Empati untuk Gempa Donggala

Empati untuk Gempa Donggala - Usai shalat maghrib pada tanggal 28 lalu, saya kembali menyelesaikan pekerjaan di laptop. Athifah yang sedang nonton berita televisi berteriak, “Ma … gempa.” Saya juga mendengar apa yang disebutkan anchor news: barusan terjadi gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter berpusat di Donggala!


Ya Allah. Sorowako, tempat tinggal Mirna – adik saya tidak begitu jauh dari Donggala. Sorowako terletak dekat perbatasan dengan provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Langsung saya WA Mirna. Dia menjawab, “Di sini gempa. Keras.” Dia juga mengatakan kekhawatirannya karena suami dan anak lelakinya belum balik dari masjid usai maghriban.

Dan, seperti yang kita semua ketahui, bencana besar terjadi. Efeknya dahsyat di kota Palu. Banyak bangunan yang rata dengan tanah. Jembatan besar yang menghubungkan Palu Timur dan Palu Barat rusak berat.

Hingga saat ini korban meninggal yang berhasil dievakuasi ada 925 orang. "Sementara luka-luka sebanyak 799 jiwa. Data sementara untuk korban yang hilang sebanyak 99 jiwa," kata Kolonel Inf Thohir di posko utama Korem 132. Jumlah pengungsi yang terdata saat ini sebanyak 59.450 jiwa, tersebar di 109 titik[1].

Dua foto dari Kak Sriati, kakak sepupu yang tinggal di Palu
Kak Sri mengirimkan foto ini ketika saya bertanya
tentang kondisi rumahnya 😰

Sejak saat gempa hingga hari ini perasaan saya masih mengharu-biru. Tak terbayangkan seperti apa perasaan mereka yang berada di sana. Aneka kabar berseliweran di media sosial. Mulai dari kisah mereka yang selamat, yang hilang, hingga yang meninggal. Rupa-rupa informasi lain, mulai dari yang nyata hingga rekaan beredar. Aneka komentar bermunculan. Mulai dari yang berempati hingga yang sinis dan nyinyir. Duh.

Banyak yang lupa kalau terlalu banyak mengomentari di ranah “sebab” bisa membuat korban atau keluarga korban tidak enak – bahkan sampai sakit hati. Rasanya seperti dipaci’da’ (istilah Bugis/Makassar). Maksudnya itu semacam dibilangi begini: “Rasain, makanya bla bla bla”.

Mirip-mirip orang yang jatuh terus ada yang bilang, “Makanya pakai mata, dong!” Atau pasangan yang lama belum dikaruniai anak lantas dikomentari begini: “Itu makanya jangan terlalu capek. Harusnya banyak makan makanan bergizi. Harusnya tidak usah kerja.” Atau orang yang baru mengalami kebakaran terus dibilangi, “Hartanya tidak halal, sih. Tidak berzakat, sih!”

Evakuasi. Sumber foto: pilarindonesia.com

Saya tidak mengarang-ngarang. Untuk contoh kasus pada paragraf di atas ada orang-orang yang mangalaminya. Coba kalau Anda yang mengalami di posisi mereka. Enak, tidak?

Apa yang paling dibutuhkan orang yang sedang kesulitan? Kata-kata menyakitkan seperti itu? Nope. BUKAN. Mereka butuh dukungan semangat. Butuh BANTUAN. Jangan keluarkan kata-kata yang mengungkit ranah sebab kalau kamu belum bisa menolong. Bukan judgement. Lebih baik diam. Apalagi di dunia maya. Komentarmu tetap terbaca orang padahal dirimu sudah tidur pulas.

Ada yang mengatakan, “Untuk introspeksi diri.”

Silakan. Tapi please, hati-hati memilih kata yang dilemparkan ke dunia maya. Kalau sudah menyangkut nilai-nilai agama, tolong introspeksinya di-set di ranah pribadi atau ranah khusus yang punya pemahaman sama semua di situ. Jangan dibawa ke tempat terbuka yang tidak semua punya pendapat sama karena ini hal sensitif dan sekali lagi, mereka butuh dukungan dan bantuan nyata, bukan kata-kata yang mengarah kepada judgement (penghakiman).

Kita sering lupa, walaupun akun media sosial itu akun pribadi kita tapi kita bersuara di ranah publik. Salah sedikit bisa kena UU ITE (UU Nomor 11 Tahun 2008). Kita semua pasti sudah pernah dengar ada orang-orang yang dipenjarakan setelah dijerat pakai undang-undang itu, kan?

Sumber: akun IG @ustadzkhalid

Ya, bersuara di media sosial itu mirip jika berbicara pakai toa di halaman rumah kita. Siapapun bisa mendengarnya. Apalagi kalau akun kita di-set publik.

Saya tak hendak mengingkari ayat atau hadits apapun dengan tulisan ini. Saya hanya menghimbau supaya kita sama-sama menjaga kata-kata baik secara lisan dan tulisan. Kalau hendak berkomentar tentang PENYEBAB, HENTIKAN. Mari belajar menahan diri. Berkata-katalah yang baik, tidak berpotensi menyinggung siapapun, atau diam.

“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia”  (al-Baqarah: 83)
“Dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar)”
(al-Isra: 53)
Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
mudah-mudahan ia ingat atau takut.
(Thaha: 43-44)

Sejumlah kerabat saya di Palu terkena bencana dahsyat akibat gempa Donggala. Ada yang meninggal, ada yang hilang, ada yang mengungsi, ada yang kehilangan rumah, dan ada yang dibawa ke Makassar untuk dioperasi cidera pada tangannya. Saya saja merasa sedih kalau membaca komentar yang tak memilih kata dengan hati-hati. Bagaimana pula mereka yang mengalaminya langsung di sana?

Di sana sudah terlalu banyak duka terguncang gempa, terhempas pasang tsunami, tergerus lumpur, menempel pada tubuh yang cidera, pada perut-perut yang kelaparan, perbendaharaan yang ditelan bumi, dan orang-orang yang terpisah (hidup ataupun mati) dari keluarganya.

Mari jaga perasaan mereka dengan tidak menambahnya dengan judgement yang mengutak-atik ranah sebab. Biarlah itu menjadi HAK ALLAH karena memang BUKAN hak kita. Mari perbaiki saja akibatnya yang bisa kita lihat dan rasakan sebisa kita. Lebih baik seperti itu karena kita menanggung tugas sebagai khalifah di muka bumi.

Makassar, 2 Oktober 2018
Update:
Perkembangan korban, BNPB mengeluarkan rilis, telah mencapai 1.234 meninggal dunia, 799 luka berat (laporan hari ini, Selasa (2/10/2018), dari Kota Palu, Sulawesi Tengah, Tramp/Fmmb, pukul 15.30)



[1] https://regional.kompas.com/read/2018/10/02/08121951/korban-meninggal-gempa-dan-tsunami-palu-capai-925-jiwa-799-luka-luka, diakses 2 Oktober pukul 16.17



Share :

42 Komentar di "Empati untuk Gempa Donggala"

  1. Setuju sekali dengan ini. Mereka yang masih bisa komen ngelantur padahal kondisi sedang berduka sedalam ini, entah hatinya terbuat dari apa. Sedih.

    ReplyDelete
  2. Saya sedih banget setelah melihat vidio kejadian yang beredar di sosial media belakangan ini, semoga korban bencana palu di beri ketabahan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  3. Semakin hari informasi korban yang ditemukan semakin bertambah, semoga korban meninggal dunia bencana palu dapat di terima di sisih Allah SWT dan korban yang di tinggalkan di beri ketabahan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  4. Saya juga tidk mengerti, dengan adanya bencana yang melanda saudara kita seperti ini banyak sekali hal-hal yang di sangkut pautkan, seperti bangunan yang ada di palu yang mirip dajjal lah, banyak yang melakukan maksiat dan lain sebagainya. Harusnya kita itu mendoakan agar saudara kita yang tertimpa musibah kembali pulih seperti sedia kala, bukan malah menjatuhkan seperti itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  5. Semoga bantuan berupa makanan, pakaian, obat-pbatan dan lain sebagainya segera tersalrkan ke palu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  6. Di saat keluarga kita sedang berduka, memang tidak sepatutnya kita berkomentar yang bukan-bukan. Apalagi yang menimbulkan fitnah, memang lebih baik diam.

    ReplyDelete
  7. Semoga tidak ada gempa susulan lagi ya, dan semua korban di berikan ketabahan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  8. Ikut prihatin dengan musibah besar di Donggala ini dan ikut mendoakan agar semuanya cepat pulih kembali seperti sedia kala.

    Benar kata kak Mugniar, untuk stop berkata yang tidak baik atau menyebarkan berita tidak terpuji mengatasnamakan suatu musibah.
    Belajar untuk tidak mudah menghakimi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas, mending kita fokus di pemulihannya. Simpan kata-kata yang tdk baik di dalam kotak, jangan dikeluarkan dulu. Nada-nada menuduh, menyangka, memperkirakan karena A, karena B lebih baik jangan dibuka di tempat umum (medsos).

      Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  9. Ya ALLAH semoga saudara-saudara disana diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga banyak yang mendoakan bisa menyebabkan semua masalah teratasi dengan segera

      Delete
  10. Bener mba, aku jg sebel bgt sm org2 yg komen gak enak. Aku sempet baca di status Mba Niar, ada yg ngehubungin sm LGBT. Duh knp sih orang2 ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biar bagaimana pun kita hanya bisa menebak. Allah yang paling tahu penyebabnya. Jadi kata-kata yang pakai "mungkin" disimpan sendiri saja ya Mbak karena kita tidak bisa men-judge.

      Delete
  11. Jahat banget para pembuat hoax itu. "I see human but not humanity", gambaran yang pas untuk perilaku mereka.

    ReplyDelete
  12. iya mbak, benar adanya. Bnyak yang akhirnya terlanjur terucap kalimat yang mungkin menykitkan hati para korban. AKu juga baru ngeh setelah mbak tulis di aatas, semoga kita lebih bijak lagi memilih kata-kata

    ReplyDelete
  13. Wah, saya baru tau ada komentar seperti itu mengenai bencana di Palu. Mungkin karena saya sangat jarang update media sosial ya? Kebanyakan baca koran soalnya. hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak usah buka medsos. Sudah bagus di koran saja :)

      Delete
  14. Saudara aku jg kena kaka bencana ini. Masih belum tahu kelanjutan kabarnya disana. Semoga semua kembali normal

    ReplyDelete
  15. Sedih, dan terasa nyeri melihat banyak bencana terjadi di negeri ini. Semoga ini segera berlalu, tapi heran kalau masih ada yg suka nyinyir di tengah bencana melanda

    ReplyDelete
  16. Sedih lihat korban bencana di Palu dan Donggala. Semoga korban yang hilang segera bisa ditemukan dan untuk korban yang selamat dari bencana semoga segera mendapat bantuan dan pertolongan.

    ReplyDelete
  17. Sedih banget saya sampai sampai ga bs berkomentar di sluruh media sosial apalagi utk menghakimi atau beropini ini itu :'(

    ReplyDelete
  18. Setuju kak Niar. Lalu bagaimana kabar keluarganya? Semoga baik2 dan segera pulih kembali ya semuanya. Aaamiin

    ReplyDelete
  19. Semoga masyarakat palu diberi ketabahan dan kesabaran terhadap musibah ini. Amiinn

    ReplyDelete
  20. sedih liat gempa dan musibah dimana mana.. tsunami di palu jg liat videonya di newstijen , ngeri banget ..smoga gk ada lagi gempa2 n tsunami

    ReplyDelete
  21. Musibah yang terjadi di sekitar kita - walaupun tidak berdampak langsung - sejatinya dijadikan peringatan kepada diri untuk lebih bertakwa 😇.

    ReplyDelete
  22. Aku suka sedih melihat kaya gini kak... apalagi palu sama donggala pernah ad cerita dsana saya

    ReplyDelete
  23. Sedih banget bacanya. Tak sanggup mau nulis apa. Yang jelas, Doa terbaik untuk Palu dan sekitarnya. Swmoga saudara2 kita disana, tabah menghadapi ujian ini. Untuk korban meninggal, semoga husnul khotimah

    ReplyDelete
  24. sedih sekali lihat kondisi ini. :( hanya bisa berdoa semoga bencana gini gak terulang lagi.

    ReplyDelete
  25. Kalau ingat gempa rasanya nyesek banget yah kak. Rasanya ingin menangis deh kak

    ReplyDelete
  26. Saya sangat berhati2 berkomentar dan mengshare di sosmed kak. Salah dikit bisa panjang masalah. Bahkan kadang yang akan kushere ku pikir baik2 apa kah nggak akan berdampak buruk ke orang lain apa tidak. Kadang ada mau ku share setelah2 di pikir2 mending ndg usah di share takut ada yang tersakiti secara tak sengaja.

    ReplyDelete
  27. Itulah manusia dek. Sibuk cari tahu sebab sehingga lupa sama korban yang menderita akibatnya. Maka saya setuju kalau kita sebaiknya diam sambil mendoakan. Alhamdulillah kalau bisa membantu sekecil apapun itu.

    ReplyDelete
  28. Kadang kadang kita tidak tau apa rencana Allah Sang Penguasa semesta alam Mba, sebagai contoh erupsi gunung merapi yang dahsyat beberapa tahun lalu ternyata membuat area di sekitar gunung merapi menjadi sangat subur. Tempat tersebut saat ini menjadi objek wisata yang membuka rezeki bagi masyarakat sekitar. Dengan kata lain, ternyata kejadian bencana sebelumnya membawa berkah bagi orang2 di sekitar gunung merapi

    ReplyDelete
  29. malah saya kak yang tidak share apapun di fb tentang palu na bilang temanku 'dak berdukako unna?' astagaaaa sedihkuuu.. apakah kedukaan harus ditampakkan, saking dukaku itu dak tauqa mau ngapain, dak tau mau bersikap seperti apa,,

    cuman bisa berdoa untuk semoga saudara-saudara kita disana tetap berpegang pada janji Allah, bahwa semua yang datang atas ijin Allah, cobaan tak akan datang diluar dari kemampuan manusianya.. Yaa Allah, sampe gemetarqa menulis ini, karena saya gak tau juga bagaimana sikapku dan kondisiku kalau saya ada diposisi mereka :((

    ReplyDelete
  30. Komentarmu tetap terbaca orang padahal dirimu sudah tidur pulas.

    Setuju dengan kalimat ini.

    Semoga keluarga Bunda Niar dalam keadaan baik semua di sana. Semoga masyarakat Palu Donggala lekas pulih.

    Duh yang suka nyinyir tuh, bingungin deh. Apa coba modusnya. Udah nggak ngerti lagi aku tuh.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^