Pagi
hari itu, tanggal 1 Maret, saya menemukan quote
yang keren:
"Tak seorang laki-laki pun benar-benar telah menikah sampai dia sungguh-sungguh memahami setiap kata yang tidak diucapkan oleh istrinya."
Quote itu berasal dari fan page Pernikahan yang Hidup. Seseorang baru saja mengundang saya
untuk memberikan cap jempol pada page yang
ternyata merupakan page promo dari
buku berjudul sama – Pernikahan yang Hidup. Saya langsung menyukai salah satu
status di page itu.
Kemudian saya share dan menuliskan status
Facebook berikut ini:
Laki-laki pada umumnya perlu verbal
dalam berkomunikasi dengan istrinya. Sementara perempuan sering kali pakai
"bahasa isyarat". Kalau saya, sih, memahaminya sebagai perbedaan yang
memang harus "dijembatani". Caranya, dengan berusaha memverbalkan
hal-hal yang biasanya saya pikir hanya cukup disampaikan melalui bahasa tubuh.
Bukan masalah buat saya namun bagi sebagian perempuan, bisa jadi itu masalah
besar (para suami, perhatikan kalau istrimu sedikit-sedikit ngambek, sedikit-sedikit ngambek, itu tanda kalau dia merasa tak
dipahami namun dia TAK BISA mengungkapkan kata-katanya secara verbal dengan
terstruktur).
Tapi kalau ada laki-laki yang bisa
membaca semua "kata yang tak diucapkan oleh istrinya" (seperti dalam
quote ini), saya angkat topi plus
mengacungkan 4 jempol. Sang istri harus selalu bersyukur atas karunia yang dia
peroleh bila bersuamikan laki-laki sespesial itu. Laki-laki seperti itu sungguh
sangat amat jarang.
Yah,
amat sangat jarang. Maka para istri sebaiknya mencoba menyesuaikan diri dengan
belajar mengekspresikan isi hati dan pikirannya dengan kata-kata yang logis
lagi santun. Ketimbang marah-marah tak jelas ketika mendapati suaminya bukanlah tipe orang yang mampu membaca bahasa isyaratnya.
Well, mengapa saya menuliskan hal ini? Karena saya sudah pernah melalui masa-masa di mana saya berharap wajah cemberut saya dimengerti oleh suami ketika kami masih pengantin baru.
Well, mengapa saya menuliskan hal ini? Karena saya sudah pernah melalui masa-masa di mana saya berharap wajah cemberut saya dimengerti oleh suami ketika kami masih pengantin baru.
Namun
seiring berjalannya waktu, saya melihat masalah itu bukan hanya milik saya.
Beberapa kawan pun mengalaminya. Yang istri merasa sudah menyampaikan pesan
melalui kecemberutannya sementara sang suami tak merasa ada apa-apa. Yang ada,
si istri terus mempertahankan wajah cemberutnya selama berjam-jam sampai
berhari-hari lamanya sementara suaminya tetap santai, menjalankan rutinitas
sehari-harinya. Hayo, yang konyol dan jadi tolol pada akhirnya siapa? Mari
teriak ramai-ramai, “ISTRIIIIIIIIIIIIIII.”
Nah,
jadi ... ketimbang berlaku seperti pungguk yang merindukan bulan dengan
berharap suami berubah, mengikuti kehendak kita dengan memahami bahasa tubuh tanpa
perlu diucapkan, mari menjadi istri yang menghidupkan pernikahan dengan coba menghidupkan saja rumah tangga masing-masing. Caranya dengan mencoba berkomunikasi dengan lebih baik melalui kata-kata. Kalau tak
bisa lisan, cobalah melalui tulisan.
Makassar, 11 Maret 2016
Catatan:
Di page Pernikahan yang Hidup ada quote-quote menarik lainnya yang bisa
dijadikan bahan renungan kita – para istri, kalau mau introspeksi diri silakan search di Facebook. Ini salah satu quote-nya:
Seperti yang dikatakan Gabriel Garcia Marquez, "Ingatlah selalu bahwa hal yang terpenting dalam sebuah pernikahan yang baik bukan kebahagiaan, tetapi stabilitas." Oleh karena itu Lao Tzu berkata, "Pernikahan adalah tiga bagian cinta dan tujuh bagian memaafkan dosa."
Share :
Saya masih belum cukup umur.. :)
ReplyDeleteHahaha ... ndak apa2 ... belajar2 saja dulu, Mukhsin. Kan sudah kuliah ... eh cukup umur mi ituuu :D
Deleteselalu menarik membaca sesuatu tentang pernikahan kak ^^
ReplyDeleteBagus, belajar sejak sekarang :)
Deletejudulnya ngena kak :D
Deletehttp://www.academicindonesia.com/duhai-anak-muda-menikahlah-sebelum-mapan/
DeleteWow ... "Menikahlah Sebelum Mapan"? :)
DeleteJadi, tidak salah kalau begitu, ketika lelaki meminta perempuan untuk menghindari kode-kode atau isyarat. To the point aja gitu ya Mak, misal "Pah, beliin baju itu dong." daripada "duh bajunya bagus ya." wakakakakakakakak
ReplyDeleteHahaha benar sekali. Itu kesalahan banyak perempuan. Kalo marah malah kodenya suka kejauhan. Yah, manalah dimengerti sama sang suami. Wong suami yang mengerti semua hal yang tak diucapkan istrinya itu tak banyak, koq. Daripada menuntut terlalu banyak, mending belajar ngomong baik-baik deh. Langsung saja. To the point hehehe.
DeleteAku sampe skrg kadang masih suka baper. Yg dibaperin padahal cuma krn suami gatau apa mau aku hahaha. Kasihan suami sampe bingung lihat aku cemberut.
DeleteAku beruntung berarti ya, dapet suami yg ngerti bahasa isyaratku, haha.
ReplyDeleteWaah, bagaikan menemukan harta karun, Mbak. Dijaga baik-baik ;)
DeleteKata2nya dalem.. sy masih coba mengulang2 spy bs mengerti sampe ke hati.. eaaaaa...
ReplyDeleteSampai ke hati dan langsung terapkan. Langsung saja ngomong pengen apa *eaaaaa*
DeleteAaaakkk... suka bangetttt sama tulisan ini mbak :)
ReplyDeleteIya, saya kadang suka nyesek kalo cemberut, tapi orang yg saya cemberuti tentram damai saja
Jadinya rugi sendiri ya, Mbaak? :D
DeletePernikahan adalah tiga bagian cinta dan tujuh bagian memaafkan dosa. Jleb banget mbak. Emang iya sih..
ReplyDeleteAkan ada banyak kompromi dalam pernikahan. Dan kompromi bisa berarti memaafkan. Yup. Jleb.
DeleteKerenn bundaaaa. Dan sebagai istri saya sangat gila akan pujian suami hahai
ReplyDeleteHei, sama kitaaa! Kalau dulu dipuji orang tua adalah hal yang luar biasa. Setelah bersuami dan kemudian beranak, dipuji mereka menjadi hal yang luar biasa juga.
DeleteHahahaha tertohok nih :p
ReplyDeleteKata suami, saya tu kalau marah gak jelas, abis bicra enak2, tiba2 ngambek geje wkwkwk
Iya sih emang laki2 tu gak bisa bahasa kalbu apalagi telepati =))
Ada yang ngaku, nih wkwkwk.
DeleteRugi kan ... ngambek itu melelahkan kalo ujung2nya tak ada yang mengerti dan memberikan yang kita mau :v
aku nnti mgkn nulis surat aja yaaa. msh perlu blajar berekspesi
ReplyDeleteNo problem, menurutku Jiah. Saya pake bahasa tulisan kalo merasa jika berbicara bakal menyakitkan. Soalnya kalo nulis, bisa lebih diperhalus tapi tetap tajam, setajam silet. Dan bisa meminimalisir dampak2 emosi yang berbahaya bagi kesehatan jiwa dan raga *halah*
Deletenasihat yang apik untuk pengantin baru seperti saya :p
ReplyDeleteHmmmmm, belajar lagi nih soal pernikahan hihi bekal dimasa depan bun :D
ReplyDeleteHihihihii emang istri dimana-mana kebanyakan kodeeeee xD
ReplyDelete*ngaca*
Ngomongin pernikahan dan dinamikanya pasti nggak habis ya ceritanya.
ReplyDeleteumur saya masih 18 tahun, insyaallah tahun depan mau menikah. doain yaaa :)
ReplyDeletegimana bisa mahami kata yang tidak diucapkan. jodoh aja belum ketemu. :(
ReplyDeleteAbis ngebaca buku MArs VS Venus, saya jadi tau kalo cowok tuh gk bs kalo pake acara telepatian kek kita wanita wkwkwk. Sejak itu saya ogah cemberut, makan atiiiii. Mending diomongin yak, etapi kalo lg pms teteeep aja yak. Hahahaha dasar wanitah maunya dimengerti *oooops
ReplyDeletewuih wuih, sa bookmark dulu. Mesti serius bacanya ini *ihik
ReplyDeleteKaciannnnn deh yg mukanya dah dicemberutin tapi tetep dicuekin.... :D
ReplyDeletePengen nikah, tapi belum ada calon :(
ReplyDeletehemm, selalu menarik jika membaca sesuatu tentang pernikahan. yap maksih infonya ya mbak :-)
ReplyDeleteTerimakasih atas artikelnya semoga bermanfaat untuk semuanya
ReplyDeleteMemahami laki-laki memang perlu seni ya, Mbk. Thanks sharingnya.
ReplyDeletekayanya ini masih menjadi masalah saya sampai saat ini
ReplyDelete