Kenangan Tentang Prof. Dikwan Eisenring

Tidak banyak guru yang berkesan di hati saya. Saya meminta izin kepada kak Astra Ibrahim Eisenring untuk menyimpan foto yang ada gambar ayahnya (yang mengenakan kemeja putih dan berdasi) ini karena beliau adalah guru terfavorit saya. Melihat foto ini, kontan hati saya tergetar, titik air menggenang di pelupuk mata saya, menandakan begitu kuatnya kesan beliau dalam hati saya.

Masih teringat hari-hari kursus dengan beliau. Bagaimana telaten dan tegasnya beliau mengajar kami Bahasa Inggris, bahkan kalau perlu sekaligus mengajari kami Geografi, Bahasa Indonesia, perilaku/etika, dan pelajaran-pelajaran lain.

Banyak hal darinya yang masih berkesan bagi saya. Salah satunya adalah ketika pelajaran sedang berlangsung, cucunya (saya masih ingat namanya Lili) yang waktu itu masih berusia 2 tahun terjatuh. Spontan kami tertawa. Sebagian besar yang kursus waktu itu masih duduk di bangku SMP, beberapa yang lainnya sudah duduk di bangku SMA. Entah kenapa secara internasional, adegan jatuh dianggap lelucon oleh banyak orang, termasuk oleh kami ketika itu.


Sumber foto: Kak Astra Ibrahim Eisenring
(putra bungsu Prof. Dikwan Eisenring)
Prof. D. Eisenring mengajar saya tahun 1986 - 1988
Pak Eisenring menegur kami dengan keras, “Jangan diketawai orang yang jatuh!”

Mulai dari situ saya berpikir, benar juga. Jatuh itu tidak lucu. Sekarang pun kalau ada adegan jatuh dan anak-anak saya tertawa, saya menegur bahkan memarahi mereka kalau berkali-kali ditegur tidak dipedulikan juga.

Diajar oleh seorang native speaker, profesor di sebuah universitas pula ternyata sebuah anugerah luar biasa bagi saya. Saya yakin tak banyak yang punya pengalaman seperti saya (terkecuali teman-teman kursus di Ever On EnglishCourse tentunya).

Kawan, profesi pengajar itu begitu mulia. Jika kepribadian sang pengajar baik maka ia akan melekat kuat di benak dan hati muridnya. Sebaliknya, kalau kepribadiannya buruk maka sampai akhir zaman pun sumpah serapah masih bisa dituainya.


Makassar 15 Agustus 2014


Cerita lengkapnya tentang kenangan saya akan beliau pernah saya tulis 2 tahun lalu, bisa dibaca di tulisan berjudul Pak Profesor Itu Guru Siswa SMP.


Share :

3 Komentar di "Kenangan Tentang Prof. Dikwan Eisenring"

  1. Mengajar adalah profesi dan panggilan hati. Dulu saat saya masih berstatus sebagai MHS alias Mahasiswa, karakter mengajar menjadi perhatian buat saya. Saya tidak ada masalah sama karater atau pribadinya. Yang penting cara mengajarnya menarik sehingga saya betah untuk menyimak bahan pelajaran atau materi kuliah yang disampaikannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya karakter tercermin dari cara mengajar, Pak.
      Karakter itu bawaan, tak bisa disembunyikan. Dalam bekerja seperti mengajar, ia akan keluar. Profesor yang saya ceritakan ini karena karakternya baik maka cara mengajarnya pun baik dan karena ia profesor di sebuah institusi pendidikan, ia juga menguasai metode mengajar dengan baik ^_^

      Delete
  2. setuju dengan perkataan jika jangan menertawakan orang yang jatuh. Apakah anak - anak beliau ada yang menwarisi sikap belliau, Mak?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^