Catatan dari Diskusi Publik Peran Media dalam Industri Kreatif

Tanggal 31 Mei lalu, saya kembali menghadiri sebuah acara diskusi yang digelar DILo Makassar di kafe Keiko, jalan Dr. Sam Ratulangi. Acaranya bertajuk Peran Media dalam Industri Kreatif. Diskusi ini menghadirkan dua nara sumber Anggi Hasibuan, Kabiro Metro TV Makassar dan Iko, Program & Music Director Madama Radio.


Bang Iko yang sudah lama berkecimpung di media (radio) punya pandangan unik mengenai “media”. Menurutnya setiap individu adalah media. Harus paham (bagaimana) menjadi media untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang orang berikan.

Menurutnya, setiap orang membawa “brand”-nya masing-masing. Sayang sekali kalau membawa brand namun tak mengetahuinya (dan tak bisa mempresentasikannya). Inilah tantangan anak muda masa kini.

Berbicara tentang kreativitas di kota ini, Bang Iko mempertanyakan, Makassar sebenarnya kreatif di bidang apa? Lagi-lagi, ia memiliki pandangan unik tentang kreativitas. Menurutnya, penyaluran hobi bukanlah sesuatu yang kreatif. Kalau ada output-nya, itu baru kreatif namanya.

Mengenai media massa yang digelutinya (radio Madama), Bang Iko mengatakan, “Selama hanya menyiarkan lagu dan perbincangan tanpa output, itu tidak men-support industri kreatif.” Sudah menjadi tantangan dunia peradioan[1] untuk menjadikan para pendengarnya pintar supaya pengeluaran per bulan yang dikeluarkan tidaklah sia-sia.

Artinya bahwa radio Madama juga mendukung berkembangnya industri kreatif di Makassar dan akan membantu menyiarkannya.

Bang Iko
Bang Anggi Hasibuan mengatakan media berperan penting karena partisipatif. Valid karena melalui kaidah jurnalistik. Metro TV sendiri, mengusahakan kecepatan, validitas, dan informasi lengkap.

Bang Anggi menampilkan presentasi dan tayangan-tayangan video dari Metro TV mengenai hal-hal sehubungan dengan industri kreatif yang ada di Sulawesi Selatan. Di antaranya mengenai paket pariwisata Toraja yang sekarang menjadi industri kreatif karena tidak hanya berfokus pada upacara adat kematian. Contoh lainnya adalah liputan mengenai kreasi kerainan sutra yang didesain menjadi fashion kekinian. Itulah bukti bagaimana Metro TV Makassar mendukung perkembangan industri kreatif di Makassar khususnya dan Sulawesi Selatan pada umumnya.

Metro TV Makassar memberi kesempatan kepada siapa saja, tanpa meminta bayaran asalkan memang layak untuk diliput.

Bang Anggi Hasibuan
Radio Madama membekas sekali dalam ingatan saya. Ketika zaman ABG, masih suka dengar radio di gelombang AM/MW pada tahun 1988, tiba-tiba saja nama Madama Radio menjadi perbincangan hangat di antara kawan-kawan sekolah saya. Radio ini berhasil merebut perhatian banyak ABG Makassar. Sayangnya, radio milik orang tua saya tidak menyediakan gelombang FM. Tak berapa lama setelah berdirinya Madama, berangsur-angsur stasiun-stasiun radio yang ada di gelombang AM bermigrasi ke FM. Wajar, sih karena di gelombang FM, noise-nya amat minim. Beda dengan AM yang sering kali terpengaruh oleh keadaan cuaca.

Metro TV dan Bang Anggi, masih membekas dalam ingatan saya. Bulan Mei lalu, saya mewakili komunitas IIDN Makassar, bersama teman-teman sekomunitas diliput dalam program Good News Today yang tayang nasional pada sebuah sore di Metro TV (baca Dari Talkshow di TV Lokasl ke TV Nasional). Sejak saat itu, komunitas-komunitas IIDN – baik yang di Makassar dan di pusat kebanjiran request untuk bergabung. Bahkan kawan dari IIDN Yogya mengatakan kepada saya bahwa IIDN Yogya juga kebanjiran request. Selama kurun waktu kira-kira seminggu sejak penayangan itu, komunitas-komunitas IIDN mendapat ratusan permintaan bergabung. Pengaruh media nasional memang luar biasa. Di kesempatan ini, saya sekaligus menyampaikan testimoni saya mengenai peran Metro TV ketika Bang Anggi mengajak shooting tempo hari itu.

Foto bersama peserta dan nara sumber
Kedua media ini pada diskusi kali ini, melalui Bang Iko dan Bang Anggi mengatakan komitmen media massa mereka untuk mendukung industri kreatif di Makassar. Ketika mendapat kesempatan untuk bertanya, saya mempertanyakannya lagi kepada keduanya. Mereka mempersilakan untuk memberikan mereka informasi dengan mendatangi kantor Madama di jalan Kajao Lalido dan kantor Metro TV di Menara Bosowa. Khusus untuk Metro TV, Bang Anggi mengatakan, “Kalau memang layak dimuat.” Tentunya “nilai berita” untuk televisi dan radio berbeda, kita harus mengerti hal ini.

Makassar, 21 Juni 2016




[1] Kalau kata dasarnya televisi dikatakan “pertelevisian”, kalau kata dasarnya radio menjadi peradioan, kenapa terasa aneh, ya?


Share :

6 Komentar di "Catatan dari Diskusi Publik Peran Media dalam Industri Kreatif"

  1. seneng banget bisa ikut kegiatan bermanfaat ini, nambah ilmu dan motivasi sendiri kalau ketemu orang-orang hebat :)

    ReplyDelete
  2. Assalamu Alaikum, Ibu Mugniar. Salam kenal dari Komunitas Pecinta Keluarga. Masya Allah, tulisan-tulisan ibu sangat menginspirasi sekali. Semoga silaturrahim ini dapat terus terjalin. Salam cinta keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa 'alaikum salam wr wb.
      Waah terima kasih banyak sudah berkunjung ke "rumah" saya. Terima kasih apreiasinya.
      Aamiin. Semoga :)

      Delete
  3. Tapi sayang sekarang radio sudah mulai jarang pendengarnya, kalah dengan televisi ya mbak :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^