Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi

Tulisan ini merupakan tulisan ke-9, catatan saya selama mengikuti Festival Forum KTI tanggal 17 – 18 November lalu. Silakan baca tulisan-tulisan saya yang lainnya: Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini, KTI, Masa Depan Indonesia, Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki RinjaniInspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis,  Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia, Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan,  dan Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya.

Setelah menyaksikan suguhan inspiratif sejak beberapa jam sebelumnya, panggung yang kini “milik” Andy F. Noya juga menghadirkan banyak sosok inspiratif yang pernah tampil di Kick Andy. Beberapa orang hadir secara fisik, di atas panggung inspirasi. Beberapa yang lainnya bisa kami (hadirin) saksikan dari layar video yang diputarkan.

Sebagian besar yang ditampilkan berasal dari Indonesia timur. Tak pernah ada niat untuk menjadi pahlawan dalam diri mereka. Hanya sekadar berbuat sebaik-baiknya untuk masyarakat sekitar, dengan apa yang mereka punyai.

Hj. Rabiah - suster apung dan Andy F. Noya


Bermula dari film dokumenter berjudul Suster Apung yang disutradarai oleh A. Arfan, Hj.Rabiah mulai dikenal sebagai “suster apung”. Hj. Rabiah dengan tulus ikhlas menjadi tenaga kesehatan di pulau-pulau kecil di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Dedikasinya untuk membantu orang-orang di pulau terpencil tak diragukan lagi.

Bekerja dari pulau ke pulau membuat suster apung itu bisa berganti kapal kecil di tengah lautan, seperti orang yang ganti angkot di tengah jalan saja. Usai tampil di acara Kick Andy, Jusuf Kalla berkenan menghadiahinya kapal untuk dipakainya bekerja.

Tahun 2013 lalu, Hj. Rabiah pensiun tapi ia masih berkeinginan membaktikan dirinya menjadi tenaga kesehatan sukarela, selama pinggul dan lututnya masih kuat. Tak disangka, di balik tubuh kecilnya, perempuan ini sangat tangguh.

Andy meminta suster Rabiah menceritakan kembali pengalamannya ketika dihadapkan pada kondisi darurat. Saya pernah membaca kisah ini. Yaitu ketika suster Rabiah dihadapkan pada kondisi harus memilih pasien mana yang diprioritaskan mendapatkan infus saat terjadi wabah penyakit. Keterbatasan peralatan membuatnya harus memilih.

Seorang pasien yang tak sadarkan diri terpaksa diinfusnya dengan cairan kadaluarsa berbilang tahun. Namun demikian kondisi cairan itu masih terlihat bagus. Deg-degan menanti hasil infusnya, dalam hati suster Rabiah terus berdo’a. Kepolosannya bertutur membuat hadirin tertawa.

                                                           Trailer Suster Apung

“Waktu bergerak-gerak mi, saya liat-liati. Saya perhatikan, apakah ini tanda-tanda mau sadar ataukah mau mati. Eh ternyata sadar ki dan baik-baik ji. Sampai sekarang masih hidup. Malah yang dulu sehat-sehat lebih duluan ki mati,” bebernya polos.

Kemudian diputar video yang menampilkan Peni, perempuan pelatih tinju pemuda Papua dan Alan, sopir bus yang mendirikan madrasah di kampungnya.


Noldy dari geng motor iMuT menceritakan tentang geng motor asal Kupang, NTT yang lain daripada yang lain. Saya pernah menuliskan tentang geng motor iMuT ini di sini. Geng motor ini melakukan hal-hal yang sederhana tapi menakjubkan. Tanpa bantuan pemerintah sama sekali, mereka berbagi ilmu dengan para petani dan nelayan tentang bagaimana mengolah limbah barang tak terpakai menjadi teknologi tepat guna, seperti desalinator dan digester biogas portable. Geng motor iMuT menggali potensi di kampung-kampung yang didatangi dan mencari tahu apa yang bisa dikembangkan di situ, lalu mereka berusaha mengembangkan kampung itu.


Ismail Husein asal Minahasa Selatan, Sulawesi Utara mengatakan usaha yang dilakukannya adalah “Inovasi, mobilisasi untuk transformasi.” Ia membuka cara pandang bahwa KB bukan hanya untuk perempuan tetapi juga untuk lelaki. Setelah keluar-masuk kampung, memberi motivasi di kelompok ibu-ibu dan bapak-bapak, melampaui berbagai tantangan dan rintangan, ia berhasil mengajak 3.000 lelaki di Sulawesi Utara dan 22 lelaki di Ternate untuk vasektomi.


Henny dan suami meninggalkan kenyamanan dan kemewahan di Australia. Perusahaan, rumah, dan mobil dijual. Mereka kembali ke Jakarta untuk menjadi penggiat kegiatan sosial. Mulanya, Henny tergugah karena melihat banyaknya anak-anak telantar dan putus sekolah di Jakarta. Ia memulai dengan mengajarkan anak-anak yang sering berkeliaran di sekitar rumahnya Bahasa Inggris. Dalam pemikirannya, jika anak-anak itu bisa berbahasa Inggris, meskipun harus putus sekolah nantinya mereka bisa mencari nafkah dengan lebih baik misalnya dengan menjadi tour guide. Ia kemudian mendirikan yayasan “Tangan Harapan” sebagai orang tua asuh anak-anak di seluruh Indonesia.

Henny Kristianus dan Andy F. Noya
Ia memulai aktivitas sosialnya di kawasan Halmahera, Papua, NTT, Mentawai, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Bali. Heni berpesan, perbedaan warna kulit, suku, dan agama hendaknya jangan menjadi pembatas untuk berbuat baik. Henny mengatakan pula kalau ia tak nyaman dipandang berbeda karena ia keturunan Tionghoa. Ia sangat cinta Indonesia. Anak-anak yang dibantunya memiliki agama yang berbeda-beda dengannya tapi ia tak pernah mengajak anak-anak itu untuk berpindah agama. Menurutnya, jauh lebih baik kalau seseorang bisa menemukan tuhannya  melalui pencariannya sendiri[1]. Dalam kerja sosialnya, Henny juga bekerja sama dengan Kick Andy Foundation.

“Semoga kita saling dukung untuk Indonesia yang lebih baik,” lantang Henny menyerukan semangat kepada hadirin.

***

Acara hari ini ditutup dengan pembagian buku biografi Andy kepada mereka yang berani naik ke atas panggung. Sesekali kelakar terlontar bahwa yang naik ke atas panggung akan divasektomi. Lagi-lagi saya menyesal, menjadi orang yang tak berani naik ke atas panggung ... gagal deh dapat bukunya *hiks*

Makassar, 30 November 2015

Bersambung ke kisah tentang para pejuang dari kapal Kalabia, Raja Ampat.

Simak juga tulisan-tulisan sebelumnya:
  1. Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini
  2. KTI, Masa Depan Indonesia
  3. Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani.
  4. Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis
  5. Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia
  6. Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan.
  7. Petani Salassae Mewujudkan Kedaulatan Pangan
  8. Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya





[1] Selengkapnya tentang Henny bisa dibaca di: http://nasional.sindonews.com/read/905260/15/henny-kristianus-penolong-kaum-papa-1411650483


Share :

4 Komentar di "Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi"

  1. Wah banyak banget yang menginspiratif ya mbak :D jadi pengen ikut kalau ada ky gini..

    ReplyDelete
  2. Hiks, pingin ikuuut. Apalagi ilmu yang didapat pasti luar biasa.

    ReplyDelete
  3. dulu pernah lihat kisah suster apung itu. terharu pas bagian infus kedaluarsa itu. sungguh ada saat-saat seorang hamba tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh saja.

    kisah ini jauuuh lebih bagus deh untuk difilmkan daripada suster ngesot.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^