Agar Mantap, Mari Belajar Banyak Tapi Secukupnya, Yuk, Bunda!

Seperti semua perempuan yang pernah merasakan proses kehamilan, bagi saya, proses itu adalah kenangan indah yang takkan bisa terlupakan. Saya masih bisa mengenang proses kehamilan si sulung Affiq. Sebagai pasangan yang awalnya sulit berketurunan, proses kehamilan adalah anugerah luar biasa ketika itu.

Walau badan terasa tak nyaman, saya mencoba menikmati setiap detik berharga begitu tahu ada sesosok janin di dalam rahim saya. Merantau jauh dari keluarga, membuat saya mencoba mempelajari sebanyak mungkin hal-hal yang akan saya hadapi dalam pernikahan dan kehamilan.

Saya membeli banyak buku, berlangganan tabloid, mencari di internet, dan membaca majalah-majalah parenting koleksi perpustakaan perusahaan tempat suami bekerja. Saya jadi tahu banyak hal mengenai perkembangan janin, tata laksana pemberian ASI, hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan ibu hamil dan janin, bagaimana merawat bayi serta mempersiapkan segala perlengkapan bayi, dan lain-lain. Suami selalu siap mengantar saya mencari perlengkapan bayi hingga memasuki usia kehamilan 7 bulan, semua perlengkapan bayi sudah siap dan sudah dicuci bersih.


3 A
Yah, namanya juga jauh dari keluarga, segala sesuatunya harus dipersiapkan sendiri. Saya berhitung, kalau-kalau tiba-tiba ditakdirkan Allah harus melahirkan prematur, saya sudah punya persiapan. Siapa yang bisa dimintai pertolongan kalau tiba-tiba di usia kehamilan 7 bulan tiba-tiba ketuban saya pecah, misalnya? Kami memang punya banyak kawan di sana tapi mereka pun kebanyakan sama seperti kami, mereka juga perantauan yang memiliki kesibukan dan aktivitas masing-masing.

Untungnya saya tak mengalami ngidam yang aneh-aneh. Keinginan yang berbeda daripada biasanya hanyalah, saat hamil si sulung, saya jadi ketagihan makan berat. Kalau sebelum hamil saya doyan ngemil, saat hamil tidak lagi. Saya malas ngemil. Sebagai gantinya, saya jadi rajin makan nasi. Dalam sehari saya bisa makan nasi sebanyak 7 – 9 kali. Tidak heran berat badan saya berubah drastis, angkanya bertukar tempat: dari 46 kg menjadi 64 kg menjelang persalinan!

Masalah kehamilan yang saya temui adalah bengkak pada kaki saat usia kehamilan memasuki 6 bulan. Bengkak ini menetap hingga menjelang persalinan. Di samping itu, perubahan bentuk fisik dan sensitifitas emosional juga menjadi hal-hal yang harus saya sikapi dengan baik. Alhamdulillah berkat banyak belajar, segala perubahan bisa diatasi dengan baik. Saya menjadi sangat siap dan mantap menghadapi proses persalinan. Ketika harus diinduksi karena usia kehamilan sudah 42 minggu, saya tak kaget.

Begitu pun dalam menghadapi saat-saat menegangkan di ruang bersalin, walau tegang luar biasa, saya sudah punya cukup bekal pengetahuan dalam menghadapinya hingga alhamdulillah bayi saya lahir selamat dengan proses normal. Kini usia si sulung – Affiq menjelang 14 tahun telah duduk di kelas VIII.

Kalau boleh membagi hikmah yang saya dapatkan kepada para Bunda yang sedang mengandung anak pertama, izinkan saya menggarisbawahi poin-poin berikut bagi para Bunda:
  • Cari pengetahuan sebanyak-banyaknya mengenai kehamilan dan proses melahirkan. Karena kekurangan pengetahuan membuat kita tak siap menjalani proses kehamilan dan persalinan yang luar biasa.
  • Terapkan sebisanya. Jauhi mitos. Periksa semua saran yang masuk dengan membandingkannya dengan ajaran agama dan tinjauan kesehatan/psikologis.
  • Jangan terlalu banyak juga mencari pengetahuan di luar kehamilan dan melahirkan. Pengalaman saya, karena saya melalap terlalu banyak hingga pada pengetahuan membesarkan anak berbagai usia, usai melahirkan saya dihinggapi baby blues syndrome (BBS). Sindroma ini membuat saya merasa ragu apakah bisa mengemban amanah sebagai ibu karena dari berbagai bacaan yang saya peroleh, saya mendapatkan kesan bahwa menjadi ibu itu sulitnya luar biasa. Pasti akan sulit saya lalui. Dan tahukah Bunda, kalau tak disikapi dengan baik, BBS ini bisa meningkat menjadi postpartum depression (depresi pasca melahirkan) yang akibatnya bisa sangat mengerikan. Jadi, pelajari hal-hal yang secukupnya saja. Jangan anggap menjadi ibu itu akan terlalu membebani. Karena kalau kita diizinkan Allah sampai di titik mengalami proses kehamilan dan melahirkan, insya Allah, kita bisa membekali diri untuk melanjutkan tugas kita dalam menjalani tahapan-tahapan perkembangan anak berikutnya. Hal-hal terkait perkembangan anak, mungkin lebih baik dilahap pada saat sang bayi sudah bersama kita.



Semoga bermanfaat J





Info lomba:

https://www.facebook.com/notes/nuk-baby-indonesia/pregnancy-story-writing-competition/840103549360786


Share :

4 Komentar di "Agar Mantap, Mari Belajar Banyak Tapi Secukupnya, Yuk, Bunda!"

  1. poin ke dua , JAUHI MITOS . betullll.. heheheh
    boleh nih ikut lombanya juga ah
    biar latihan2 nulis... hehe

    ReplyDelete
  2. Banyak baca dan cari ilmu tapi haru sbisa memilih juga ya jangan semua di percaya

    ReplyDelete
  3. saya juga waktu anak pertama banyak baca2 buku dan nanya2 sama yg udah pengalaman, yg kedua lebih santaik :)

    ReplyDelete
  4. Makasih tipsnya Mak Niaar... Iih, sama dengan saya, pas hamil pertama dulu saya juga naik kurang lebih 20kg, mak. Akhirnya keberatan bawa badan, dibilang malas sama orang-orang (yang nggak tahu, soalnya badan saya nggak kelihatan kembang, cuma kaki yang kembang). Sampai akhirnya anak saya meninggal di kandungan karena terindikasi saya kecapekan. Sekarang masih promil, mudah-mudahan bisa menerapkan tips "secukupnya" ala Mak Niar di atas.

    TFS ya Mak... ^^ Semoga sukses lombanyaaa...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^