Meneladani Keuletan Mereka

Empat tahun lalu, Pak Haryadi Tuwo bersama mendiang istrinya mendirikan Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Babul Jannah di Jalan Rapoocini. Sekolah sederhana itu diperuntukkan bagi warga tingkat ekonomi menengah ke bawah di sekitarnya. Hanya cukup membayar uang pangkal, tak ada uang bulanan. Para santrinya rata-rata sudah bisa membaca, menulis, dan menghafal do’a sehari-hari setelah tamat. Keuletan Pak Haryadi membuat sekolahnya masih beroperasi hingga kini.

Keuletan pula yang mengantarkan Wahyudin menjadi sarjana Ekonomi. Wahyudin adalah seorang warga Bekasi yang memulung sejak duduk di kelas 4 sekolah dasar. Selain memulung, Wahyudin juga menjual hasil ternak dan berjualan gorengan. Walau sering dicibir, ia bergeming. Dengan giat, ia terus bekerja demi mengumpulkan uang untuk pendidikannya. Tekadnya membara. Menurutnya, dengan berpendidikan, ia bisa memberi manfaat untuk lingkungan sekitar.

Program NBS di SD Paccinang. Foto: www.lemina.org
Kesuksesan sebagai pengusaha sosial juga diraih oleh Andreas Nugroho, pendiri sekaligus pemimpin PKBM Bakti Indonesia berkat keuletannya. Ia dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Jawa Tengah oleh gubernur pada Hari Sumpah Pemuda lalu. Ia mendirikan 16 sekolah PAUD di 12 desa sekecamatan Grobogan. Andreas menyabet aneka penghargaan sejak 2010. Usahanya meluas meliputi Tempat Penitipan Anak (TPA), kelompok bermain, Pos PAUD, dan PAUD TPQ.

Andreas lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang tukang ojek, ibunya guru sekolah dasar. Di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) miliknya, ada 4 bidang pendidikan yang diajarkan: Kelompok Pendidikan Perempuan Membatik, Pendidikan Kesetaraan Program Paket A Setara SD, Program Paket B Setara SMP, dan Program Paket C Setara SMA. Pemegang 2 gelar kesarjanaan ini juga membuka layanan kursus serta pelatihan komputer, bimbingan belajar, dan bahasa Inggris. Kini, ia sedang mengusahakan layanan home schooling di beberapa kota.

Kita patut bersyukur, di zaman sekarang masih ada sosok-sosok sederhana yang inspiratif. Mereka membawa angin segar di tengah kesulitan ekonomi yang melanda warga kebanyakan. Mereka membuktikan bahwa pendidikan harus diupayakan semaksimal mungkin. Sifat ulet adalah salah satu kuncinya. Dengan sifat itu, hal yang awalnya terlihat mustahil bisa terwujud.

Baru-baru ini LeMINA (Lembaga Mitra Ibu dan Anak) mengadakan Program Nulis Bareng Sobat (NBS) batch 2 di Makassar dan Gowa. LeMINA adalah salah satu lembaga yang konsisten bergerak dalam bidang pendidikan non formal bagi ibu dan anak untuk golongan ekonomi menengah ke bawah sejak tahun 2010.

Menurut A. Bunga Tongeng (salah seorang pendiri LeMINA), kegiatan menulis dipilih karena anak-anak kita sulit untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan. NBS melibatkan keduanya: siswa dan relawan pendamping dalam kegiatan menulis. Siswa diharapkan berlatih menuliskan ide/cerita dan terbiasa menulis meski secara sederhana. Sedangkan relawan diharapkan menjadikan menulis sebagai kebiasaan.

Sebanyak 250 anak dari 4 sekolah dasar telah mendapatkan pelajaran menulis dalam 12 pertemuan. Salah satunya adalah SDN Paccinang. Nurfaisyah – salah seorang relawan di SDN Paccinang menceritakan bagaimana ia mengamati kemajuan para siswa. Pada awalnya sulit membuat mereka mau menulis. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian dari mereka menyukai proses NBS. Dengan tekun, Nurfaisyah mencatat perkembangan yang terjadi.

Nurfaisyah mencatat kemajuan para siswa dalam kemampuan menulis mereka. Sebagian anak bersemangat dan menunjukkan kemajuan signifikan walaupun tak ada reward yang dijanjikan. Tulisan-tulisan mereka sudah mewakili ide yang hendak mereka sampaikan. Di samping itu, karakter mereka pun terbaca. Nurfaisyah mencatatnya dengan terperinci di website LeMINA dan di blog pribadinya.

Lebih dari sekadar mampu menuangkan ide, menulis bisa mengasah logika. Bidang apapun yang digeluti seseorang, menulis penting dilakukan. Menurut Rando Kim – profesor di Seoul National University dalam buku Time of Your Life: menulis yang baik memerlukan pemikiran yang mendalam, logika, dan struktur yang kuat. Kemampuan menulis yang baik membuat seseorang mampu mengekspresikan diri dengan lebih persuasif dan berpikir lebih logis. Kemampuan ini sangat esensial ketika menjadi anggota masyarakat.

Andai para siswa itu mampu memetik hikmah dari program NBS, mereka seharusnya bukan hanya belajar soal melatih kemampuan menulis, menuangkan gagasan secara persuasif, dan melatih berpikir logis. Para relawan juga mengajarkan ketulusan berbagi dan keuletan. Tim di mana Nurfaisyah menjadi koordinatornya, justru menambah jumlah pertemuan menjadi sebanyak 17 kali.

Keuletan adalah modal besar yang dimiliki Pak Haryadi, Wahyudin, dan Andreas. Pun dimiliki tokoh-tokoh besar yang namanya diabadikan sejarah. Seperti Ki Hajar Dewantara (KHD) yang namanya dikenang hingga kini, bahkan hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

KHD sebagai wartawan dan aktivis organisasi sosial dan politik juga dikenal lewat tulisan-tulisannya. Tulisannya yang berjudul Seandainya Aku Seorang Belanda membuat Belanda panas. Ia ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka lalu Belanda. Di Belanda itulah, KHD mempelajari Ilmu Pendidikan.


Kini, 56 tahun setelah KHD wafat, mari mengenangnya lebih dari sekadar sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Mari teladani keuletannya agar menjadi pembelajar yang baik. Selamat Hari Pendidikan Nasional!

Makassar, 29 April 2015

Tulisan ini tadinya dikirim ke media untuk Hardiknas tapi tidak berhasil "tembus" makanya baru di-upload hari ini (cari korannya baru tadi malam, jadi baru tahu kalau tidak dimuat hehehe)


Share :

12 Komentar di "Meneladani Keuletan Mereka"


  1. kalau saya,pengen sekali membuka perpustaan umum, tepi terkendala koleksi bukuku masih sedikit. Sekarang harga buku lumayan mahal, jika murah mutunya tidak bisa dijamin. Hmmm...jika saja ada para blogger yang menyumbakan buku bekasnya padaku,pasti akan cepat terwujud.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mas ... saya juga pengen punya perpustakaan. Andai ada yang mau nyumbang *lho malah ikut2an Mas Bumi wkwkwk*

      Delete
  2. Semangat dan keuletannya patut ditiru ya, bun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Ila .... orang2 sederhana yang ulet :)

      Delete
  3. Bener-bener sosok yang sederhana dan inspiratif! :)

    ReplyDelete
  4. Contoh yang positif ya, Mbak.. Ngga banyak cuap-cuap langsung cus action :D

    ReplyDelete
  5. Keuletan menekuni sesuatu memang mengantarkan seseorang menjadi sukses ya mbak, suka banget tulisan ini. Sayang gak tembus media ya. Etapi kan bisa dikirim media lain.

    Makasih sharingnya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya, Hari Pendidikan Nasional sudah lewat, Mbak. Tulisan ini dibuat dalam rangka Hardiknas, sebenarnya. Makasih yaa apresiasinya :)

      Delete
  6. Jika kita bergiat diri dengan iat untuk ibadah Insya Allah barokah ya Jeng.
    salut kepada mereka yang menyediakan diri untuk berbagi hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain.
    Terima kasih infonya
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  7. Hidup dalam kebersahajaan memang indahh..

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^