Mulanya,
pada tahun 2014 “hanya” ada 75 komunitas
yang terlibat. Semakin lama semakin banyak komunitas di Makassar yang
berjejaring di PKM. Ada yang giat berkegiatan sosial, pencinta hewan, memiliki
hobi tertentu, dan sebagainya. Pada tahun ini, ada beberapa kegiatan yaitu Community Fair, UKM Expo, Panggung
Komunitas, Bincang Kreatif, Pasar Kenangan, Donor Darah, Galeri Foto dan Video
Komunitas, Deklarasi MCCN (Makassar Creative Community Network), dan Penampilan
guest star.
Tujuan
digelarnya PKM ini, kata Ketua
Panitia PKM 2018, Norman Masmur – seperti yang dilansir oleh Makassarterkini.id
adalah sebagai wadah silaturahmi bagi komunitas semakassar. Juga menjadi ruang
bagi komunitas untuk berbagi ide-ide kreatifnya demi kemajuan Kota Makassar.
Selain
itu Norman mengatakan bahwa ajang ini juga bermaksud mengubah image
anarkis yang melekat pada diri anak muda Makassar. Dengan demikian, masyarakat
melihat bahwa dibanding tawuran, pemuda Makassar lebih memilih berkegiatan
positif dan bermanfaat dengan berkomunitas.
Baca juga: Zombie Berpesta
Saya baru bisa mengunjungi Fort Rotterdam pada tanggal 26 Agustus siang. Bersama putri kedua (Athifah) dan si bungsu Afyad, kami mengunjungi booth Rumah Dongeng Indonesia. Di sana saya bercakap-cakap dengan Mamikiko dan Kak Sri sementara anak-anak membaca buku cerita dan bermain Tangram, sebelum dan setelah mengitari booth-booth yang ada. Ada 120 booth dan space yang mengambil tempat di dalam area benteng namun kami menghabiskan waktu cukup banyak di booth ini saja.
Saya bergabung
di grup Rumah Dongeng sebagai partisipan. Putri saya pernah beberapa kali ikut
kegiatan Rumah Dongeng dan dibimbing oleh Kak Heru, Kak Wiwik (istri Kak Heru),
dan Safira (putri Kak Heru). Kak Heru adalah founder Rumah Dongeng dan
merupakan pendongeng terkenal di Makassar.
Baca juga: The Backyardigans: Rumah Dongeng di Rumata’
Sekarang
Rumah Dongeng sudah memiliki banyak pendongeng yang biasa mengisi berbagai
acara termasuk kegiatan sosial. Baru-baru ini Rumah Dongeng juga terlibat sebagai
relawan yang berangkat ke Lombok dan mengadakan trauma healing kepada
anak-anak korban gempa bumi di sana melalui dongeng.
Mamikiko dan Kak Sri |
Kak
Heru berangkat dengan rombongan pertama, setelah Kak Heru pulang, gantian Mamikiko
yang berangkat. Dengan Mamikiko, saya ngobrol banyak hal. Salah satunya
mengenai pengalaman Mamikiko selama menjadi relawan di Lombok. Sedih juga
mendengar ceritanya di salah satu kawasan yang rata. Tak terlihat lagi siapa
yang sebelumnya orang kaya, siapa orang miskin. Semuanya sama-sama harus berada
di dalam tenda pengungsi 😭
Rumah
Dongeng menjadi pengisi jadwal pertama yang tampil pada Panggung Komunitas. Mamikiko
dan Kak Sri tampil membawakan legenda Timun Mas. Saya salut dengan penampilan
dari kedua ibu ini. Suara – termasuk intonasi dan mimik berubah-ubah, mereka
memperhatikan soal kostum dan tidak lupa membawa properti.
Memotret pertunjukan dari tempat duduk kami |
Selain
itu, ada sound effect berupa musik dan bunyi-bunyian yang membuat
penampilan mereka menjadi lebih hidup. Sound effect ini sudah di-set di
laptop dan mengiringi penampilan mereka dengan bantuan operator. Sebenarnya
Mamikiko bisa memainkan sendiri sound effect-nya namun terkendala setting
tempat di situ. Penyesuaian harus segera dilakukan mengingat tempat duduk penonton cukup jauh dari panggung pertunjukan.
Video Rumah Dongeng di PKM 2018
Saya
juga suka dengan ending cerita yang di-setting lebih manusiawi.
Kalau di legendanya diceritakan raksasanya mati, pada dongeng di panggung PKM
2018 ini diceritakan bahwa Timun Mas menolong raksasa yang hampir tenggelam. Raksasanya
kemudian bersahabat dengan Timun Mas dan Timun Mas membantunya memberikan saran
supaya bisa diterima bersahabat dengan anak-anak lain. Memang, sih dalam cerita
anak memang sepatutnya tidak menyebut tentang kematian yang tragis. Ada aturan demikian
yang disepakati banyak orang dan sudah banyak yang menerapkannya. Good
performance, Mamikiko dan Kak Sri.
Makassar, 5 September 2018
Bersambung di cerita saya ketika melihat
aneka satwa di PKM 2018
Baca
juga:
- Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling
- Semaraknya Kids Corner di MIWF 2016
- Para Pencinta Anak Bangsa
- Yang Terlewatkan di Pesta Komunitas Makassar 2015
Share :
saya ndak sempat ke PKM tahun ini
ReplyDeleteada tawwa rumah dongeng ya seru pasti anak2 kesana tuh
Fotonya jauh sekali kak 😁
ReplyDeleteBtw sukses buat Rumah Dongeng! Sayang sekali saya gak hadir di acara ini..
Anak-anak sekarang mendengar dongeng dari event-event yang diadakan. Karena tidak seperti generasi iMom yang membaca dan mendengar cerita dongeng itu hampir setiap hari, di sekolah maupun di rumah sebagai pengantar tidur.
ReplyDelete"Timun Mas menolong raksasa yang hampir tenggelam"
ReplyDeleteBagus itu kakak... jadi artinya walaupun ada yang jahati ki jangan membalasnya dengan kejahatan. ^_^
keren acaranya kak. sayangnya saya datg pas malam terkhir
ReplyDeleteSemoga pkm tahun depan waktux bisa lebih bersahabat. Tahun ini rasax terlalu singkat
ReplyDeletesaya salfok ke panggungnya.. keceeeeee..
ReplyDeleteahh.. dongeng? saya termasuk tersemangat belajar tentang spesialis dongeng, zaf ruby sukaa sekali liat mamaknya cerita.. sampe habis bahan ceritakuu, saya cerita ayu ting-ting dikasih cincin sama ivan gunawan kak.. hahahah
Dongeng adalah bacaan saya sejak kecil sampai sekarang. Serius!
ReplyDeleteSaya suka baca dongeng karena saya merasakan sensasi masa kecil saya yang bahagia. Sayangnya saya tidak tahu mendongeng. Kalau kak Heru sih memang jagonya.
Oh yah cerita tentang Timun Emas diperbaiki di dari segi endingnya. Seharusnya memang begitu, kalau untuk anak-anak janganlah selalu memperlihatkan kematian, pembunuhan, kesedihan, dan sebagainya. Sajikan saja yang bahagia-bahagia, senang-senang dan yang memotivasi.