GERDEMA, Konsep dan Praktik Pembangunan yang Menyentuh Esensinya

Judul: Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya pada Rakyat
Penulis: DR. Yansen TP., M.Si
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-02-5099-1
Ketebalan: 224 halaman
Tahun terbit: 2014

Sebuah buku yang menawarkan konsep pembangunan yang belum teruji, masih menimbulkan tanda tanya besar. Tetapi buku ini berbeda. Konsep (dan praktik) pembangunan yang menyentuh esensinya, dibeberkan dengan amat gamblang dan sangat terinci.

Di awal buku, penulis yang juga menjabat sebagai bupati Malinau ini mengupas mengapa pembangunan di negara kita tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Jurang kemiskinan semakin lebar dan sebagian besar masyarakat menjadi sangat termarjinalkan. Apabila hal ini tidak diatasi secara mendasar, maka kondisinya akan semakin memprihatinkan. Pada saat nya mungkin saja akan menjadi faktor negatif yang memperlemah ke dudukan pemerintah untuk men jalankan tugas dan ke wajibannya dalam pem bangunan. Kesalahan konsepsi pembangunan, me nyebabkan banyak sekali tujuan pem bangunan yang tidak tercapai. Oleh karena itu, kita harus mengubah konsep dan strategi pembangunan tersebut (halaman 4).


Mengapa saya mengatakannya sebagai konsep pembangunan yang “menyentuh esensi”? Karena dalam konsep pembangunan yang telah diterapkan selama 2 tahun lebih di Kabupaten Malinau ini, rakyat benar-benar dilibatkan. Semboyan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” benar-benar berlangsung di kabupaten yang terletak di Provinisi Kalimantan Utara ini. Rakyat benar-benar dilibatkan dalam proses pembangunan, bahkan mulai dari perencanaannya, juga dalam pengelolaan sumber dananya.

Buku ini diniatkan sebagai blue print (cetak biru) bagi GERDEMA (Gerakan Desa Membangun) agar dapat diterapkan juga di daerah-daerah lain. Melalui buku ini dapat dipahami motivasi, profil, dan indikator keberhasilannya. Buku ini juga dapat menjadi panduan bagi semua stake holders, terutama seluruh Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (PNS SKPD), Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa, BPD, LPMD, Lembaga Ekonomi Desa, Lembaga Adat, PKK Desa), masyarakat, para wiraswasta, dan para pemangku kepentingan lainnya bahkan berbagai pihak yang ingin memahami dan belajar tentang bagaimana membangun desa secara tepat (halaman 15).

Kita dapat mengintip visi, 10 misi daerah yang berisi rincian cita-cita yang hendak dicapai Kabupaten Malinau,  empat pilar pembangunan, dan tiga komitmen pembangunan Kabupaten Malinau di dalam buku ini. Bagaimana keadaan Malinau sebelum dan sesudah konsep GERDEMA dijalankan juga bisa diketahui. Bahkan bagaimana teknis pelaksanaannya bisa pula dipelajari.

Pada halaman 31, penulis mengutip pendapat BC Smith (1985) yang mengemukakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan akan berjalan secara baik jika terjadi keseimbangan antara tersalurkannya tuntutan masyarakat melalui proses demokrasi dengan terpenuhinya kebutuhan administra tif secara efektif dan efisien. Demokrasi adalah tuntutan rakyat yang harus dipenuhi oleh pejabat negara yang telah dipilih
oleh rakyat.

Manakala pejabat yang telah dipilih tidak dapat mengemban amanat rakyat, maka mereka bukanlah pejabat yang amanah. Demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (for the people, from the people, and by the people). Semua kebijakan yang ditetapkan oleh wakil rakyat dan kepala  pemerintahan harus benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat. Itulah makna sesungguhnya dari demokrasi yang baik dan benar (halaman 32).

Penulis juga menyoroti peran birokrat dan perangkat daerah yang masih banyak bekerja dengan tidak termotivasi karena kepentingan rakyat. Kita butuh birokrat yang profesional, tulus, dan ikhlas dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan rakyat (halaman 32).

Dengan komitmen berikut: “Mewujudkan Malinau sebagai kabupaten pariwisa ta, membangun pertanian melalui revitalisasi, dan mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai rumah sakit rujukan”, Kabupaten Malinau mempertahankan kearifan lokal dan nilai-nilai positif dari masing-masing desa sebagai kekuatan penting untuk mewujudkan GERDEMA. Oleh karenanya, kerja keras, kerja tulus, kerja cerdas, dan kerja bersih dari segenap SKPD, stakeholder daerah, para pelaku pembangunan, dan masyarakat beserta segenap komponen pembangunan lainnya adalah hal-hal yang wajib diwujudkan (halaman 35).

GERDEMA menuntut perubahan perilaku dan sistem sosial, baik pada lingkungan birokrasi kesehatan maupun lingkungan masyarakat luas (halaman 41). Dalam GERDEMA kebijakan yang diambil sering tidak populer karena model pembangunan yang diterapkan tidaklah mainstream. Karena semua masalah pembangunan terletak di desa, maka fokus pembangunan harus dimulai dari desa. Tetapi jika dilaksanakan dengan komitmen tinggi dan konsisten, tidak ada yang mustahil. Pada awalnya bupati Malinau mendapatkan tentangan keras tetapi ia berhasil membuktikan keampuhan konsep ini.

Selain memperhatikan konsep kepemimpinan, strategi yang dijalankan harus dipenuhi, dijelaskan pada halaman 73 – 75, yaitu:
  1. Percaya sepenuhnya kepada masyarakat
  2. Pelimpahan Urusan Kepada Pemerintah Desa
  3. Membina dan Melatih Aparatur/Masyarakat Desa
  4. Pendampingan Pemerintahan dan Masyarakat Desa

Di samping itu ada pihak-pihak lain yang patut dilibatkan dalam proses pembangunan. Contoh nyatanya bisa dibaca di dalam buku ini. Begitu pun banyaknya hasil positif yang telah dicapai, tak lupa disertakan penulis di dalam buku ini. Secuil contohnya bisa dibaca di halaman 79:
  1. Masyarakat desa bersemangat untuk berpartisipasi dan memberi sumbangan dalam berbagai bentuk (gula, kopi, ikut melaksanakan ronda) untuk menghidupkan pelaksanaan Pos Keamanan Keliling Desa (Poskamling).
  2. Masyarakat bersemangat melaksanakan kebersihan lingkungan desa.
  3. Masyarakat desa, dalam memaksimalkan pelayanan pendidikan, membiayai tenaga guru privat, tenaga ke amanan sekolah, dan tenaga untuk usaha kesehatan sekolah.
  4. Masyarakat desa aktif dan bersemangat menghadiri rapat Pra-Musrenbangdes yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Kini, di desa tumbuh beragam kreasi pembangunan karena mereka mengelola sendiri urusan dan dananya. Mereka tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan, sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri (halaman 96).

Dalam buku yang tidak terlalu tebal ini, penulis membagikan banyak sekali pengetahuan dan pengalamannya. Bukan sekadarnya, tapi lengkap! Besar harapan saya besok-besok akan bertebaran keberhasilan serupa yang dicapai Kabupaten Malinau di seluruh pelosok Indonesia. Tetapi, harapan saya tentunya tergantung dari para pemimpin kita, bersedia dan mampu menegakkan komitmen atau tidak.

Makassar, 28 November 2014


Tulisan ini  diikutkan Indiva Readers Challenge


Share :

3 Komentar di "GERDEMA, Konsep dan Praktik Pembangunan yang Menyentuh Esensinya"

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^