Peringatan Hari Anak dalam skala nasional, 23 Juli tahun ini
diselenggarakan di Lapangan Karebosi Makassar. Sedianya 5000 anak akan berada
di lapangan yang juga berfungsi sebagai alun-alun kota ini. Namun masih sulit
menemukan penjual makanan yang sudah buka sepagi ini karena di sini area
perkantoran dan mal.
Setelah menyeberangi jalan Ahmad Yani, saya mendapati mobil yang menjual
roti. Lumayanlah buat mengganjal perut. Sayangnya, menuju kembali ke tempat
acara harus berjalan kaki beratus meter lagi. Sampai di lokasi, perut saya
kembali keroncongan. 😥
Makanan Sehat dan Dokter Cilik
Tak ada tempat duduk khusus untuk media, untungnya saya bertemu dengan
Ifa dan Raya. Kami bergerak menuju sisi kanan panggung. Sejumput harapan ada di
booth Makanan Sehat yang terletak paling ujung. Ada Makaroni Schotel Kelor dan minuman
temulawak yang bisa disantap gratis di sana. Alhamdulillah, bisa nge-charge
lagi. 💪
Kami agak lama di booth ini. Berbincang dengan Dokter Cilik cerdas dari SD Inpres Antang: Zahrah Siregar dan A. Nayla Haura.
"Kakak dari mana?” tanyanya pada Ifa. “Media. Hm, pernah dengar blogger?” Gadis berjas ala dokter itu mengangguk, “Yang menulis di internet, kan?” Waah, salut, dia tahu! 😍 Senang deh ketemu anak-anak yang paham apa itu bloger soalnya orang dewasa belum banyak yang tahu.
"Kakak dari mana?” tanyanya pada Ifa. “Media. Hm, pernah dengar blogger?” Gadis berjas ala dokter itu mengangguk, “Yang menulis di internet, kan?” Waah, salut, dia tahu! 😍 Senang deh ketemu anak-anak yang paham apa itu bloger soalnya orang dewasa belum banyak yang tahu.
Ifa bersama para Dokter Cilik dan Duta Badan Keamanan Pangan Sekolah |
Di booth ini, selain Dokter Cilik, ada juga adik-adik Duta Badan Keamanan Pangan
Sekolah.
Mereka datang dari 3 sekolah dasar di Makassar: SD Inpres Antang 1, SDN
Sambung Jawa, dan SD Inpres Unggulan BTN Pemda. Mereka merupakan
ujung tombak penyampai informasi kesehatan yang tentunya bukan hoaks kepada
para sebayanya.
Fasilitasi Anak untuk Berpendapat
Area tenda utama sudah ramai oleh anak-anak yang datang dari semua
provinsi di Indonesia. Sebagian dari mereka merupakan peserta Forum Anak Nasional yang berlangsung pada
tanggal 20 – 22 Juli 2019. Forum anak bertema Kita Beda, Kita
Bersaudara, Bersama Kita Maju ini dihadiri oleh 428 anak dari Forum
Anak kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Perhatian saya masih di seputar sisi kanan tenda utama, sembari menanti Ibu Yohana Yembise,
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan rombongan pejabat provinsi Sulawesi Selatan
dan Kota Makassar datang.
Kak Seto diserbu hadirin untuk swafoto. |
Tak seberapa jauh dari tempat saya berdar, pada panggung-panggung kecil
terbuka di bagian belakang tenda utama ada anak-anak yang beratraksi bela
diri, tari, dan musik tradisional. Walaupun matahari sudah menyengat sejak
pukul 7 pagi, mereka masih bersemangat beratraksi di sana.
Selayaknya seremonial nasional, ketika tetamu tiba sederet rangkaian
acara dilangsungkan. Seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pemberian
sambutan. Menariknya, hadir pula Zehra Zümrüt Selçuk – Menteri Tenaga Kerja dan Pelayanan
Sosial Keluarga Turki dan Mahmut Erol Kılıç – Duta Besar Turki untuk Indonesia.
Prof Dr Seto Mulyadi, S. Psi., M. Si. yang akrab disapa Kak Seto – Ketua Komisi
Nasional Perlindungan Anak juga terlihat di antara tamu undangan yang hadir. Lelaki yang
sudah akrab di mata saya sejak menikmati tayangan untuk anak-anak di layar kaca
tahun 1980 ini masih kelihatan bugar dan selalu tersenyum meladeni khalayak
yang memintanya berfoto bersama.
Ribuan anak hadir di sini. |
Hal menarik lainnya adalah penetapan 11 Poin Suara Anak Nasional yang berisi hak dan tanggungjawab
anak dalam masyarakat. Hal partisipasi anak dalam pembangunan memang menjadi
salah satu isu penting dalam peringatan Hari Anak Nasional kali ini.
Cerita dari Booth Dongeng Anak Indonesia
Sesekali melihat apa yang terjadi di area tenda utama, perhatian saya
melompat dari satu booth ke booth lain di sisi kanan tenda utama.
Di depan booth Dongeng Anak Indonesia saya berbincang cukup lama dengan Kak Heru – bapak dongeng
di Makassar. Entah berapa kali sudah saya berseloroh kalau saya ngiri sama
beliau. 😁
Ngiri akan hal receh hahah. Karena beliau yang usianya sekira 2
tahun di atas saya masih dipanggil KAK di mana-mana, mulai anak batita (usia
bawah tiga tahun) hingga sekelas profesor senior menyapanya “Kak” sementara
saya, sudah mulai banyak yang tidak mau memanggil dengan sebutan Kak,
panggilnya “Ibu”. Hiks. 😴
Aqila Naila Izza – peraih juara 3 dalam lomba bercerita SD/MI tingkat nasional
tahun 2018
menghibur dengan
dongeng Timun Mas di booth berwarna dominan kuning ini. Ini kali
kesekian saya menyimak aksinya. Kini Aqila tampak semakin luwes bercerita di
depan banyak orang.
Cerita dari Booth-booth Lain
Di booth Yuk Mulai Bijak Plastik dari Kementerian Kehutanan dan Balai
Besar KSDA Sulsel, diperlihatkan bagaimana memilah sampah dan aware dengan
sampah plastik. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang dipajang sebagai edukasi
bahwa sampah yang masih bisa dimanfaatkan seyogianya di-recycle menjadi
barang yang berguna.
Di stan Edu Games saya
menyaksikan anak-anak memainkan game interaktif yang edukatif pada
tablet-tablet yang disediakan. Pin dan stiker yang mengandung pesan edukatif
dan motivasi dibagi-bagikan secara gratis.
Saya memasuki semua booth lain, seperti booth Program Peduli Dari Deputi Bidang Perlindungan Anak, Program Peduli Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, booth Hebat Tanpa Narkoba dari BNN, dan booth Partisipasi Anak.
Sedianya saya ingin bertanya banyak hal di booth Partisipasi Anak. Namun saat saya masuk semua yang berada di sana sibuk sendiri. Kelihatannya tak ada yang siap menyambut tamu, jadi saya hanya melihat-lihat sebentar dan bergerak ke luar booth.
Kesan Sekolah Ramah Anak di Booth Pendidikan
Yang paling menarik perhatian saya adalah booth Pendidikan yang diisi oleh SMAN 3 Makassar, sekolah yang sudah
dinobatkan sebagai SEKOLAH RAMAH ANAK pada Hari Anak tahun 2018. Di booth
ini saya berbincang dengan para pengurus OSIS SMAN 3 Makassar: Nabila
(Ketua OSIS), Jaisy Nurhasanah (Wakil Sekretaris), dan Salsabila Putri (Wakil
Ketua).
Trofi Sekolah Ramah Anak. |
Baru sekira 2 menit di dalam booth, anak-anak di sini langsung membuat saya terkesan karena sikap mereka siap sekali menyambut tetamu yang berkunjung. Mereka ramah dan terlihat senang menjelaskan perihal Sekolah Ramah Anak dan program-program yang ada di SMAN 3 (SMAGA).
Ketika seorang bapak bertanya mengenai diagram besar di dinding,
Salsabila dengan sigap menjelaskannya panjang lebar. Diagram itu menggambarkan flow
chart penanganan masalah yang terjadi dan solusi yang ditawarkan.
“Sekolah Ramah Anak adalah system di mana hak-hak anak benar-benar
dipenuhi, di mana anak-anak diwadahi untuk menjadi dirinya sendiri,” ucap Nabila,
dilanjutkan oleh Jaisy.
Di SMAGA ada program SMAGA Care, yaitu bantuan dari sekolah ke luar sekolah untuk anak-anak yang mengalami masalah, semisal terjadi kecelakaan. Salah satu programnya adalah Salon Cukur, di sini anak-anak yang beralasan tak ada biaya untuk bercukur difasilitasi cukur rapi secara gratis. Jadi tak ada alasan untuk berambut gondrong.
Perhatian kepada bullying juga menjadi fokus SMAGA Makassar. “Tak ada
bully, tak ada senioritas,” ujar siswa yang saya tanyai. "Bagaimana
guru-gurumu, Nak?" rasa penasaran membuat saya menanyakan ini.
"Bagus, Bu. Guru mendidik kami dengan hati. Kalau ada masalah kami
tidak stres," jawab seorang siswa. Maksudnya karena penanganan siswa di
sana "ramah anak".
Sekolah Ramah Anak (SRA) bukanlah sekadar gelar. Ada proses menuju ke sana yang boleh dikata “terstandardisasi” secara nasional. Indikator yang harus dipenuhi di antaranya adalah bebas rokok, miras, narkoba, memiliki kantin sehat, dan tidak ada kekerasan terhadap siswa.
Sekolah harus secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak
dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Prinsip
utamanya adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup, serta penghargaan
terhadap anak.
Saya yang sudah terharu sejak awal memasuki booth ini, makin
mengharu-biru. Usaha penerapan model SRA tampak jelas di mata saya, melalui
sikap dan perilaku para siswa yang melayani para pengunjung di booth mereka.
Santun, siap melayani (dalam hal ini siap menjelaskan), ramah, dan mampu menjelaskan dengan baik (memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik), di mata saya adalah pancaran dari hal-hal yang mereka alami, pelajari, dan peroleh – baik dari rumah maupun dari sekolah.
Memang masih begitu banyak pekerjaan rumah dalam dunia Pendidikan dan
pemenuhan hak anak di sekitar kita. Menyenangkan sekali mengetahui ada sekolah
yang memang serius menerapkan hal-hal baik dan berinovasi dalam layanan kepada siswanya.
Masih ada harapan agar anak-anak kita menjadi lebih baik karena orang-orang
beritikad baik masih ada.
Makassar, 6 Agustus 2019
Tulisan terakhir dari
rangkaian tulisan tentang Hari Anak Nasional 2019
Baca tulisan sebelum
ini di:
- Belajar dan Berjejaring untuk Isu Anak Jelang Hari Anak Nasional
- Membangun Kualitas dan Strategi di Media Sosial Ala Pakde Senggol
- Kualitas dan Strategi Konten Media Sosial: Seputar Branding, Influencer, dan Perlindungan Anak
Baca juga
tulisan-tulisan saya lainnya terkait perlindungan dan hak anak:
- Refleksi Hari Anak Nasional: Benarkah Hak-hak Anak Kita Sudah Terpenuhi Seutuhnya?
- Pentingnya Peran Media dalam Melindungi Hak Anak
- Sekilas Tentang Konvensi Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan Anak
- Bedah Kasus Pernikahan Dini dan KDRT Salah Kaprah
- Menuju Layanan Kesejahteraan Anak yang Holistik dan Komprehensif
- Meningkatkan Kapasitas Pekerja Sosial untuk Layanan Kesejahteraan Anak Integratif (2)
- KPPPA, Tentang Partisipasi Media dalam Menulis Isu Perempuan dan Anak
- Sudut Pandang Hukum yang Bisa Digunakan dalam Menulis Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak
- Jurnalisme Sensitif Gender dan Peduli Anak
- Catatan dari Diskusi Publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan dan Anak
- Menuju Advokasi Peliputan dan Penulisan Isu Perempuan dan Anak
- Curhat Tak Kesampaian di Diskusi Publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan dan Anak
- Jaga Anak-Anak Kita dari Bahaya Kejahatan Seksual
- "Gunung Es" Berupa Kasus-Kasus Kekerasan Seksual pada Anak
- Menaruh Asa pada Pergub untuk Sekolah Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Share :
keren ya acaranya, dan anak adalah aset bangsa makanya perlu diperhatikan dg baik
ReplyDeleteMantap Jayaaaaa
ReplyDelete