiasaan kita ya mba'. Akhirnya memang harus pinter-pinter jaga sikecil. Menjalani hidup bersih dan sehat memang bisa meminimalisir penularan penyakit, apa lagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

    ReplyDelete
  50. S – ASI eksklusif selama 6 bulan menyusui ditambah pemberian MPASI sampai usia 2 tahun.
    T – Tuntaskan imunisasi untuk anak.
    O – Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.
    P – Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih – sehat.

    Well noted banget, mbaaa.
    semoga para ortu bisa praktikkan ini ya

    ReplyDelete
  51. peringatan hari pneumonia ini bener bener ngingetin kita tentang bahaya pneumonia pada anak ya mak.. Biar orang orang juga lebih waspada lagi sama panyekit pneumonia ini yaaa

    ReplyDelete
  52. Butuh dukungan banyak pihak ya kak untuk menghentikan penyakit pneumonia ini pada anak. Suami harus dukung pemberian ASI 2 tahun, istri juga harus jaga tubuh dan lingkungan agar tetap bersih. Dan keluarga inti harus sigap waspada menjaga bayi baru lahir. Apalagi kan keluarga atau Family jauh ketika tengok bayi sukanya mau cium cium, makanya keluarga inti harus sigap menegur tanpa menyakiti perasaan ya kak

    ReplyDelete
  53. Ternyata sering mencium bayi dan balita bosa jadi penyebab Pneumonia ya.. Duh, saya tuh gak tahan kak kalo lihat bayi, pasti gemesss pengen dicium2...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan begitu maksudnya, Mam. Mencium balita atau bayi disarankan dihindari kalau baru datang dari mana-mana. Jangan sampai baru bawa kuman dari luar, termasuk partikel residu dari asap rokok terus kena bayi/balitanya.

      Delete
  54. Ya Allah.. jauh2 ya anak2 kita dari peunomia, oenyakitnya terlihat biasa tapi bisa mematikan. Terutama buat balita. Duuuh.. masih punya balita nih di rumah.

    ReplyDelete
  55. Anakku pernah sakit pneumonia Mak. Rasanya campur aduk gak karuan. Dia sempat sepsis juga, jadi udah sampai ke ICU hiks. Sekarang lebih hati hati lagi jagain anak dan lebih waspada sama gejalanya.

    ReplyDelete
  56. Sejak mendapat informasi tentang pneumonia pada anak, aku semakin disiplin dengan larangan merokok di lingkungan rumah. Suami pun kalau habis merokok aku wajibkan berganti pakaian, mandi, dan gosok gigi, baru aku izinkan menyentuh anak. Aku ga mau partikel2 rokok yg menempel di tubuhnya terhirup oleh anak. Alhamdulillah, suami tidak keberatan dengan aturan yg aku buat. Pastinya ada gesekan kecil di awalnya, tapi karena sayang dengan anak dia pun paham. Kita memang wajib tegas nih kalau urusan rokok ini.

    ReplyDelete
  57. Penyakit ini memang harus kita waspadai terutama pada keluarga kita, untungnya di keluargaku tdk ada yg merokok mba

    ReplyDelete
  58. Duh gak bisa ngebayangin deh klo anak bayi juga mengalami penyakit ini.

    ReplyDelete
  59. Makanya aku "bawel" banget urusan kesehatan anak. Suruh jauh - jauh dari perokok terutama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tosss iya...
      rumahku aku kasih stiker no smoking depan pintu, biar klo ada tamu, tamunya sadar diri untuk nggak merokok

      Delete
  60. saya jadi ingin ikutan bercerita , 5 atau 6 tahun yang lalu anak dari teman saya meninggal di usia 2 tahun an. Sang Ibu bercerita tentang gejala sakit anaknya. Gejala sakit si anak mirip pneumonia, lingkup keluarganya juga ada yang perokok. Waktu itu pemakaian Internet untuk mencari Informasi tidak semudah seperti sekarang dan Informasi tentang pneumonia juga masih jarang sekali. bersyukurnya jaman sekarang info tentang pneumonia sudah banyak jadi kita bsa waspada dan berjaga-jaga

    ReplyDelete
  61. Mengenai pneumonia pada anak ini, aku bacanya aja sudah merinding. Kasihan banget mereka bila terkena ya..Mana belum bisa ngomong untuk menjelaskan rasa sakit mereka. Yah semoga dengan festival anak sehat ini, semua orang tua lebih awere lagi bahwa penyakit pneumonia gak main-main, sangat serius bagi anak-anak mereka...

    ReplyDelete
  62. Kadang banyak yang belum negitu familiar dengan penyakit pneumonia mba. Dan akhirnya malah sedih karena tak bisa mencegah

    ReplyDelete
  63. Saat anak masih kecil dulu saya sempat khawatir dia kena pneunomia. Apalagi saat itu batuk nggak sembuh-sembuh, dada sesak, susah makan, dan muntah-muntah juga. Banya baca artikel tentang pneunomia dan jadi parno. Tapi saat dibawa ke dokter ternyata bronkitis ringan. Informasi ini akan sangat berguna untuk dibaca orang-orang dalam memahami soal pneunomia mbak.

    ReplyDelete
  64. Sedih banget kalau ada yang kena pneumonia ini..apalagi anak..kita harus lebih aware nih dan jaga kesehatan, ikuti STOP biar aman..merokok juga stop...

    ReplyDelete
  65. pneumonia pada anak ini memang suatu hal yang nyata yaa... kita para orangtua atau para calon orang tua tidak mendapatkan edukasi tentang ini.. makan pneumonia pada anak bisa paten dan sangat membahayan generasi bangsa ya mbak.. semoga edukasi seperti ini semakin terus digalakkan ya

    ReplyDelete
  66. Anak sepupu saya sempat kena pneumonia pas masih dan harus minum obat rutin, faktor penyebab banyak siy, selain tinggal banyak orang dirumahnya dan yang lelaki perokok semua, kipas angin dirumahnya selalu nyala, dan yang lebih parah tidak full ASI padahal ibunya bukan orang kerja tapi katanya takut kurang asi aja. Jadi pelajaran banget siy pas anaknya sakit itu...

    Btw edukasi masyarakat tentang bahaya pneumonia emang masih perlu banget ya, tfs kak 🙏

    ReplyDelete
  67. iya ya mba, kalau bisa ditangani sejak dini penumonia bisa diobati dan anak-anak bisa pulih ya. yang penting memang bisa bersama kerjasama semua pihak untuk mengatasinya ya

    ReplyDelete
  68. Ngeri juga ya Pneumonia ini, ga bisa dianggap sepele, terutama pada anak-anak

    ReplyDelete
  69. Saling bersinergi ya mba sekeluarga menjaga pola hidup sehat peran ayah Dan Ibu sama penting nya menjaga anak2 agar tidak terkena pneumonia ini

    ReplyDelete
  70. Pneumonia termasuk yg mematikan jika terjadi pada bayi kalau penanganan terlambat dan tidak tepat. Masalah kesehatan memang ga hanya tanggung jawab istri ya juga suami

    ReplyDelete
  71. Keluarga ada support system pertama ya mak untuk mencegah penyakit pneumonia ini. Karena pengaruh lingkungan besar banget untuk penyebaran penyebab pneumonia

    ReplyDelete
  72. Paling gemes kalau ada yang jenguk bayi baru lahir trus cium2 huhuhu. Apalagi ini masa covid yaaa
    Pneumonia di Indonesia msh jd kasus tertinggi ya mbak, kudu bener2 banyak dilakukan kempen utk edukasi ortu supaya bisa mencegah pneumonia ini jd tak ada lagi korban anak2

    ReplyDelete
  73. Bagusnya sekarang bayak yang peduli sama pneumonia agar segera dihentikan
    kebayang kaau misalnya belum banyak yang tahu cara stop pneumonia. senengnya lagi dukungan pemerintah, pkk dll yang bikin indonesia akan makin sehat

    ReplyDelete
  74. semoga pnneumonia di Indonesia semakin berkurang, akh saya pun kadang suka reflek kalau nengok bayi senengnya cium cium, wangi bayi khas hihi
    padahal sebaiknya jagan ya, demi kebaikan bayinya, txs remindernya ya mak

    ReplyDelete
  75. Hiksss, sebel deh suamiku masih aja ngerokok, emang sih rokoknya diluar. Tp pas masuk, bajunya tuh masih bau rokok, aku suka sebel

    ReplyDelete
  76. Stop Pneumonia. Ga kebayang kalo anak bayi udah kena ini, Yaa Allah.
    Kita yg batuk biasa aja rasanya sakit banget. Semoga makin banyak yg peduli dan ga sembarangan merokok ya

    ReplyDelete
  77. tak hanya sekedar menghisap asap rokok, ternyata racun2 nikotin yang menempel pada baju bisa menyebabkan radang paru..emang seharusnya jangan ada rokok diantara kita..hehehe

    ReplyDelete
  78. Ridwan di umur setahunan pernah didiagnosis gejala pneumonia. Tadinya sy ga ngeh sa kira cuma batuk biasa, sampe pas berkunjung ke rumah iparku yg nakes dia lgsg bilang bawa ini anakmu ke dokter anak, karena dia liat Ridwan sudah bernafas dan perutnya masuk setiap kali dia tarik nafas. Deh khawatirku waktu itu

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^